Istri yang terabaikan Bab 56

 Istri yang terabaikan Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


56. Mama mau ketemu


Meski di kamar megah dan mewah, Isyana tak bisa memejamkan matanya dengan tenang. Rasanya masih seperti mimpi buruk yang tak ada ujungnya.


Isyana berusaha memejamkan matanya, ketika bangun semua akan baik- baik saja, tapi sayangnya, bayangan api itu nyata, tangan Isyana dan dada Isyana masih terasa gemetar. 


Dinginya AC di kamar tamu keluarga Tuan Aksa juga nyata adanya.


Ya. Semua nyata, Isyana telah kehilangan semuanya. Bahkan ponsel yang berhasil dia beli sebagai penghubung kehidupanya juga raib ditelan kobaran api. 


Tidak hanya kehilangan tapi Isyana akan bertambah hutang. Sebenarnya Isyana yang baru buka usaha, tak sepenuhnya memiliki banyak tanaman.


Tanaman yang sudah besar- besar adalah kepunyaan teman baru Isyana sesama petani. Mereka percaya ke Isyana karena Isyana pandai memasarkan.


Sebagian Isyana beli cash, sebagian dikasih uang DP jika laku Isyana lunasi, sebagian lagi orang hanya ikut nitip dipasarkan Isyana.


“Tuhan... apa sungguh aku ditakdirkan untuk penjadi loser? Apa iya aku takdirku harus jadi gelandangan? Aku akan kemana setelah ini? Bagaimana aku menanggung semuanya?” 


“Aku sudah tidak punya apa- apa lagi, bagaimana aku memperbaiki kontrakanku? Aku harus kemana setelah ini?” batin Isyana meneteskan air matanya. 


"Impian kuliahku sepertinya memang hanya mimpi?"


Isyana kemudian bangun dan memilih ke kamar mandi untuk membasuh mukanya.


Isyana melihat jam dinding di kamar megah itu. Jam dinding menunjukan pukul 3 malam.


Isyana pun memilih berdoa pada Sang Penciptanya menyerahkan semuanya pada satu- satunya tempatnya bersandar, Tuhan. Barulah Isyana bisa tidur. 


***** 


Di kamar utama. 


“Sudah kita tidur dulu, kita bahas besok, ya!” ucap Tuan Aksa pada istrinya yang sekarang sudah berganti piyama. 


“Besok sore kita sudah berangkat, Pah! Kita harus memutuskan sekarang! Mamah nggak bisa tidur,” jawab Nyonya Ara. 


Nyonya Ara masih terus memikirkan Isyana, Nyonya Ara tahu Isyana sudah tak punya siapa- siapa dari buku diari Isyana yang dia baca. Nyonya Ara juga tahu Isyana sedang berjuang untuk mendapatkan pendidikanya. 


Nyonya Ara pun merayu suaminya agar bersedia membantu Isyana.


“Hahhh....!” 


Karena Istrinya terus meminta, Tuan Aksa mengingkap selimutnya kemudian duduk menyandarkan tubuhnya di bahu kasur empuknya. 


“Mamah maunya gimana? Kita kasih pekerjaan untuk dia? Dia punya keluarga nggak sih? Biar keluarganya yang bantu. Papah udah cukup baik kan selamatkan nyawanya.” tanya Tuan Aksa akhirnya peduli, meski masih terlihat malas.


“Biarin dia tinggal di sini Pah, temani Putri selama kita di luar ya!” tutur Nyonya Ara meminta. 


Tuan Aksa diam. 


“Bagaimana dengan Mama, Sayang? Apa mama setuju ada orang asing ada di rumah kita?” 


“Ya ampun, Pah, Nona Isyana itu bukan orang asing, kita mengenalnya? Nanti Ara yang beritahu Mamah. Dia itu cerdas lho mas, biarin dia kerja di kantor Papah aja ya!” ucap Nyonya Ara lagi. 


“Memang dia punya ijazah apa?” 


“SMA, tapi dia pernah kuliah ekonomi, Cuma sampai semester dua atau 4 gitu! Terus dia nikah, jadi berhenti deh. Tapi dia keren lho Pah, dicerai suaminya terus buka usaha dan ikut selekso mahasiswa baru lagi.” lanjut Nyonya Ara.


“Mamah kok tahu banyak tentang dia?” 


“Kan, Mamah sering ngobrol Pah, mantan suaminya juga sepertinya bukan orang biasa Pah. Mamah pernah temuin barang di kontrakanya, dan” 


“Maah! Mulai deh!” pekik Tuan Aksa mulai tidak suka istrinya kepo terlalu banyak. 


“Ehm. Ya! Maaf, intinya Papah mau kan bantu dia? Mamah percaya dan kasian pada Nyonya Isya Pah.” Nyonya Ara masih terus menyebutkan banyak alasan agar suaminya bantu Isyana bekerja dan tinggal di rumahnya.


“Oke, papah akan bantu dia, tapi sekarang kita tidur ya...!” jawab Tuan Aksa mengiyakan istrinta, Tuan Aksa pun menarik selimutnya lagi. 


***** 


Keesokan paginya, para pekerja yang biasa lewat green house Isyana kaget mengetahui petakan kontrakan Isyana yang sebelumnya terlihat asri dan dihiasi bunga warna warni, sudah hancur berantakan. Terlebih Tuti yang rumahnya agak jauh. 


“Astaghfirullohal’adziim.... Putriii...Isya Putri...!” pekik Tuti dengan nafas memburu.  


Karyawan Isyana juga jadi bingung. Mereka kemudian mencari tahu ke petugas keamanan setempat. 


“Semalam ada yang nolong Neng Isya, ada polisi dan pemadam kebakaran juga!” 


“Terus, Isya gimana?” tanya Tuti panik. 


“Katanya semalam ada yang nolong!” 


“Hooh syukurlah? Yang nolong siapa? Terus sekarang dimana? Dia baik- baik saja kan?”


“Wah kurang tahu kalau itu, aku juga nggak jelas, malam soalnya... pakai mobil! Nggak tahu ke rumah sakit nggak tahu kemana?” jawab warga. 


Tuti kemudian mengangguk lega, meski tidak tahu dimana Isyana sekarang, setidaknya semua tahu kalau Isyana selamat. 


"Makasih Pak!"


"Sama-sama Neng,"


Tuti pun kembali ke tempat kerjanya sementara karyawan Isyana memutuskan pulang.


“Ya ampun kasian banget si Putri, coba telpon kali yaak!” gumam Tuti. 


Sayangnya nomer Isyana tidak bisa dihubungi, akhirnya Tuti memilih pasrah. Tuti yakin Isyana akan mendatanginya jika dia selamat. 


Berbeda dengan Tuti yang lega meski tak berhasil mendapatkan info dimana Putri, seseorang di Ibukota sangat panik saat nomor Isyana tak bisa dihubungi, dia adalah Nyonya Wira. 


“Isyana kok nomernya nggak bisa ditelpon sih?” gumam Nyonya Wira. 


Sertifikat yang hendak Nyonya Wira berikan sudah siap, hari ini rencananya Nyonya Wira akan ajak Isyana belanja lalu memberikan surat- surat itu.


Nyonya Wira ingin membantu Isyana mengembangkan usaha pertanianya agar lebih besar dan pasarnya juga lebih luas. Isyana bisa bercocok tanam sesukanya di lahan subur dan strategisnya itu.

“Aku datangi saja lah tokonya, semoga dia tidak marah!” batin Nyonya Wira setelah pukul 8 lebih tak ada sambungan dari Isyana. 


Nyonya Wira memutuskan ke kota B.


**** 


Karena tidur di dini hari Tuan Aksa dan istrinya bangun kesiangan. Akan tetapi Putri kecil mereka tetap bangun pada waktunya. 


Sampai- sampai, Ibu Tuan Aksa yang datang dari ibukota sudah tiba lebih dulu. Ibu Tuan Aksa dan suaminya datang pagi-pagi buta karena ingin mengantar Nyonya Tiara ke bandara.


“Kok sepi, pada dimana?” tanya Ibu Tuan Aksa pada Mbak Nik. 


“Maaf Nyonya... sepertinya Tuan dan Nyonya bangun kesiangan, semalam abis ada kejadian tidak diinginkan!” jawab Mbak Nik.


“Tidak diinginkan? Kenapa? Tiara sakit lagi?” tanya Ibu Tuan Aksa.


“Tidak, Nyonya, tapi Tuan Aksa membawa perempuan!” 


“Perempuan!” pekik Ibu Tuan Aksa kaget berfikir buruk.


“Maaf- maaf, maksudnya bukan itu, tapi Tuan Aksa pulang larut malam karena harus menolong perempuan yang rumahnya kebakaran, sampai rumah hampir jam 1 an malam, Nyonya!” 


“Oh gitu! Kasian sekali perempuan itu,” 


“Iya, Nyonya, perempuan itu juga tidur di sini,” 


“Oh gitu. Tapi dia baik kab? Hati-hati sama orang asing!"


"Dia kenal dengan Nyonya Ara, Nyonya,"


"O gitu. Oke kalau begitu, dimana Putri? Dia sudah bangun kan?” 


“Sudah, nyonya. Nona Putri ada di taman belakang!” jawab Mbak Nik. 


Oma Putri kemudian masuk dan mencari cucunya.


Putri belum tahu kalau tante Bunganya ada di rumahnya. Putri terlihat sedang mewarnai buku gambarnya. 


“Putri cucu Oma sayang!” sapa Oma Putri. 


Putri menoleh dan tersenyum menyambut Oma cerewetnya dan Opanya.


Mereka kemudian saling memeluk setelah beberapa bulan tidak bertemu. Sebelumnya, Putri tinggal di rumah Omanya.


Sejak permintaan Nyonya Ara tinggal di kota B, mereka jadi terpisah. Nyonya Tiara yang sakit merasa tidak nyaman, tinggal dengan mertua dan merepotkan.


Oma pun mengeluarkan oleh- olehnya pada cucunya itu. Lalu membantu Putri menyelesaikan tugas sekolahnya. 


Setelah beberapa menit, Tuan Aksa pun keluar kamar mendorong kursi roda istrinya, semua  masih dengan muka bantal dan piyama tidur. 


“Mamah...!” pekik Nyonya Ara kaget mertuanya sudah di rumahnya.


“Udah lama sampainya Mah?” tanya Tuan Aksa. 


Mereka pun mencium tangan Oma Putri. 


"Sudah. Kebiasaan bangun siang!"


"Maaf Mah!"


“Mama dengar semalam kamu habis nolongin orang?” 


“Iyah...!” jawab Tuan Aksa. 


“Katanya dia kamu ijinin tidur di sini? Hati- hati lho, Bin!” tegur Ibu Tuan Aksa, yang memanggil putranya dengan nama depanya Binar.  


“Iya Mah. Dia teman Tiara, Mah...! Kita hanya ingin bantu!” jawab Nyonya Ara.


“Seumuran kamu?” 


“Lebih muda, dia janda... kasian, tidak punya siapa- siapa.!” 


“Aduh, janda? Cerai hidup atau mati?” 


"Hidup, Mah!"


"Binar, Tiara, kalian orang baru di sini. Hati- hati memilih teman. Menolong boleh tapi jangan asal suruh orang menginap di rumah kita!" tutur Oma Putri mulai mengeluarkan sifat overthingkingnya.


“Tiara malah ingin dia tinggal di sini temani Mamah dan Putri! Dia orangnya sangat baik kok.” jawab Nyonya Ara menyanggah.


Nyonya Ara dan mertuanya memang sering beda pendapat, itu yang membuat Nyonya Ara memutuskan pindah ke kota kecil.


“Eh nggak... nggak. Mamah nggak mau tinggal sama orang asing. Mamah juga mau bilang ke kalian, Mamah bawa Putri ke ibukota saja ya...Biat Putri sekolah di Ibukota!” ucap Ibu Tuan Aksa merayu lagi. 


Sebenarnya kesepakatan tentang nasib Putri memang belum fiks.


“Putrinya nggak mau Mah. Putri betah di sini, teman Ara ini juga dekat dengan Putri kok! Nanti Mas Binar kan bolak balik pulang juga.” 


“Tiara...! Bisa- bisanya kamu dengarkan kata anak kecil. Putri akan mau terbiasa kalau sudah di Ibukota. Mamah nggak bisa tinggal di sini terus.” 


“Mas Binar akan sering pulang ke sini Mah... Kak ada para Mbak juga. Ara juga percaya dengan teman Ara yang satu ini!” 


“Hhhh daritadi kamu bicarakan temanmu. Kok kamu lebih percaya dia dari mamah?"


"Putri nggak mau Mah ke Ibukota. Ara kan juga beberapa bulan aja di luar Negeri. Kasian Putri kalau harus pindah- pindah terus!"


"Hhh... Coba mamah ingin kenal dengan perempuan yang kamu ceritakan itu!” 


"Ya...,"


Bersambung.  🥰🥰 lanjut bab 57


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 56"