Istri yang terabaikan Bab 54

 Istri yang terabaikan Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


54. Titip.


Kekecewaan Isyana pada Adnan, mengajarkan Isyana untuk hati- hati memilah teman dan bercerita.


Isyana juga mengerti bahwa laki- laki yang baik terhadap perempuan berselimutkan sahabat adalah sebuah kamuflase, penuh dengan rambu. 


Sejak saat itu, Isyana pulang ke rumahnya memendam seribu kata dan memilih diam pada Tuti atau siapapun. 


Isyana pun memilih fokus mempelajari materi ujian kuliah. Menjaga jarak dengan orang- orang baru.


Meski Nyonya Wira menawarkan bantuan dan hendak memberikan aset yang banyak, Isyana sama sekali belum tahu dan tidak mengharap itu.


Isyana terus fokus berfikir mengembangkan usahanya sendiri. Isyana mau kuliah dari hasil uang sendiri. 


“Aku pilih Hubungan Internasional aja deh, sepertinya peminatnya sedikit, kedokteran, hukum dan teknil sipil kayaknya berat!” batin Isyana, di meja belajarnya setelah mencari informasi tentang pilihan- pilihan yang dijelaskan Nyonya Wira.


Setelah melewati proses yang panjang dan memutuskan mengambil jurusan HI, sudah ujian dan juga sudah pengumuman, hari ini Isyana hendak daftar ulang dan mengambil jas almamater kampus.


Meski bukan rangking pertama Isyana diterima di kampus negeri yang terkenal akan kualitasnya, masih satu almamater dengan Mika. Akan tetapi karena jurusan baru, Isyana di tempatkan di kampus yang berbeda.


Tapi semua itu yang Isyana mau, kampus cabang sangat dekat dengan Isya Flora di kota B. Isyana bisa tetap mengembangkan usahanya dan belajar.


Sebelum masuk perkuliahan semua mahasiswa baru masih berkumpul di kampus utama. Isyana pun mendatanginya dengan penuh semangat dan bangga. Akan tetapi semua itu padam sesaat. Langkah isyana terhenti.


“Dasar penjilat!” ucap Mika dari belakang melihat Isyana ada di kampusnya.


“Ehm...!” Isyana berdehem dan menoleh ke belakang. 


“Kamu tidak lolos memakai otakmu, terus minta bantuan ke orang tua Lana kan? Sadar nggak sih, kamu itu udah bukan istrinya Lana lagi, bisa nggak, nggak usah bikin susah orang, nggak tahu malu banget jadi orang!” tuduh Mika kasar.


Isyana menghela nafasnya jengah.


Isyana tidak pernah mengusik Mika, bahkan ingin menghapus ingatan Isyana tentang Mika. Tapi tetap saja Mika selalu mengganggunya.


“Maksud kamu apa sih? Mik?” jawab Isyana. 


Mika menoleh sekeliling lalu menyeret Isyana ke kesepian, bahkan mendorong Isyana sampai hampir jatuh dan terpental. 


“Auh!" keluh Isyana menyanggah lenganya.


"Kamu apa- apaan sih?” tanya Isyana berusaha tetap berdiri tegak dan melawan Mika meski punggung kanannya terasa sakit karena terbentur dinding. 


Jika dulu dipukul patuh dan diam, Isyana bangun dan melawan.


“Kamu itu benar-benar penjilat ya! Sok- sokan nggak meminta hak gono gini tapi ternyata meminta simpati orang tua Lana dan merebut warisan Lana, gue nggak nyangka, dibalik tampang bodohnya kamu, kamu bener- bener busuk!” 


“Hoh! Warisan?” 


"Balikin tanah Lana. Serahin ke Lana. Dan nggak usah jual tampang polos kamu!"


"Kamu ngomong apa sih? Aku nggak ngerti kamu bahas apa?"


“Cih dasar! Pantes aja lo berani daftar kuliah di sini, iyalah ada backinganya! Balikin hak Lana atau kamu akan kubuat menyesal!” 


“Stop Mik! Aku nggak ngerti maksud kamu apa? Aku nggak pernah urusin harta mas Lana apalagi merebut warisan Mas Lana. Aku daftar kuliah dengan otak dan jerih payahku yang Tuhan kasih. Ngerti! Aku hidup juga dari hasil usahaku bukan bakingan dari keluarga Lana! Apa- apaan sih kamu?” jawab Isyana mantap. 


Mika yang sudah dengar cerita Lana hanya tersenyum simpul, tidak percaya.


"Masih nggak ngaku ya!" ucap Mika geram.


"Ngaku apa emangnya?"


"Pantas aja kamu tambah gendhut dan sok- sokan daftar kuliah. Iyalah abis morotin uang orang tua Lana iya kan?"


"Astaghfirulloh. Aku kerja Mik, aku jualan. Aku makan dari hasil kerja kerasku. Jangan sembarangan kamu ya!" jawab Isyana.


"Munafik banget sih. Benar-benar!" ucap Mika sangat geram, berfikir Isyana seperti dirinya yang suka mendapatkan uang dan fasilitas gratis..


Mika juga jadi merasa kalah, karena Isyana berhasil mendapatkan aset tanah yang mahal luas dan strategis.


Mika pun ingin mencelakai Isyana.


Sayangnya saat Mika hendak mendorong Isyana lagi, mahasiswa lain ada yang lewat. Mika menghentikan niatnya. Isyana pun tidak menyiakan kesempatan untuk pergi. 


“Maaf ya aku nggak ada waktu buat ladenin kamu!” ucap Isyana pergi. 


Mika mengeratkan rahangnya sangat kesal, kemudian segera pulang menelpon Lana. 


**** 


Sepanjang perjalanan pulang ke kota B, Isyana memikirkan perkataan Mika. Beberapa hari terakhir, mertuanya menelpon dan meminta Isyana datang ke kota.


Nyonya Wira sempat ingin mendatangi Isyana di greenhousenya, akan tetapi Isyana meminta jangan dulu. Isyana tidak ingin teman- temanya tahu siapa mantan mertua Isyana. 


“Warisan?” gumam Isyana. “Mamah memang pernah menawarkan bantuan padaku? Apa mamah mengajakku bertemu untuk itu?” 


“Ahhh aku ke geeran, tapi kenapa Mika berkata seperti itu?” 


“Tidak, aku tidak mau menerima apapun dan bersangkut pahut dengan mereka, nggak apa- apa Mamah baik dan sayang padaku, tapi aku tidak mau berhutang budi pada mereka, aku mengikuti seleksi ini dengan cara yang benar kok. Aku juga tidak mengabari Mamah dimana aku daftar kuliah!” pikir Isyana  dalam hati. 


Isyana sama sekali tidak tahu kalau mantan mertuanya sedang menunnggu terbit sertifkat tanah atas namanya. 


Sesampainya di kota B, sepasang ibu dan anak sudah menunggunya.


Sejak tahu Isyana hendak kuliah lagi, Nyonya Ara membatasi diri mengunjungi Isyana. Akan tetapi mereka tetap membeli dagangan Isyana bahkan lebih banyak, meski seringnya karyawan Isyana yang mengantarnya ke rumah. 


Nyonya Ara juga mengubur keinginan menjodohkan Isyana dengan suaminya. Nyonya Ara kembali semangat sembuh dan berobat.


“Bu Ara... Putri...,” pekik Isyana sungkan di rumahnya ada tamu. 


“Tante Bunga....,” seru Putri langsung berlari mendekat ke Isyana dan memeluknya. 


“Aku kangen tante Bunga!” ucap Putri memeluk Isyana. 


“Tante juga, Sayang!” jawab Isyana membalas pelukan Putri dan membelainya.


“Tantemu baru pulang, Nak... beri dia jalan dong! Sini!” tutur Nyonya Ara melerai Putri.


Putri pun melepas pelukanya.


Isyana tersenyum mengangguk lalu menggenggam tangan Ara untuk masuk ke teras ruang tamu Isyana yang asri.


Mereka kemudian duduk, tapi tetap saja meski ada ibunya Putri minta dipangku Isyana, sebab Mommy Ara kan memakai kursi roda. 


“Sudah lama menunggu, Nyonya? Maaf!"


"Tidak, baru kok!"

"Apa kemarin ada yang rusak atau layu?” tanya Isyana mengira Nyonya Ara mau pesan bunga lagi, atau mau konsultasi. 


Entah karena Bu Dini, atau karena Nyonya Ara, atau mertuanya. Pesanan Isyana akhir- akhir ini laris, bahkan hampir kehabisan stok, heranya rata- rata memesan tanaman mahal. Sampai Isyana harus cari barang ke temanya di luar kota. 


Ketiga orang kaya yang Isyana temui itu memang ikut memasarkan toko Isyana pada para sosialita pecinta tanaman. 


“Nggak, kiriman tanamanya juga semuanya bagus, tumbuh subur juga teman- temanku suka semua. Punyaku juga ada yang beranak, yang dulu itu pertama beli, knop anggreknya juga awet mekarnya!” tutur Nyonya Ara ramah, berbangga hati.


“Oh Syukurlah!” jawab Isyana mengangguk sungkan.


Isyana menoleh ke meja, belum ada minuman. Isyana pun berniat masuk mengambilkan camilan, dan minuman.


"Saya ambilkan minum dulu, Nyonya!"


“Nggak usah repot- repot. Saya mau pamit sama Nona Isya,” tutur Nyonya Ara kemudian. 


“Hah? Pamit?” tanya Isyana terhenyak.


Isyana kemudian menatap Putri dan membelai rambut lembutnya. 


“Iyah!” jawab Nyonya menunduk. 


“Pamit gimana Nyonya?” tanya Isyana pelan.


“Seteleh Suami saya menyelesaikan pekerjaanya, dua hari lagi. Saya akan menjalani pengobatan di luar negeri. Untuk beberapa bulan saya menetap di sana. Suami saya yang mungkin nanti akan bolak balik nengokin rumah,” 


“Oh gitu... semangat, Nyonya. Saya ikut mendoakan Tuhan kasih kesembuhan!” jawab Isyana mengangguk mengerti.


“Terima kasih, doakan lancar ya!” 


“Iya...Siap. Pasti Nyonya. Saya berdoa untuk kesembuhan Nyonya!" jawab Isyana tulus.


Nyonya Ara tersenyum mengangguk.


"Putri baik- baik di sana temani Mommy ya biar Mommy cepat sehat!” ucap Isyana pelan ke Putri.


“Tidak...!” jawab Putri menyahut. 


“Lhoh kok gitu?” tanya Isyana tidak mengerti dan kaget.


"Putri tidak ikut Mommy!" jawab Putri.


Isyana kembali terhenyak dan menoleh ke Nyonya Ara.


"Iya... Dia memang akan di sini," jawab Nyonya Ara.


Isyana kebingungan, dengan siapa Putri tinggal.


“Putri baru sekolah, di sana juga kan saya akan banyak di rumah sakit. Saya kasian kalau dia ikut. Biar tidak bingung adaptasi, Putri akan tetap tinggal, nanti Oma Putri akan kesini temani dia!” 


“Oh gitu?” jawab Isyana mengangguk akhirnya mengerti. 


“Saya dengar, Nona Isya mau melanjutkan study?” 


“Ah iya...!” jawab Isyana tersipu. 


“Pasti akan sangat sibuk ya? Kuliah dimana?” 


“Saya ketrima di kampus cabang dekat sini, Nyonya!” 


“Wah senengnya, bagus kok itu! Dekat berarti ya? Ambil yang reguler atau yang non reg?” 


“Alhamdulillah, ambil yang reguler,” 


“Full day dong?” 


“Ikut jadwal dosen aja Nyonya, jamnya tidak menentu akan tetapi senin sampai jum’at!” jawab Isyana menjelaskan. 


“Tuh dengar, Putri... tantemu mau kuliah kaya kamu. Tante Bunga akan sibuk, sekolah dan urus tanamanya. Jadi jangan repotkan tante Bunga ya...pilihanmu, patuh pada Nenek atau ikut Mommy berobat!” tutur Nyonya Ara, membuat Isyana terhenyak. 


Isyana pun membelakan matanya penuh tandan tanya kemudian menatap Putri yang cemberut. 


“Putri, mau sama Oma, tapi Putri nggak suka kalau Oma suruh Putri beljar terus, nggak boleh main lagi! Putri kan pusing. Putri pengen main!” celetuk Putri polos. 


Mommy Ara dan Isyana pun tersenyum. 


“Boleh, kan, kalau pas Tante Isyana libur Putri main!” pinta Putri. 


“Tentu boleh dong!” jawab Isyana tersenyum. 


Putri pun menyambut gembira dan berbalik memeluk Isyana, tanganya bergelayut manja ke Isyana.


Nyonya Ara tersenyum sama sekali tidak cemburu. Nyonya Ara menyadari dirinya banyak merasa pusing dan pegal sudah jarang bisa memberikan tempat yang hangat dan nyaman, meski seringkali, saat rindu, Nyonya Ara memeluk Putri, meminta Putri menemani tidurnya.


"Tadinya Putri ngeyel, katanya ingin tinggal di sini bareng Tante Bunga. Makanya saya ajak ke sini agar dia tahu. Kalau tantenya juga punya kesibukan. Maaf ya merepotkan!" tutur Nyonya Ara bercerita.


"Oh gitu! He.. maaf ya!" jawab Isyana.


"Iya, kalau Putri mau ke sini pasti nggak dibolehin!" celetuk Putri sehingga Nyonya Ara canggung.


“Bukan nggak boleh. Nanti kamu ganggu Nak!" jawab Nyonya Ara.


"Hari minggu Tante di rumah kok!" jawab Isya.


"Yeeay!" seru Putri.


"Omanya Putri juga sangat suka tanaman, hanya saja orangnya sangat disiplin dan pendiam seperti Daddy Putri, nanti kamu akan kenal!Dia pasti suka di sini” tutur Nyonya Ara lagi.


“Oh iya! Aamin” jawab Isyana mengangguk. 


“Sebelumnya saya ucapkan terima kasih, Nona Isyana sudah banyak mengasuh Putri, maaf merepotkan!” 


“Putri tidak merepotkan kok! Putri bantu tante Bunga kok!” celetuk Putri tidak terima dibilang merepotkan. 


Isyana dan Mommy Ara jadi tersenyum. 


“Saya merasa senang kalau ada Putri, Nyonya!” jawab Isyana. 


“Intinya, saya pamit, mohon doanya, Tuhan lancarkan semuanya, titip Putri juga!” 


“Pasti, Nyonya... saya akan selalu mendoakan kesembuhan Nyonya. Jika kuliah saya libur saya akan temani Putri kok!” jawab Isyana.


Bersambung.  🥰🥰 lznjut bab 55


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 54"