Istri yang terabaikan Bab 52

 Istri yang terabaikan Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


52. Bertengkar hebat


2 minggu berlalu.


Tali kasih sayang memang tak selalu terhubung dengan darah. Saat Tuhan berkendak semua yang tak masuk akal pun menjadi mudah.


Jika hati yang berperan membentuk tali ikatan di antara dua manusia, maka tak ada yang dapat mematahkanya, kecuali Penggenggam kehidupan itu sendiri.


Tanpa berpamitan pada Lana, atau Isyana, Nyonya Wira meminta pada suaminya memberikan sebagian harta waris milik Nyonya Wira sendiri untuk Isyana.


Nyonya Wira mempunyai aset tanah seluas 100 hektar, tanah itu berada di lereng gunung dekat tempat wisata di kota B. Tanah itu sebagian berisi kebun sayur dan sebagian ditanami pohon Jati.


Nyonya Wira merasa sudah mendzolimi Isyana dengan menempatkanya pada dua tahun dalam penjara putranya.


Lebih dari itu, Nyonya Wira ingin menunaikan kewajiba Lana, seharusnya sebagai Istri, Isyana tidak pergi dengan tangan kosong mengingat pengorbanan dan pengabdian tulusnya, tapi Lana tega menceraikan Isyana dan pergi dengan tangan kosong.


"Bagaimana Pak?"


"Silahkan tanda tangan di sebelah sini Nyonya. Agar sertifikat pemberian segera sah, nanti tinggal menambahkan saksi dan tanda tangan Nyonya Isyana sendiri!" jawab pengacara Nyonya Wira.


Nyonya Wira bahkan dengan mantap langsung ke notaris ingin mengubah surat kepemilikan langsung pada Isyana.


"Oke!" jawab Nyonya Wira dengan mantap menandatangai pernyataan pemberian tanah di atas materai.


*****


Bertepatan dengan itu, untuk memperkaya diri agar tidak hanya menjadi pekerja di perusahaan orang lain meski jabatanya sebagai pimpinan, Lana juga ingin punya usaha sendiri.


Di sebuah kafe Lana sedang berkumpul bersama kawanya. Mereka sedang berbincang tentang proyek pembuatan tempat wisata nuansa agrowisata. Penginapan kecil dengan view pegunungan lalu di padu dengan wahana-wahana permainan.


"Saya punya lahan di daerah strategis di kota B itu! Sangat cocok untuk usaha ini!" jawab Lana antusias dan percaya diri.


Lana merasa dirinya anak satu- satunya. Kalau bukan untuk dirinya untuk siapa lagi harta orang tuanya.


"Waah iyaa... Saya memang mencari lahan di daerah situ!" jawab teman Lana.


"Kira- kira butuh berapa hektar?" tanya Lana mantap.


"Tidak banyak 10 hektar saja cukup," jawab teman Lana.


Lana langsung menyunggingkan senyum sangat bangga. Tanah orang tuanya kan seratus hektar.


"Siap... kapan kita akan survey tempat?" tanya Lana mantap.


"Besok pagi bisa?"


"Oke...!" jawab Lana.


Malam itu pun Lana membuat kesepakatan dengan temanya. Setelah selesai berkumpul dengan temanya Lana mengunjungi kediaman orang tuanya untuk berpamitan dan meminta sertifikat tanah.


"Mamah sudah tidurkah Pak?" tanya Lana ke salah satu pegawai di rumah dinas ayahnya.


"Ibu sedang beribadah bersama Tuan Wira. Tuan Muda!" jawab pelayan.


"Oke!"


Lana masuk ke ruang keluarga dan menunggu kedua orang tuanya beribadah.


"Ada apa malam- malam kesini?" tanya Tuan Wira dingin.


Lana memang jarang mengunjungi orang tuanya jika tak ada kepentingan.


"Ehm...," Lana berdehem. Tidak mungkin kan Lana mau to the point minta sertifikat tanah.


Lana kemudian bangun mencium tangan Papah Mamahnya ramah dan manis.


"Duduk dulu Pah!" jawab Lana.


Nyonya Wira dan Tuan Wira yang sudah dibuat jengah dengan sifat anaknya pun bermuka masam menyambut anaknya ikut duduk.


"Katakan ada apa?"


"Lana ingin buka usaha Pah, Mah!" tutur Lana sopan.


"Bukanya kamu sudah jadi direktur? Gajimu sebagai direktur di SunTech kan sangat tinggi. Kamu juga berkuasa! Untuk apa buka usaha?" jawab Nyonya Wira..


"Tapi Mah, setinggi apapun jabatan Lana, itu perusahaan orang. Lana suatu saat pensiun. Lana ingin punya usaha juga dimana Lana menjadi pemiliknya. Jika Lana tua nanti, Lana tak perlu bekerja tapi usaha Lana tetap berjalan!" jawab Lana mengungkapkan rencananya.


Nyonya Wira dan Tuan Wira mengangguk mengerti.


"Baguslah kalau kamu berfikir begitu. Usaha apa?" tanya Tuan Wira.


"Penginapan dan agrowisata Pah!"


"Menarik!" jawab Tuan Wira lagi memuji Lana.


Lana memegakan duduknya dan senyumnya berkembang. Sepertinya jalanya mulus.

"Papah, Mamah setuju kan kalau Tanah di kota B. Lana bangun penginapan dan beberapa wahana liburan!" celetuk Lana sumringah.


Tap.


Tuan Wira dan Nyonya Wira seketika berubah ekspresi dan saling pandang. Lana kemudian menatap satu persatu wajah orang tuanya meminta persetujuan.


"Lana janji akan bawa hasil yang membanggakan untuk Mamah Papah. Kita bisa bangun hotel juga di sana!" jawab Lana lagi.


"Kamu salah kalau minta ijin ke Mamah!" jawab Nyonya Wira spontan.


Gleg.


Lana langsung menciut dan kebingungan.


"Mamah punya tanah di sana kan?" tanya Lana.


"Tanah itu sudah bukan punya mamah lagi!" jawab Nyonya Wira.


"Maksud Mamah? Mamah jual? Untuk apa? Kapan mamah menjualnya?" tanya Lana memburu merasa dilancangi.


Nyonya Wira tersenyum dan menggelengkan kepala.


"Tanah itu menjadi milik Isyana!" jawab Tuan Wira dingin.


Gleg.


Sesaat Lana seperti mendapat semburan lava panas yang membuat otaknya langsung mendidih. Wajah Lana sontak merah padam dan nafasnya memburu cepat.


Kali ini tidak hanya merasa dilancangi, tapi Lana merasa dihianati orang tuanya sendiri. Lana juga merasa orang tuanya tidak adil dan menyakitinya.


Kebencian terhadap Isyana pun bercokol.


"Isyana Pah?" pekik Lana, marah, emosi dan kecewa.


"Ya..., kalau kamu ingin buka usaha di sana dan kerja sama di sana. Temui Isyana! Dia yang menentukan!" jawab Nyonya Wira.


"Cih!" decih Lana tidak sopan di depan orang tua nya sehingga membuat orang tuanya kaget


"Hoh! Kenapa bisa menjadi milik Isyana Mah? Memang siapa Isyana di hidup kita?" tanya Lana dengan emosi membuncah.


"Dia anak Mamah. Isyana menjadi anak Mamah setelah kamu menceraikanya!" jawab Nyonya Wira lagi dengan tenang.


"Mah, anak Mamah Lana. Dia perempuan hina, dia orang lain yang sudah hianatin Mamah dan anak Mamah!" jawab Lana emosi dan menggebu.


"Dia anak Mamah, anak yang disia- siakan oleh suaminya! Anak mamah yang sudah diabaikan suaminya dan dibuang oleh suaminya!" jawab Nyonya Wira lagi sama ngototnya.


"Mah, dia selingkuh dengan tukang sayur. Dia orang rendahan yang tidak pantas dipercaya. Bisa- bisanya mamah menganggap dia anak Mamah," ejek Lana lagi sangat kecewa.


"Isyana tidak selingkuh! Kamu yang dibutakan oleh perempuan binal itu! Tukang sayur itu hanya temanya. Kamu tidak punya bukti apapun!" jawab Nyonya Wira lagi keras.


Ekspektasi ke rumah orang tuanya dapat sertifikat rumah Lana dan orangtuanya justru bertengkar hebat.


"Cukup Mah. Mika pacar Lana. Dia bukan perempuan Binal!" jawab Lana membela Mika.


Meski percaya pada Isyana, sebelum mantap menghibahkan hartanya untuk Isyana, Nyonya Wira sudah lebih dulu menyelediki siapa Adnan dan kehidupan Isyana. Itu sebabnya Nyonya Wira memilih aset di kota B untuk Isyana.


Nyonya Wira juga mendapat laporan kalau anaknya sering bermalam di apartemen Mika.


"Apa namanya tidak binal jika dia mau tidur bersama laki- laki yang belum genap tiga bulan bercerai? Hah!" seru Nyonya Wira dengan ungkapan kecewanya.


Lana terdiam. Karena dirinya memang salah.


"Mamah malu, mamah sangat malu Lana. Ajaran dan budi pekerti yang Mamah tanamkan ke kamu. Kamu buang begitu saja. Kamu sudah tua, kamu sudah dewasa. Seharusnya kamu bisa lebih bagus dalam bertindak. Tapi kamu semakin mengikuti hawa nafsumu!" lanjut Nyonya Wira.


"Apa kata Bu Dini dan Tuan Priangga kalau tau kelakuanmu? Kumpul kebo dengan mahasiswa yang tidak jelas asal usulnya. Menceraikan istri yang jelas dari keluarga baik- baik!" ucap Nyonya Wira meluapkan marahnya pada anaknya.


Nyonya dan Tuan Wira banyak memendam kecewa terhadap anaknya sendiri, akan tetapi mereka lelah menegur dan bertengkar.


Lana seperti ular yang menjemput tongkat mautnya. Di saat kemarahan orang tuanya yang terpendam sudah menumpuk penuh, Lana datang siap mendapatkan luapan emosinya.


"Cukup Mah. Kalau memang Mamah tidak suka Lana kumpul kebo. Lana akan menikahi Mika!" jawab Lana emosi.


"Mamah tidak peduli lagi. Jika kamu masih dengarkan kata Mamah. Mamah ingatkan kamu. Sudahi kebejatanmu sebelum kamu menyesal, terjerembab dan tersesat terlalu jauh. Putuskan perempuan itu. Kalaupun kamu tidak mencintai Isyana, carilah perempuan yang baik- baik. Tunggulah sampai masa idah Isyana selesai!"


"Isyana Isyana Isyana lagi. Lana kecewa sama Mamah. Kenapa Mamah lebih percaya dengan perempuan itu. Tanah itu hak Lana bukan hak dia!" jawab Lana keras tidak memperdulikan Mamahnya, malah membentak orang tuanya.


"Lana!" pekik Tuan Wira marah.


Mendapat balasan bentakan Lana memilih pergi dari kediaman orang tuanya.


Bersambung.  🥰🥰klik ini lanjut ke bab 53


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 52"