Istri yang terabaikan Bab 50

 Istri yang terabaikan Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰



50. Tidak Kenal


Isyana membawa tanaman pilihan Nyonya Dini dengan hati- hati. Sebelum berangkat Isyana sudah berkomunikasi via whatsap dengan Bu Dini.


Isyana sudah menunjukan koleksi sekulen yang baru dia beli dari kenalan petani sekulen di kecamatan sebrang kontrakan.


Isyana baru mengganti potnya dengan pot indah, satu minggu lalu dan kini sudah mempesona dan siap dipinang para sosialita pemburu tanaman. 


Setelah naik bus satu kali, turun di terminal dan naik ojek, Isyana sampai di gerbang besar rumah bak padepokan.


Dari luar hanya terlihat pagar tembok tinggi lalu ada pohon tinggi, tapi ternyata di dalamnya luas. Ada gazebo- gazebo yang di kelilingi tanaman. Ada semacam aula, masih ada taman dan juga rumah utama.


Rumah pribadi tapi lebih mirip sebuah hotel kecil. Isyana bisa menyimpulkan Bu Dini orang yang sangat kaya. 


“Nona Isya ya?” sapa satpam. 


Pagi ini kediaman Bu Andini pagarnya dibuka, bahkan satpam tampak siaga. 


“Iya!” jawab Isys mengangguk. 


“Langsung ke halaman belakang ya Nona, sudah ditunggu Ibu!” jawab Pak Satpam melihat Isyana membawa keranjang berisi aneka tanaman. 


“Lewat mana ya?” tanya Isyana bingung. Dari post satpam terlihat sepi dan seperti rumah penuh pohon- pohon. 


“Saya antar Nona!” jawab salah satu pekerja yang duduk di dekat security. 


Isyana mengangguk dan mengikuti pelayan Nyonya Dini.


Isyana masuk melewati teras ruangan yang kemarin dia lewati. Ternyata itu seperti sebuah ruang tamu besar dan dapur. Lurus ke depan Isyana keluar dari bangunan itu. Setelah keluar ternyata masih ada halaman yang di tengahnya ada kolam ikan dan air mancurnya, ada taman- taman juga.


"Pantas seberapapun Isyana tawarkan tanaman Bu Dini hayuu aja," batin Isyana.  


Setelah kolam itu, nampaklah bangunan megah nan indah. Rumah utama ternyata privat di dalam. Lebih besar dari rumah dinas mertuanya, juga.  


Di situ juga terparkir mobil- mobil yang sebelumnya tidak pernah Isyana lihat di jalanan. Yang pasti mobil unik dan langka. 


“Mari masuk Nona!” ajak satpam. 


Isyana masuk ke rumah besar dan terletak di dalam, terntata masih ada ruangan taman lagi yang menghadap ke sisi samping rumah itu. Di situ tersedia kolam renang bak di hotel berbintang. Di situ juga terdengar gelak tawa ibu- ibu sosialita. 


“Silahkan Nona!” ucap pelayan lalu meninggalkan Isyana. 


“Terima kasih Pak!” jawab Isyana tersenyum membiarkan palayan pergi. 


“Huuuft!” Isyana menghela nafasnya melihat sekeliling sesaat. Sangat mewah, seperti istana. 


“Aku tidak sedang bermimpi masuk dunia lain kaan? Kenapa aku berasa ada di dunia lain, di luar sana bahkan banyak orang tidur di kolom jembatan? Aku sendiri ngontrak di satu petak kecil. Ini apa? Hotel? Istana? Coutage atau apa? Dari luar nggak keliatan lagi? Meski di kota tapi tenang dan nyaman,” batin Isyana dengan pikiran bodohnya. 


Ternyata mantan di atas mantan suaminya dan mertuanya masih ada yang jauh lebih kaya.


"Bu Dini punya anak berapa ya? Apa pekerjaanya ya?" tanya Isyana lagi dalam hati, matanya berkelana kali- kali ada foto keluarga.


“Isyaa!” panggil Bu Dini dari dalam membawa sekotak perhiasan, rupanya hoby sosialita adalah arisan berlian. 


“Siang Nyonya!” sapa Isyana mengangguk. 


“Teman- temanku udah nunggu, biar kamu bisa kenalan dengan mereka, yuk ikut!” ajak Bu Dini ke Isyana. 


Isyana mengangguk, berjalan mengekor di belakang Bu Dini. 


“Jeng...yang kita tunggu- tunggu udah dateng, kenalin nih. Namanya Neng Isya Putri, florist langgananku!” ucap Bu Dini mengenalkan Isyana ke teman- temanya. 


Isyana masih berdiri menunduk dengan penampilan manisnya, flat shoes manis berwarna putih, dress simple berwarna coklat dan rambut diikat rapi ke belakang. 


“Ayo, Isya kenalkan dirimu!” bisik Nyonya Dini. 


Isyana pun mengangkat wajahnya, teman- teman Bu Dini yang tadinya sedang menyantap hidangan ikut menoleh. 


“Glek!” Isyana terdiam ketika matanya beradu pandang dengan orang yang sangat dia kenal. 


“Isya!” pekik orang itu kaget, sampai Bu Dini dan teman yang lain ikut menoleh dan salah fokus. Isyana menoleh ke Bu Dini dengan menelan ludahnya mulai panik. 


“Kalian saling kenal?” tanya Bu Dini dengan wajah cerahnya. 


“I-i-iya.. dia!” ucap Tamu Bu Dini itu mau menjawab, tapi segera dipotong.


“Nyonya Wira, juga pelanggan saya Nyonya Dini!” sahut Isyana cepat dengan ekspresi tidak nyaman.


Perkataan Isyana membuat Nyonya Wira mantan mertuanya memicingkan matanya. 


Sementara Isyana bersikap seolah tidak mengenal Nyonya Wira secara dekat.


Nyonya Wira pun bisa menangkap aura tidak nyaman Isyana, meski ada raut kecewa dan penuh tanda tanya, tapi Nyonya Wira peka dan mengikuti sandiwara Isyana. 


"Iya!" jawab Nyonya Wira.


“Oh gitu? Syukurlah, duduk anak cantik, coba kasih lihat... mana pesenanku, teman- temanku mau lihat!” ucap Nyonya Dini. 


Isyana kemudian duduk di tengah- tengah para sosialita. Isyana sangat profesional menjelaskan detail sekulen yang Isyana beli dari pedagang lain. Meski bukan Isyana yang menanam dari awal, tapi Isyana menunjukan dia tahu banyak. 


Isyana membawa sekulen dengan berbagai bentuk unik dan berbagai warna. Tanaman cantik dan imut yang sangat menakjubkan dan cocok di tata di dalam rumah berjajar dengan perhiasan. 

Dalam waktu kurang dari 15 menit, sekulen Isyana yang tadi berjumlah 15 pot kecil- kecil semua laku. Padahal Isyana mengambil untung 50%.


Mereka rela membayar mahal karena tanaman sejenis itu ada jika mereka berkunjung ke kota B. Isyana pun mengantongi uang 3 juta dalam waktu sesingkat itu. Kecil bagi pelanggan Isyana itu, tapi buat Isyana besar. 


“Katanya jual macam- macam philow dan caladium juga?” tanya tema Bu Dini. 


“Iya Nyonya!” 


“Bagi nomer whastap yaa!” 


Dengan senang hati Isyana membagikan nomer telepon barunya ke pelanggan barunya termasuk Nyonya Wira ikut mencatat. Isyana memang tidak memberikan nomernya pada mantan mertuanya itu. 


“Ayuk makan yuk!” ajaak Bu Dini. 


“Terima kasih, Nyonya saya harus pergi!” jawab Isyana seperti kemarin mau berpamitan pergi. 


“Mau ke kampus lagi?” 


“Iya!” jawab Isyana. 


“Sebentar ya!” ucap Bu Dini. 


Terenyata Bu Dini sudah menyiapkan satu kantong kardus berisi makanan untuk Isyana. 


“Bawa ya. Jangan jajan di luar!” tutur Bu Dini menasehati. 


Isyana pamit dengan teman- teman Bu Dini termasuk Nyonya Wira dengan sandiwara yang sangat hebat. Nyonya Wira juga ikut bersikap hanya sebatas penjual dan pembeli. 


Nyonya Dini mengantar Isyana ke depan. Sungguh Bu Dini sangat baik di luar dugaan Isyana. Isyana sampai ingin menangis dan rindu ibu dan neneknya selalu menemukan orang sebaik Bu Dini. 


“Semoga ketrima ya...!” tutur Bu Dini ramah. 


“Aamiin, terima kasih Nyonya!” jawab Isyana mengangguk sopan. 


Isyana sebenarnya bisa melihat pengumuman lewat web, hanya saja bagi Isyana datang ke kampus besar yang terkenal di negaranya itu serasa piknik. Isyana bisa melihat gedung- gedung besar dan tua dengan pepohonan rindang. Meski belum menjadi mahasiswa, Isyana bahagia membayangkan kuliah di situ. 


Isyana pun berjalan ke mading besar tempat pengumuman di tempel. Meski ada lewat internet, tapi pengumuman real tetap ada. Hanya saja karena sudah modern, tak seperti bayangan Isyana, dimana saat SMA dulu banyak orang mengantri lihat, sekarang sepi hanya sada segelintir orang yang berdiri di situ. Sekarang pasti pesaingnya lihat lewat internet. 


Isyana mengurutkan nama daftar peserta yang diterima di jurusan yang dia pilih. Sayangnya Isyana harus menelan ludahnya kecewa. 


“Hah.... hahaha!” 


Saat Isyana menunduk lesu hendak berbalik, di belakang Isyana terdengar suara tawa mengejek dari seseorang. 


Isyana hanya menelan ludahnya terdiam. 


“Loo_serrr!” ejek orang itu bersedekap dengan tampang angkuhnya ke Isyana. 


Isyana diam mengepalkan tanganya. 


“Kamu pikir, masuk ke universitas ini dan ambil jurusan hukum itu mudah? Huh?” ucap Mika lagi. 


“Otak dangkal dengan kapasitas 2 giga bet kaya kamu tuh jangan terlalu banyak ngimpi buat masuk ke universitas ini, ngerti!” ucap Mika lagi. 


Karena memang Isyana tidak lolos, Isyana hanya diam. 


“Nggak usah ngimpi ya! Kamu bukan sainganku! Mending simpan uangmu buat makan, jangan sampai jadi pengemis dan muncul di hidupku dan Lana lagi, ngerti?” ucap Mika mencondongkan mukanya. 


Isyana tidak menghiraukanya dan berjalan cepat menjauh. 


“Hahahaha!” Mika tertawa puas melihat Isyana pucat pasi dan tidak membalas seperti biasanya. 


Tidak munafik dan tidak berbohong, Isyana merasakan patah dan kecewa. Sayangnya kali ini saking kecewanya Isyana tidak menangis, hanya dunianya terasa berhenti dan tidak berwarna. Isyana berjalan cepat sampai tak menoleh kiri kanan. 


“Isyana!” panggil seseorang yang ternyata membuntutinya. 


Isyana berhenti dan menoleh. 


“Mamah!” jawab Isyana menunduk. 


Nyonya Wira kemudian berjalan cepat dan langsung memeluk Isyana. 


“Kenapa kamu harus berbohong dan pergi Nak?” tanya Nyonya Wira lirih. 


“Maafkan Isya Mah, Isya tidak ingin buat Mamah malu!” jawab Isyana menunduk. 


“Sssssstttt...! Jangan bilang begitu, mamah tidak pernah malu apapun keadaanmu Nak. Kamu jadi menantu Mamah atau tidak, Mamah tetap sayang sama kamu. Kamu tetap anak mamah,kamu mengerti?” ucap Nyonya Wira tulus sehingga menyentuh hati Isyana dan seketika tangis Isyana pecah. 


“Maafin Isya Mah!” jawab Isyana lagi sambil terisak. 


“Jangan nangis Nak. Mama ingin ngobrol sama kamu. Ikut mamah dulu ya!” jawab Nyonya Wira. 


Isyana mengangguk dan mengikuti mantan mertuanya masuk ke mobil.


Bersambung.  🥰🥰klik ini Lanjut ke bab 51


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 50"