Istri yang terabaikan Bab 55

 Istri yang terabaikan Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


55. Kebakaran.


“Nyonya.. Putri... apa kau di dalam? Tolong segera keluar!” 


“Nyonya...Nyonya Putri.. keluarlah! Nyonya Isyana Putri Anjani keluarlah!”


“Nyonya Putri... buka pintunya, keluarlah!” teriak seseorang di depan pintu rumah kontrakan Isyana, karena tidak kunjung ada jawaban, pria itu memilih mendobrak pintu kontrakan Isyana dengan sisa- sisa tenaganya.


Mungkin karena istrinya yang memberitahu, seorang laki- laki begitu hafal nama Isyana.


Tuan Aksa yang hendak meninggalkan perusahaan kecilnya untuk beberapa waktu mengurus istrinya, bekerja lembur agar persoalan besar sudah dia tangani dan wakilnya bisa menyelesaikan meski tanpanya. 


Sekitar pukul 12 malam, Tuan Aksa yang mengendarai mobilnya, berhenti, berteriak menggedor pintu kontrakan Isyana meminta Isyana segera keluar rumah. 


Tuan Aksa melihat api berkobar di sekeliling rumah kontrakan Isyana.


Kontrakan Isyana berada di pinggir jalan komplek ruko- ruko. Berjarak tanah beberapa meter' sampingnya klinik kecantikan temlat Tuti bekerja. Akan tetapi Tuti pulang ke rumah yang agak jauh.


Sampingnulya lagi, konter hape dan warung kelontoong.


Pada malam hari, semua ruko kosong, berpenghuni seorang penjaga kebersihan yang kebetulan malam ini ijin karena ada kepentingan. 


Belakang kontrakan Isyana tanah pekarangan yang Isyana sewa sebagai pelebaran tempat menanam dan menata daganganya.


Heranya, tiang- tiang dan rak bambu halaman belakang rumah Isyana juga tampak terbakar. Entah darimana api itu datang.


Karena bukan komplek hunian, Tuan Aksa cukup susah mendapatkan pertolonhan meski, berteriak meminta tolong.


Tuan Aksa mengambil jalan menelfon pihak pemadam kebakaran, dan kepolisian.


Tuan Aksa fokus menyelamatkan Isyana. Api terlalu besar dan tidak memungkinkan memadamkan seorang diri.


Sebenarnya 30 menit yang lalu, Isyana masih terjaga, mencatat rekapan pesanan online dari luar kota yang besok harus Isyana kirim.


Isyana juga berniat merekrut orang baru lagi agar membantunya, saat dia mulai sibuk kuliah nanti. 


Tidak pernah Isyana duga, teriakan Tuan Aksa sungguh mengagetkan Isyana, dan rasanya seperti mimpi.


Isyana yang menggunakan dress tidur tanps lengan dan panjang dress selutut berbahan satin, langsung terbatuk sesak, membau asap yang menyusup ke kamarnya. 


Begitu berhasil melihat Isyana yang terbatuk dan terduduk dari baringanya, Tuan Aksa pun segera berlari, dengan gerakan lincah Tuan Aksa menarik tangan Isyana. 


“Cepat keluar, Nyonya Putri!” teriak Tuan Aksa. 


Isyana yang masih bingung tidak mengerti dan kesadaranya belum kumpul hanya pasrah mengikuti kemana Tuan Aksa menariknya. 


“Uhuk... uhukkk...” 


Meski sempat terbentur kayu yang, jatuh, beberapa kali kakinya hampir terkena bara api, dan bajunya kotor terkena noda arang, Tuan Aksa dan Isyana berhasil keluar. 


Isyana pun segera membebaskan nafas sesaknya dan mengumpulkan kesadaran. 


“Tes...’” air mata Isyana jatuh seketika.


Isyana tercekat, terdiam berdiri membeku melihat api melahap satu petak kecil rumah yang beberapa minggu dia tempati ini dan semua isinya.


"Uangku? Ijazahku? Tanamanku? Bajuku? Ponselku?" Lirih Isyana tidak bisa berfikir ingin berteriak sekeras mungkin dan berlari sekencang- kencangnya mengambil, namun kenyataanya, api yang menyala begitu besar.


Isyana berhasil keluar juga rahmat dan pertolongan Tuhan.


Material kontrakan Isyana memang bukan material nomor satu yang tahan api, bahkan bagian, belakang Isyana tambal dengan kayu- kayu dan baja ringan kualitas seadanya.


Api dengan mudah berkembang meraja lela. 


Isyana masih mencoba menyadari, ini nyata, dengan cepat satu- satunya tempat Isyana menggantungkan harapan hidupnya dalam sekejap mata ditelan kobaran api. 


“Huuughss.... hugsh....!” Isyana tidak bisa merespon apapun lagi, otaknya buntu dan hanya bisa meneteskan air mata. 


Tuan Aksa yang juga sedang mengatur nafasnya yang terengah- engah, tersadar mendengar isakan Isyana. 


Tuan Aksa menoleh ke Isyana yang berdiri rapuh dengan kedua telapak tanganya menutup mulutnya, menutupi luapan emosinya yang sangat ingin dia curahkan sebebas- bebasnya. 


Melihat itu, ada sayatan yang melukai hati Tuan Aksa, dan menggerakan tanganya untuk merengkuh tubuh kecil yang sedikit terbuka karena pakaian tidur yang minim.


Entah karena malam dan pakaian Isyana yang kecil, tapi dalam tatapan Tuan Aksa, Isyana benar- benar tampak berisi di bagian atas depan dan bawah belakang, segar dan menarik.


“Sabar, Nyonya!” tutur Tuan Aksa lirih. 


Tapi Isyana tidak merespon dan otot lutut dan tungkainya seperti melemah melihat semua yang dia punya dilahap api yang berkobar.


Isyana hampir terhuyung jatuh, dan Tuan Aksa segera merengkuhnya dengan tubuh tinggi kekarnya.


Sama sekali tidak ada niat jahat atau buruk di hati Tuan Aksa yang begitu mencintai Nyonya Ara istrinya. Akan tetapi, saat tubuh Isyana jatuh dalam pelukanya, saat hanya pakaian tipis yang menjadi jarak untuk mereka, semua itu membangunkan hormon dan saraf Tuan Aksa yang mendatangkan desiran aneh tak terbaca.


Tuan Aksa menelan ludahnya dan memalingkan pandanganganya melihat pakaian Isyana yang minim. Tuan Aksa mengajak Isyana menepi dan duduk.


Tuan Aksa melepas jas kantornya hang mahal dan dan memakaikan pada Isyana agar menutup bagian punggung dan dada Isyana.


“Pakaialah, tunggu di sini, saya akan minta bantuan!” ucap Tuan Aksa. 


“Toloooong... tolooong... kebakaran!” Teriak Tuan Aksa berlarian ke arah rumah warga jarak beberapa puluh meter.


Tidak berapa lama, warga terbangun mendengar teriakan Tuan Aksa. Pemadam kebakaran yang tadi Tuan Aksa telepon pun tiba.


Warga dan tim pemadam kebakaran langsung segera bahu membahu berusaha memadamkan kobaran api. 


Meski begitu, Isyana masih syok, mau tidak mau, Tuan Aksa yang menghadapi petugas keamanan dan tim pemadam kebakaran. Melaporkan kronologi dia mengetahui kebakaran itu dan tentang identitas Isyana sebagai penyewa kontraman.


“Nyonya Putri,” panggil Tuan Aksa dingin, 


Isyana yang masih terisak menoleh. 


“Petugas kebakaran yang akan mengurus kontrakan anda, sebaiknya anda ikut saya, mari!” ajak Tuan Aksa.


“Tidak! Terima kasih! Saya di sini saja!” jawab Isyana lirih. 


Isyana tahu, Tuan Aksa orang lain, punya anak dan istri, Isyana tidak mau jadi benalu. 


“Rumah Anda mengalami kerusakan yang cukup parah, api belum juga belum sepenuhnya berhasil dipadamkan, sebaiknya anda ikut saya, besok pagi, kita bisa ke sini lagi!” tutur Tuan Aksa lagi. 


“Terima kasih, saya akan menunggunya!” jawab Isyana menolak.


“Ehm...!” Tuan Aksa berdehem, dan menghela nafasnya.


Tuan Aksa sedikit kesal ke Isyana, tapi dia juga punya hati dan tidak tega melihat Isyana seorang diri. Apalagi tubuh sintal Isyana sedikit terbuka, semua pemadam kebakaran, polisi dan warga laki- laki. Tuan Aksa sangat menghormati dan melindungi hak- hak perempuan mengingat dirinta juga mempunyai seorang Putri.


Tuan Aksa juga bisa memastikan, semua barang- barang Isyana yang Tuan Aksa lihat tersimpan di lemari plastik murahan pasti sudah terbakar. 


“Maaf, Nyonya. Setidaknya anda perlu memakai pakaian yang lebih tertutup jika ingin membereskan rumah anda dan menunggu di sini. Tidak ada yang bisa anda lakukan selama berdiam di sini, api terlalu besar! Mari ikut saya!” tutur Tuan Aksa. 


Mendengar perkataan Tuan Aksa yang pelan tapi sedikit pedas, Isyana terdiam, lalu memeriksa tubuhnya. 


Gleg 


Isyana baru sadar, dirinya sangat seksi, pantas saja Tuan Aksa memakaikan jasnya.


Seketika wajah Isyana memerah, Isyana menundukan kepalanya malu. 


“Sekarang sudah pukul 1 malam, polisi dan warga setempat yang akan mengurusnya, mari ikut saya. Ada banyak pakaian ganti dari Nanny- Nanny anak saya yang bisa anda pakai!” lanjut Tuan Aksa lagi. 


Isyana pun mengangguk dan menunduk patuh.


"Baiklah," 


Tuan Aksa kemudian membukakan pintu mobil untuk Isyana. Kebetulan hari ini Tuan Aksa menggunakan mobil sport mahalnya yang hanya ada dua pintu dan dua tempat duduk sehingga mau tidak mau mereka duduk bersebelahan. 


Sepanjang perjalanan yang tidak terlalu jauh, suasana hening. Mereka terdiam dengan keramaian kepala masing- masing.


Isyana memikirkan kenapa bisa terjadi kebakaran? Bagaimana kehidupannya setelah ini? Bagaimana dia akan bertahan hidup saat tan memiliki apapun lagi?


Sementara Tuan Aksa berfikir bagaimana menolong Isyana. Besok siang Tuan Aksa dan istrinya akan terbang ke luar negeri untuk berobat.


Mereka pun segera sampai ke rumah Tuan Aksa. Menunggu suaminya pulang, Nyonya Ara setia menunggu di sofabed dekat ruang tamu ditemani susternya.


Asisten rumah tangga mereka mendengar suara bel langusng segera membukakan pintu. 


Betapa kaget Nyonya Ara dan asisten rumah tangga mereka melihat perempuan yang berjalan menunduk dan menutupi tubuhnya dengan jas mahal Tuan Aksa.


Tuan Aksa sendiri, kemejanya terlihat kotor dan lusuh, bau asap juga tercium menyengat. 


“Nyonya Isyana Putri?” pekik Nyonya Ara bangun dari berbaringnya. 


“Malam, Sayang!” jawab Tuan Aksa berjalan cepat mendahului Isyana.


Tuan Aksa segera mendekat ke istrinya, membantunya duduk, dan mencium keningnya dengan mesra. Nyonya Ara juga meraih tangan suaminya dan menciumnya dengan penuh pengabdian. Lalu mereka saling bertaut bibir memberikan kecupan satu sama lain.


Ya, Tuan Aksa memang sesayang itu pada Nyonya Ara. Dia tidak akan pernah ragu menunjukan kemesraan dan sayangnya itu, baik di kala Nyonya Ara masih cantik ataupun dalam keadaan sakit seperti sekarang. 


Melihat adegan manis dan mesra yang tidak pernah Isyana terima dari mantan suaminya, Lana. Isyana menundukan kepala.


Isyana tidak nyaman berada di antara suami istri yang cintanya terlihat begitu nyata itu.


“Apa yang terjadi, Pah? Nyonya Isya Putri, kemarilah!” tutur Nyonya Ara lembut bertanta dan melambaikan tangan meminta Isyana duduk mendekat ke pasangan suami istri itu.


Isyana mengangguk mendekat. 


“Papa pulang lewat depan rumah Nyonya Putri, Papa lihat belakang dan sisi kanan rumah Nyonya Putri ada kobaran api besar! Papa menolongnya!” ucap Tuan Aksa bercerita. 


Sementara Isyana memilih diam membiarkan Tuan Aksa yang bicara.  


“Astaghfirulloh, terus sekarang gimana? Ruko sampingnya gimana?” 


“Pihak damkar dan polisi sudah datang, mereka yang sedang mengamankan, klinik dan ruko lain aman!” jawab Tuan Aksa. 


“Syukurlah! Ya, sudah yang penting sekarang Nyonya Isyana selamat!” tutur Nyonya Ara lagi dengan tulus dan tanganya meraih tangan Isyana memberi dukungan.


“Iya, Nyonya, terima kasih!” jawab Isyana mengangguk. 


“Panggil, Mbak Nik, Pah, biar antar Nyonya Isya Putri ke kamar tamu!” pinta Nyonya Ara bijak. 


Tuan Aksa mengangguk dengan penuh cinta. Tanpa keberatan, Tuan Aksa melakukan apa yang dipinta istrinya.


Setelah Mbak Nik datang, Tuan Aksa membantu Nyonya Ara naik ke kursi roda. 


“Nyonya Putri, kenalkan ini Mbak Nik, ikut dia ya, nanti dia yang tunjukan kamar tamu,” 


“Iya Nyonya!” 


“Mbak Nik... carikan pakaian ganti ya, untuk Nyonya Putri!” tutur Nyonya Ara baik. 


Mbak Nik pun mengajak Isyana masuk ke kamar tamu, sementara Tuan Aksa mendorong Nyonya Ara masuk ke kamar mereka di kamar utama. 


Bersambung.  🥰🥰 Lanjut bab 56


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 55"