Istri yang terabaikan Bab 51

 Istri yang terabaikan Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


51. Harus dengan tujuan mulia.


Isyana mengikuti Nyonya Wira. Mereka kini berada di salah satu kafe dekat kampus.


Nyonya Wira tahu Isyana belum makan, bekal dari temanya juga terlihat belum Isyana buka. Nyonya Wira pun membiarkan Isyana makan lebih dulu. Setelah itu menyampaikan niatnya.


“Apa Ma?” tanya Isyana kaget setelah mendengar cerita Nyonya Wira. 


“Iya.... Lana mengaku ke mamah, katanya dia sudah selidiki kamu, katanya dia bukti kalau kamu selingkuh dengan pria itu!” tutur Nyonya Wira pelan dengan suara ragu, antara percaya dan tidak.


“Mamah percaya?” tanya Isyana, mulai parau.


Nyonya Wira diam, mau dibilang tidak percaya tapi Lana sangat meyakininya. Mau bilang percaya Nyonya Wira tak ingin menyakiti Isyana.


“Mamah nggak akan marah kalau itu benar adanya, Nak. Mamah tahu, Lana lebih dulu menghianatimu,"


"Mamah merasa sangat bersalah dan berhutang budi pada orang tuamu dan dirimu. Mamah yang meminta kamu jadi mantu Mamah, mengorbankan masa mudamu. Seharusnya mamah menjamin kamu bahagia kamu justru diperlakukan tidak baik, dan sekarang kamu berstatus janda. Ini salah mamah Nak. Mamah tidak akan marah. Itu hakmu!” tutur Nyonya Wira lembut dan sangat bijak, tapi membuat Isyana terhenyak dan menelan ludah getir.


Nyonya Wira ternyata percaya apa kata Lana, karena Lana menceritakan perselingkuhan Isyana dengan menggebu- gebu dan menunjukan foto, sekaligus pengakuan Adnan. 


“Jujurlah pada Mamah, mamah siap mendengarnya, siapa laki- laki itu? Apa kamu bahagia denganyaa? Kenalkan pada Mamah? Kapan kalian akan menikah?” lanjut Nyonya Wira bertanya dengan tatapan pengharapan.


Seketika itu, tangis Isyana pecah. Ada rasa sakit yang luar biasa, hati Isyana terkoyak. Ternyata mertuanya percaya Isyana selingkuh, kenapa Isyana tidak bisa dipercaya. Segitu buruknya Isyana.


“Kenapa kamu menangis Nak? Maaf. Mamah nggak akan marah, apapun yang membuat kamu bahagia Mamah akan dukung. Itu janji mamah pada orang tuamu!” tutur Nyonya Wira lagi.


Nyonya Wira ternyata sayang pada Isyana karena mereka menyadari, mereka yang membuat Isyana berhenti kuliah dan menikah dengan anaknya yang suka main tangan dan selingkuh.


Nyonya Wira merasa sangat berhutang saat asisten rumah tangga mereka menceritakan semua penderitaan Isyana. Nyonya Wira juga merasa malu pada sahabatnya karena tidak bisa membahagiakan Isyana.


“Isyana hanya pernah mencintai satu orang pria, Mah! Yaitu Mas Lana, Mah!” jawab Isyana terbata. 


“Itupun sudah Isyana kubur dalam- dalam meski rasa sakit ini masih ada. Hati Isyana tidak mengerti apa itu cinta dan mati rasa. Bagaimana bisa Isyana menjalin hubungan dengan laki- laki sementara luka Isyana masih menganga?"


"Demi Tuhan. Isyana tidak pernah selingkuh dan menjalin hubungan dengan laki- laki manapun apalagi orang yang baru Isyana kenal seperti Adnan!” lanjut Isyana ke Nyonya Wira dengan suara parau dan derai air mata.


Gleg 


Nyonya Wira ikut tertegun dengan jawaban Isyana.


“Lalu kenapa saat persidangan, kamu tidak mau memperjuangkan hakmu dan menerima tuduhan itu?” tanya nyonya Wira lagi.


Diamnya Isyana di pengadilan, dijadikan senjata oleh Mika dan Lana untuk membenarkan tuduhan.


“Untuk apa Mah?” jawab Isyana bertanya singkat


Nyonya Wira terdiam, tidak bisa berfikir.


“Isyana sudah coba jelaskan pada mas Lana. Mas Lana lebih percaya pada perempuan itu. Isyana sudah coba pertahankan rumah tangga Isyana, memberikan yang terbaik untuk Mas Lana, sekuat Isyana. Yang Isyana butuhkan adalah cinta, kasih sayang dan kepercayaan dari Mas Lana Mah, jika kepercayaan dan cinta itu tidak ada. Untuk apalagi Isyana membela diri dan berjuang? Bagaimana mungkin Mah Isyana berjuang mempertahankan hubungan kalau Mas Lana tidak ada kepercayaan terhadap Isyana!” jawab Isyana panjang.


“Kamu sungguh tidak ada hubungan dengan laki- laki itu?” tanya Nyonya Wira hati- hati meyakinkan.


“Jadi mama Percaya?” tanya Isyana lagi matanya kembali meneteskan air mata, sehina itukan Isyana?


Nyonya Wira kemudian mengambil ponselnya dan menunjukan foto- foto andalan Mika. Nyonya Wira ingin memberitahu alasan dia ragu dan ingin tahu kebenaranya.


“Astafghfirulloh...,” pekik Isyana meneteskan air mata lagi.


Mika ternyata sangat jahat.


“Jadi ini ulah dan akal- akalan si Mika?” gumam Isyana benar ternyata Mika membuntutinya. 


“Lana bilang, mereka juga menemui temanmu itu, dan temanmu mengakui ada hubungan denganmu!” lanjut Nyonya Wira. 


“Wuah!” pekik Isyana tercekat.


Nyonya Wira mengangguk. 


“Adnan? Mengaku begitu? Kapan Mas Lana menemuinya Mah?” tanya Isyana tidak menyangka.


“Mamah tidak tahu persisnya. Tapi dia pergi bersama perempuan itu!” tutur Nyonya Wira, yang dimaksud adalah Mika.


Isyana menutup ponselnya, menuntaskan emosinya dengan membiarkan airmatanya menetes lagi. Setelah dirasa cukup, Isyana mengeringkan pipinya dengan tissu di meja. Isyana kemudian bersiap bercerita pada Nyonya Wira. 


“Dia bernama Adnan, dia memang teman Isyana yang membantu Isyana saat Isyana tidak mengenal siapapun. Lihatlah foto ini secara utuh Mah. Kami tidak berdua, ada teman kami yang berama Tuti yang selalu bersama kami,"


"Mamah bisa bertanya lebih detail tentang Isyana pada dia, orang sekitar dan tetangga- tetangga Isyana. Bagaimana hubungan Isyana dan Adnan!"


"Malam kemarin, Adnan memang mengungkapkan perasaanya pada Isyana. Isyana juga baru tahu Mah. Tapi sungguh, tidak ada hubungan apapun di antara kita!” 


Isyana kemudian menceritakan semua perjalananya di kota B. Apa yang terjadi di foto- foto itu, sedang apa? Kapan dimana? Tentang putri kecil yang cantik dan ibunya yang menyayanginya. Isyana juga menceritakan bagaimana dia kenal Bu Dini dan rencanya kuliah. 


“Maafkan Papah dan Mamah salah menyimpulkan dan tidak mencarimu, Nak. Mamah sempat mengunjungi Ibu tirimu. Tapi tanggapan ibumu tidak baik. Jadi kami pulang. Maafkan kami membiarkanmu kesusahan,” tutur Nyonya Wira merasa bersalah.


“Tidak apa- apa Mah! Isyana bahagia kok sekarang! Hubungan Isyana dengan ibu tiri Isyana memang tidak terlalu baik, sejak Bapak masih ada."


“Maaf ya! Mamah sungguh sangat meyayangkan. Kenapa dalam perceraianmu, kamu menjadi pihak yang salah, padahal jelas- jelas anak mamah yang bersalah! Kenapa kamu tidak menyangkal di pengadilan atas tuduhanmu? Maafkan Mamah dan Papah ya,” tutur Nyonya Wira lagi.


Nyonya Wira sungguh sangat malu dan menyesalkan kebodohan Lana yang tidak mencari kebenaran dengan baik dan ambil langkah tergesa - gesa.


“Untuk apa Isyana membela diri, Mah? Di mata pengadilan dan orang lain, baik Isyana yang salah atau Mas Lana yang salah, mas Lana sudah berikan Isyana talak tiga. Kami sudah bercerai. Mas Lana sudah memutus tali suci di antara kami!"


”Untuk apa Isyana membuang tenaga hanya untuk sebuah pengakuan? Untuk apa Isyana bongkar kejahatan Mas Lana di mata orang lain? Sama saja hasilnya, kami sudah bercerai. Kosong!"


"Isyana sudah berjuang sebisa Isyana, Isyana juga sudah jelaskan pada Mas Lana kalau Isyana tidak selingkuh! Tapi Mas Lana tidak mau dengar!” 


“Isyana sudah menggenapi kewajiban isyana sebagai istri. Jika mas Lana tidak mencintai Isyana dan bahagia dengan orang lain, kenapa Isyana harus mengulur sesuatu yang tidak ada artinya lagi? Bukankah itu hanya membuang waktu?” jawab Isyana dengan detail, menjelaskan alasanya di pengadilan Isyana diam tak menuntut apapun.


Mendengar penuturan Isyana yang lebih memilih menyimpan aib suami, yang tidak lain anaknya. Isyana sendiri memilih membiarkan orang lain memberinya dengan tuduhan keji. Isyana juga tak mendapatkan nafkah, kini Nyonya Wira yang menangis haru dan merasa menyakiti Isyana.


“Terima Kasih Nak, terima kasih. Kamu melindungi aib anak mamah, maafkan mamah gagal mendidik anak mamah jadi suami yang baik! Maafkan mamah.” tutur Nyonya Wira menangis.


“Tidak ada yang salah Mah. Mungkin Mas Lana memang bukan jodoh Isyana! Semua akan baik- baik saja!” jawab Isyana.


“Jadi Lana benar- benar tidak memberikan uang sepeserpun untukmu?” tanya Wira lagi. 


Isyana tersenyum lembut dan menggelengkan kepala.


“Yang Isyana butuhkan kepercayaan Mas Lana dan cinta mas Lana, jika itu tidak ada, ya sudah Mah. Isya tidak butuh yang lain lagi!” jawab Isyana, "Biar semua kembali ke temlat asalnya,"


“Lalu kamu kesini untuk apa?” tanya Nyonya Wira lagi. 


Isyana kemudian menjelaskan keinginanya. Isyana ingin kembali meraih cita- citanya, menggenapi perkataanya pada Mika.


“Bukanya kamu dulu, ambilnya ekonomi? Kenapa sekarang kamu ambil hukum?” tanya Nyonya Wira perhatian.


Isyana menunduk, dalam hati Isyana memang mempunyai tekad ingin membuktikan kalau dirinya bisa lebih baik dari Mika, bukan karena Isyana menyukai jurusan hukum.


“Apa karena Mika?” celetuk Nyonya Wira. 


Isyana terdiam tidak menjawab, tapi raut wajahnya mengatakan iya. 


“Dengar Nak! Sesuatu yang kamu mulai dengan niat yang tidak baik, akan berakhir tidak baik juga. Jika niatmu karena Mika itu tidak tulus, jangan!"


"Kamu boleh mengingat sakitmu sebagi motivasimu untuk bekerja keras. Tapi untuk cita- cita yang mulia. Kamu harus punya tujuan yang mulia juga!” tutur Nyony Wira bijak menasehati Isyana.


“Maafkan Isya Mah!” jawab Isyana menunduk. 


“Sekuat apapun kamu berusaha, kalau hatimu kotor, ada niat balas dendam, Tuhan tidak akan ridzo dan sia- sia sayang. Terlalu murah harga kesuksesanmu jika kamu hanya ingin mengalahkan Mika!” lanjut Nyonya Wira menasehati.


“Iya Mah!” jawab Isyana menunduk malu dan matanya berkaca- kaca, menyadari kesalahanya. 


“Jujurlah pada hatimu sendiri. Jurusan apa yang kamu suka? Pilihlah sesuai hatimu!"


"Mamah ada banyak link jurusan yang bagus untuk kamu ambil kuliah. Tidak harus kamu ambil kampus di sini jika usahamu ada di kota B, ini akan menyusahkanmu di masa depan” lanjut Nyonya Wira menasehati dengan teliti langkah-langkah terbaik untuk Isyana.


“Iya Mah!” 


“Apapun keputusanmu, dan usahamu. Mamah akan dukung kamu dan bantu kamu, Nak! Kamu menjadi istri Lana atau tidak, kamu tetap anak Mamah. Kamu dengar itu?” lanjut Nyonya Wira pasang badan untuk Isyana.


“Iya Mah!” 


“Kejar, cita- citamu, dengan tujuan yang mulia, bukan balas dendam! Jadilah perempuan hebat untuk hidupmu sendiri. Raih kebahagiaanmu. Mamah juga ingin di masa depan kamu menemukan suami yang mencintaimu dengan baik! Kamu menjadi ibu yang dikagumi putra putrimu. Mengerti?” lanjut Nyonya Wira. 


“Iya Mah!” jawab Isyana patuh.


“Nih mamah kasih nomor- nomor teman Mamah, mereka dosen, katakan kamu anak asuh Mamah,"


"Ini ada banyak kesempatan, kalau bisa kuliah di kampus negeri itu lebih baik, kalaupun tidak jangan memaksa, swasta juga nggak apa- apa, yang penting kamu tekun. Masalah biaya Mamah akan bantu,"


"Terima kasih Mah. Isyana bisa sendiri kok!" jawab Isyana sungkan tapi Nyonya Wira tak menghiraukan seakan tak mendengar.


"Dengar – dengar, jurusan yang masih sedikit pesaingnya tapi bagus peluangnya, jurusan HI. Kamu bisa jadi orang sukses jika bisa ambil ini! Kamu bisa melakukan negosiasi bisnis, dagang dan hubungan internasional!” Nyonya Wira justru memberi pencerahan ke Isyana pandangan jurusan yang tak kalah mentereng.


"Bisa juga kedokteran, atau teknik sipil, arsitek? Atau kamu mau kembangkan bakatmu di pertanian? Pilihlah sesukamu. Jangan paksakan karena mau balas dendam. Ambisi yang salah itu akan mencelakaimu. Mengerti?"


"Iya Mah!"


Isyana mengangguk- angguk bersyukur ditemukan orang sebaik Nyonya Wira seakan menjadi ibu kandungnya.


Setelah dirasa cukup karena Nyonya Wira juga harus mendampingi Tuan Wira, mereka pun berpisah dan berpamitan. 


Seperti biasa, jika ada kesempatan ke kota. Isyana sekalian berbelanja bahan- bahan pertanian. 


****


Ada nggak ya di dunia ini ibu mertua seperti Nyonya Wira?


Hehehe


Bantu pilihan jurusan yang bagus untuk Isyana dong Kak?


Bersambung.  🥰🥰 klik ini lanjut bab 52


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 51"