Istri yang terabaikan Bab 46

 Istri yang terabaikan Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


46. Pupus


2 hari kemudian. 


“Papah hari ini masih libur atau udah kerja?” tanya Nyonya Ara di meja makan pada suaminya, di akhir mereka makan.


“Kenapa?” tanya Tuan Aksa. 


Hari kemarin setelah sebelumnya Tuan Aksa pulang malam, Tuan Aksa libur kerja.


Saat Tuan Aksa di rumah, Nyonya Ara dan Putri juga tidak pergi kemana- mana, mereka quality time. Kalaupun pergi kontrol untuk pengobatan Nyonya Ara. 


“Tanya aja!” jawab Nyonya Ara. 


“Papa kerja, ada banyak yang harus dibenahi, Mah! Omset penjualan juga tak sederas di perusahaan pusat, pasaran terhadap penjualan motor berbeda dengan mobil! Sebelum kita ke Singapura, Papah akan pastikan semua siap ditinggal. Mamah siap juga kan?” jawab Tuan Aksa curhat dan bertanya.


Nyonya Ara tersenyum mengangguk.


“Kalau papah kerja? Boleh ya? Setelah antar Putri ke sekolah, Papah anter Mamah ke greenhouse Nyonya Putri?” tanya Momy Ara pelan mencoba merayu. 


“Tak!” Tuan Aksa langsung meletakan sendok makanya. Tuan Aksa diam dan mengelap mulutnya dengan tisuu dengan ekspresinya yang dingin.


Nyonya Ara ikut terdiam takut salah ucap.


“Putri, princess Daddy!” panggil Tuan Aksa ke Putri.


“Yas Daad!” 


“Makanmu sudah selesai kan?"


"Ya Dad!"


"Anak Pintar!" tutur Tuan Aksa tersenyum. "Daddy lupa belum kasih makan ikan kita, can you help me?” 


“Apa Dad?” 


“Ajak Mbak... kasih makan Ikan Daddy ya!” 


“Ok Dad!” 


“Thank you sayang, I love you!” ucap Daddy Aksa lagi tersenyum lalu mengelus puncak kepala putri cantiknya. 


Putri dengan girang turun dari kursinya dan pergi.


Tuan Aksa bermaksud mengusir Putri secara halus. Kini hanya tinggal dirinya dan istrinya yang duduk di kursi roda. 


Nyonya Ara diam menunduk, siap- siap suaminya akan marah. Nyonya Ara bisa menebak dari ekspresi suaminya.


Tuan Aksa kemudian menatap istrinya dalam. 


“I am Sorry!” ucap Nyonya Ara lirih menyadari membuat suaminya kesal.


Tuan Aksa diam, lalu mengulum lidahnya kesal. 


“Apa kamu meragukan cintaku Mah? Huh?” tanya Tuan Aksa kemudian. 


“Apa mama pikir, papa bisa menerima orang lain di hati Papa sementara Mamah masih ada dan duduk di depan Papa?” tanya Tuan Aksa lagi. 


“Apa segitu rendah cinta Papa ke Mama? Atau Mamah udah nggak cinta Papa sehingga Mama nggak mau berjuang untuk Papa lagi?” lanjut Tuan Aksa ternyata benar- benar marah atas permintaan Nyonya Ara malam kemarin. Tuan Aksa jadi tersinggung kalau ada nama Istana di keluarga mereka. Tuan Aksa pun terus menatap Nyonya Ara tajam. 


“Bu- bu- bukan begitu Pah!” jawab Nyonya Ara menunduk dan gemetaran, dirinya sadar pikiran negatifnya ternyata menyakiti suaminya. Padahal niat Nyonya Ara baik.


Sebagai perempuan yang mencintai anak dan suaminya. Sebagai manusia yang Tuhan pilih diberikan ujian sakit lain dari yang lain. Nyonya Ara didatangi berbagai rasa yang tidak bisa dipahami oleh siapapun kecuali orang yang mengalaminya. 


Meski tak menceritakan pada anak dan suaminya. Nyonya Ara merasakan sakit yang luar biasa saat sel- sel jahat yang bersemayam di tubuhnya menyerang.


Bahkan tanpa Putri tahu, Nyonya Ara semakin sering muntah darah dan tiba- tiba badanya terasa tak bertenaga sama sekali. 


Nyonya Ara merasa duniaya seakan berbeda dan semakin menjauhinya. Seringkali dunia yang sebelumnya terlihat begitu indah, tiba- tiba berputar menjadi gelap dan menyesakan. 


Akan tetapi Nyonya Ara tak ingin ada satupun orang yang tahu bagaimana penderitaanya. Nyonya Ara hanya ingin putrinya tetap tersenyum dan bahagia. 


Bukan Nyonya Ara tak mau berjuang. Rasanya sampai sudah bosan menelan obat. Bahkan seringkali dirinya merasa kesakitan saat harus menjalani kemoterapi, mual sakit, berputar tidak bisa dijelaskan. Sampai Nyonya Ara ingin semua itu cepat berakhir.


Satu- satunya yang membuat bertahan adalah senyum putri kecilnya. Bahkan Nyonya Ara berfikir bagaimana cara agar Putri tetap bahagia tanpanya.


Nyonya Ara akan melakukan apapun untuk mewujudkan itu, meski dia menahan lemah yang luar biasa. Itulah sebabnya dia sempatkan main ke greenhouse Isyana dengan dalih ingin melihat bunga dan menghirup udara luar. 


Akan tetapi sebenarnya, Nyonya Ara hanya ingin benar- benar mengenal bagaimana seorang Isyana yang sangat disukai putrinya itu. Apakah dia ibu peri yang baik seperti yang Putri cerita. Ibu Peri yang temani Putri saat dirinya terbaring lemah tak berdaya.


Ketakutan terbesar bagi Nyonya Ara bukanlah akhir hidupnya atau kematian. Sungguh Nyonya tak Ara tak mengkawatirkan apapun tentang dirinya, bahkan sudah tak ingin menikmati semuanya, karena dunianya, setiap saat selalu dikejar rasa sakit di sekujur tubuhnya. 


Ketakutan di hati Nyonya Ara adalah, bagaiamana Putri akan menjalani harinya ke depan tanpa dirinya. Siapa yang akan menyayangi Putri dengan tulus. Siapa yanga mendidik Putri dengan baik dan ajaran yang benar, membuat Putri menjadi perempuan yang bermartabat dan bahagia.


Nyonya Ara tahu mertuanya juga sudah tua, ibunya sendiri juga sudah meninggal dengan sakit yang sama seperti dirinya.


Sementara Maid, mereka bekerja sesuai kebutuhan, para maid kelak akan menikah dan hilir mudik silih berganti.


Jawabanya adalah ibu sambung. Bukan tidak percaya pada suaminya, akan tetapi jika Tuan Aksa memilih perempuan dari kelasnya, Nyonya Ara ragu perempuan berkelas bisa menerima Putri, dan Putri bisa menerimanya.

Nyonya Ara ingin dia yang tentukan ibu untuk Putri sendiri sebelum dia pergi. Sayangnya niat baiknya itu justru mengundang marah suaminya.


“Lalu apa? Maksud Mamah?” jawab Tuan Aksa tersinggung dan balik bertanya.


“Mamah ingat kan kata dokter kemarin, Mamah tidak boleh banyak aktivitas, fokus istirahat di rumah Mah, bulan depan kita berangkat ke Singapore. Mamah meminta ijin ke rumah Nyonya Putri karena Mamah masih berfikir ingin Papah dekat denganya kan? Mamah ada niat lain ke sana kan?” lanjut Tuan Aksa menebak akal- akalan istrinya. 


Sebenarnya tebakan Tuan Aksa benar, tapi Nyonya Ara berkilah agar suaminya tak marah.


“Tidak Pah... bukan begitu?” jawab Nyonya Ara lagi. 


“Please! Papah mohon, jauhkan pikiran mamah menyuruh Papah untuk menikah lagi, perempuan yang ada di hidup Papah, hanya Mamah, Putri dan Yangti!” jawab Tuan Aksa 


“Iya Pah! Mamah cuma ingin tanyain pesanan Mamah, kemarin Nyonya Putri bilang, mau datang barang baru, sekulen kesayangn Mamah, sejenis kaktus gitu, mau Mamah taruh di situ Pah!” jawab Nyonya Ara beralasan sambiil menunjuk etalase dekat ruang makan yang mau dia isi dengan sekuler unik dan mungil.  


“Mamah ingin yang seperti apa? Biar Papah pesankan via online atau teman Papa yang cari, tapi jangan ke Nyonya Putri!” jawab Tuan Aksa dingin, tidak ingin istrinya dan anaknya terlalu dekat dengan Isyana sampai berfikir menjdodohkan dirinya. 


Entah kenapa Tuan Aksa merasa kesal dengan ide istrinya itu. 


“Tanaman itu harus dipilih langsung untuk bisa nilai subur dan tidaknya Pah. Mamah janji nggak akan bahas tentang percakapan kemarin lagi. Sungguh Pah!” tutur Nyonya Ara lagi merayu.


Tuan Aksa masih diam. 


“Mama janji nggak akan lama!” ucap Nyonya Ara lagi. 


Tuan Aksa masih diam. 


“Ya Pah! Please...!” tutur Nyonya Ara lagi gigih meminta.


“Oke, nggak lama dan nggak usah ngobrol terlalu dekat!” jawab Tuan Aksa akhirnya luluh.


“Iyah!” jawab Nyonya Ara tersenyum senang.


Mereka kemudian berangkat mengantar Putri ke sekolah dan seperti sebelumnya, saat Nyonya Ara pulang mereka mampir ke greenhouse Isyana. 


Hanya saja, saat sampai mereka menelan ludahnya kecewa.


Greenhouse Isyana yang biasa jam segitu sudah buka dan terdengar alunan musik penenang jiwa, kini pintunya terkunci dan sepi. 


“Tutup, Mah!” ucap Tuan Aksa. 


“Belum buka kali Pah! Kita tunggu bentar ya Pah!” ucap Nyonya Ara. 


“Besok atau lusa kan bisa Mah! Ayo pulang yuk, mamah keliatan pucat lho!” ucap Tuan Aksa lagi khawatir, Tuan Aksa mengajak istrinya pulang karena dia juga harus segera bekerja. 


“Bentar Pah, biasanya ada Mbak Tuti, Mamah tanya Mbak Tuti dulu ya!” rayu Nyonya Ara.


Benar saja dari arah salon, Tuti berjalan tergopoh- gopoh sambil menyeka keringatnya. 


Kalau Isyana pergi, greenhouse memang dipasrahkan pada Tuti, tapi kan Tuti juga bekerja sebagai petugas kebersihan. Jadi Tuti bereskan pekerjaannya dulu baru buka greenhouse dan jika sudah sore juga dikunci lagi ditinggal pergi. Berbeda jika Isyana stand by, selama Isyana belum tidur selalu buka. 


“Eh, Tuan Nyonya... pagi sekali sudah kesini, mari silahkan masuk!” sapa Tuti ramah. 


“Mbak Putrinya kemana ya?” tanya Nyonya Ara. 


“Sekulen pesanan istri saya sudah datang?” tanya Tuan Aksa ikut menimpali. Suaminya istri itu berbeda pertanyaan.


Tuan Aksa kan ingin istrinya menepati perkataanya datang untuk beli sekulen bukan bertemu Isyana, harusnya kalau hanya beli dengan Tuti bisa dong. 


Nyonya Ara ikut mengangguk meski tidak ikhlas. Tapi sekarang sadar, karena permintaanya bukanya suaminya jadi akrab dan dekat dengan Isyana, suaminya malah jadi ingin jauh.


“Aduh, maaf! Isyananya sedang ke kota, ada ujian masuk perguruan tinggi, terus kalau paket tanaman belum ada yang datang Tuan!” jawab Tuti memberitahu.


“Oh.. ya sudah! Ayo Mah pulang!” jawab Tuan Aksa senang.


“Perguruan tinggi?” tanya Nyonya Ara tertegun. Berbeda respon dengan suaminya, Nyonya Ara bertanya lirih dengan nada kecewa. 


“Iya Nyonya!” jawab Tuti semangat.


“Oh ya...!” jawab Nyonya Ara tersenyum getir. 


“Ayo, pulang Mah!” ajak Tuan Aksa. 


Nyonya Ara mengangguk dan mereka pulang. Sepanjang perjalanan Nyonya Ara diam melamun, menatap ruang jalan yang baginya semakin hampa. 


“Mas Aksa benar, aku tidak bisa menjodohkan orang lain semauku. Nyonya Putri juga ingin memperjuangkan masa depanya.


Jika dia kuliah, kan pasti dia akan sibuk, mana mungkin mau mengasuh Putri. Aku tidak boleh egois!” batin Nyonya Ara memutuskan memupuskan harapanya menjodohkan Isyana dengan suaminya. 


“Tapi kenapa? Aku selalu merasa dia menyayangi putriku dengan tulus? Apa ini hanya harapanku karena aku juga menyukai Nonya Putri?” 


“Oh Tuhan apa ini artinya aku harus berjuang untuk sembuh? Benarkah keajaiban Tuhan itu ada? Tapi kapan semua itu datang? Tuhan, rasanya aku sudah lelah berjuang melawan sakitku? Aku ingin menyerah! Aku sudah tidak tahan lagi, mau sampai kapan aku akan rasakan semua ini?”


Bersambung.  🥰🥰 Bab 47


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 46"