Istri yang terabaikan Bab 164

 Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


164 Tolong Papah


“Ke depan aja Mas, jangan di sini kotor!” ucap Isyana masih berusaha berfikir waras. 


Isyana tahu akan sangat tidak elegan kalau tetiba nenek bangun memergoki mereka di dapur malam- malam. 


“Ssssttt... udah sini duduk, waktuku tidak banyak!” jawab Binar malah menyeret Isyana untuk duduk. 


Isyana jadi menatap Binar curiga. 


Tapi Binar meraih Isyana untuk duduk di bangku kayu sempit sehingga mereka berdekatan dan rapat, tentu saja Isyana jadi mendadak panas dingin dan gelagapan. 


Isyanna pun menjauhkkan dirinya meski paantatnya jadi sisa, tidak semuanya di atas kursi. 


Binar kemudian menatap Isyana tersenyum. 


“Kenapa menjauh, tadi katanya mau ngobrol penting, kamu kangen kan sama aku? Nggak mau peluk aku? Duduk aja menjauh gitu?” ledek Binar. 


“Mas ingat, kita harus ada batasan!” jawab Isyana menegur. 


“Hmmm... yaya oke- oke! Ya sudah katakan saja mau ngobrol apa? Hemmm...?” tanya Binar mesra, Binar mengalah Binar yang duduknya menjauh dan membiarkan Isyana duduk dengan benar. 


“Mas pulang kapan? Kok kesini nggak bilang- bilang?” tanya Isyana lagi, rasanya mau langsung cerita masih mengganjal dengan kejutan Binar. 


“Kan katanya ada yang ajakin kencan dan kangen sama aku, jadi, ya udah Mas kesini!” jawab Binar ngeledek Isyana lagi sambil melihat wajah dan tubuh Isyana. 


Isyana memicingkan matanya. 


“Siapa yang bilang ajakin kencan?” tanya Isyana. 


“Ada! Iya kan Dhek?” jawab Binar dengan sembrono tiba- tiba tanganya menyentuh perut Isyana. 


“Ehm...,” Isyana jadi tidak nyaman dan kaget. 


Binaar menarik tanganya lagi. 


“Kalau mau kencan nggak usah bilang ke Putri, bilang aja ke Daddynya lagsung!” ucap Binar lagi. 


Isyana semakin mendelik. 


“Siapa yang ingin kencan Mas?” jawab Isyana. 


“Udah, Mas sekarang udah di sini, nggak usah malu- malu. Maaf tadi nggak diangkat soalnya lagi di pesawat! Nih, Mas langsung ke sini!” tutur Binar lagi menyodorkan wajahnya ke Isyana dengan tampang sok imutnya. 


Gimana sedih dan khawatirnya Isyana nggak hilang berubah jadi gemash ingin pukul sekaligus geregatan pengin uwel- uwel itu muka Binar. Binar selalu semaunya dan sesukanya.


“Isyana Cuma mau ngobrol, kenapa Mas nggak bilang kalau naik pesawat? Jadi Mas baru pulang? Terus langsung ke sini?” tanya Isyana. 


“Iyah, abis Mas takut pulang ke rumah!” 


“Takut kenapa?"


"Mamah marah- marah!” jawab Binar lagi. 


“Marah kenapa?” tanya Isyana kaget.


“Kata Mamah kalau mau peluk- peluk kamu mau pacaaran sama kamu jangan pas ada Putri, ya udah mas kesini. Mang kamu ngomong apa sih?” jawab Binar lagi.


Isyana jadi semakin pusing. 


Isyana kan nggak ngomong apapun. Apa- apaan ini?


“Beneran Bu Dini ngomong gitu?” tanya Isyana. 


Binar mengangguk, dan tersenyum.


“Makanya kalau mau kencan nggak usah kode- kode ke Putri sama mamah, sampai telpon banyak banget. Nggak kuat banget yah?” tanya Binar lagi semakin parah. Mengira Isyan telpon saking ngebet pengen ketemu. Meski ada unsur iya tapi kan ada hal lain.


“Hoooh,” Isyana menghela nafasnya dan mengelus perutnya. Sabar- sabar. Tadi siang dan barusan ngadepin nenek lampir ini ditambah nagdepin duda narsis dan salah paham.


“Astaghfirulloh!” ucap Isyana membatin. 


“Kenapa lagi?” tanya Binar.  


“Mas, Isyana nggak ngomong apapun sama Bu Dini, Ini itu gara- gara Mas. Kayaknya Putri salah paham lagi deh? Terus tanya ke Mamah, Mas ingat nggak sih tadi angkat telpon Isyana langsung bahas kencan? Isyana telepon Mas, bukan minta kencan!” jawab Isyana ngambek. 


“Oooh jadi tadi sama Putri?” jawab Binar. 


“Iya makanya lain kali kalau angkat telepon itu yang sopan dan hati- hati! Memory dan daya ingin tahu anak itu kuat banget. Nggak usah ke Gran!” jawab Isyana mendengus ngomel.


Entahlah setelah sekian hari berkomunikasi lebih intens dekat dan sering, Isyana benar- benar hilang sungkan, nyaman, berasa dekat dan bebas berekspresi termasuk ngomel. 


“Cantik banget sih kalau ngomel? Jadi nggak sabar bawa pulang!” jawab Binar lagi ngeledek lagi sambil memangku muka ngeliatin wajah Isyana. 


“Iiiissshh, Mas! Jangan bercanda terus!” jawab Isyana kesal dibuat keki dan malu terus. 


“Hehee... yayaya!” jawab Binar sekarang menegakan badanya dan duduk tegap ada di mode serius. 


“Katakan mau ngomong apa Sayang?” tanya Binar. 


“Mas dulu, barusan kan Mas bilang juga mau ngomong penting sampai harus ke sini!” jawab Isyana. 


Tadi pas Isyana mau usir, Binar juga bilang mau bicara penting. Sampai harus lewat pintu belakang. Isyana kan jadi berfikir memang ada hal penting. 


“Iya penting banget, mas kangen sama kamu! Itu penting buat, Mas!” jawab Binar ngebanyol lagi. 


“Mas!” pekik Isyana lagi hatinya udah merasa diaduk- aduk dikerjai terus. 


Binar jadi ketawa, melihat ekspresi Isyana yang bibirnya mecucu. 


“Manis banget sih?” ucap Binar berani memencet hidung Isyana. 


“Ish!” Isyana langsung menepis gemash kesal. Orang Isyana lagi dheg- dhegan takut nenek dan Dina bangun malah Binar bercanda terus. “Ini udah malam Mas, kita jadi kaya orang nggak bener kalau begini? Buruan mau ngomong penting apa?” ucap Isyana.


“Ehm...,” Binar kemudian berdehem dan wajahnya tampak serius. 


Isyana masih diam.


“Oke.. mas mau minta tolong ke kamu!” ucap Binar tiba- tiba serius, muka dewasa dan kalemnya datang. 


“Minta tolong?” tanya Isyana mendadak rasa ada yang aneh. 


“Sebelumnya ,kamu yang katakan dulu, hal penting apa yang ingin kamu sampaikan?” tanya Binar lagi mode serius. 


“Mamah Wira ancam Isyana, kalau Isyana nggak turuti kata Mamah, Mas mau dilaporin ke polisi! Mas kan kemarin pukulin Mas Binar! Aku takut Bu Dini tahu, aku takut Mas masuk penjara,” jawab Isyana. 


Binar pun tersenyum. “Kamu mengkhawatirkan aku?” tanya Binar. 


Isyana diam tidsk menjawab dan menunduk tersipu. 


“Bilang dong iya... kan aku cinta sama kamu Mas! Gitu!” ucap Binar memaksa, udah mulai serius bercanda lagi. 


Meski kenyataanya iya, tapi kan Isyana Jadi keki dan malu. 


“Iiish! Isyana kasian sama Putri , Isyana kasian ke Bu Dini dan malas jadi saksi, bodo amat sama Mas, bawel dibilangin!” jawab Isyana manyun


Binar kali ini tidak tersenyum dan nakal lagi, tapi menatap Isyana intens dan tajam. 


“Mamah jauh lebih dulu, tahu. Kamu tenang aja!” jawab Binar. 


Gleg 


Isyana jadi diam menoleh Binar lekat. 


“Maksudnya?” 


“Om Wira mau jatuhin Papah juga!” jawab Binar.


“Hoh?” pekik Isyana kaget. “Mamah dan Bu Dini tadi terlihat akur dan baik- baik saja?” jawab Isyana. 


“Ya memang begitu! Itu kelebihan mereka,” 


“Jadi, Mas udah tahu tentang ini?” tanya Isyana.


“Tahu dong!” 


“Terus Mas gimana?” 


“Nggak usah takut santai aja!” jawab Binar. 


“Isyana kahwatir Mas, Mas kebukti salah pukulin Mas Lana. Isyana kan juga udah peringatin, Mas sih ngeyel!” jawab Isyana lagi. 


“Tanpa ada kejadian itu, mereka akan tetap menyerangku ataupun ayahku, kejadian itu hanya pas aja, jadi mereka ada jalan dan alasan. Om Wira memang sudah lama merencanakan banyak hal ke Papah!” tutur Binar. 


Isyana tertegun. 


“Maksdunya apa Mas?” 


“Maaf, mas harus libatkan ini ke kamu, maaf kamu jadi harus tahu  ini. Om Wira itu mafia!” tutur Binar


“Maksudnya?” 


“Masa kamu nggak tahu sih?” 


“Mamah dan Papah selalu baik ke aku Mas? Aku baru tahu sifat mamah, ya baru- baru ini? Kupikir karena Mamah marah karena aku hamil tapi nggak kasih tahu mereka, dan aku memilih kuliah dari uang Bu Dini!” ucap Isyana.


Binar menggeleng. 


“Ya memang asli sifatnya Tante Mutia begitu!” jawab Binar


“Berarti aku nggak usah ikutin apa kata Mamah Mutia?” tanya Isyana. 


“Ck... kenapa manggilnya masih Mamah sih? Masih ngarep jadi anaknya ya?” decak Binar kesal. 


“Ya... nggak. Bu Mutia kan selama ini baik ke aku!” jawab Isyana. 


“Mamahku juga baik kan?”


“Ya Bu Dini juga baik!”


“Panggil mamahnya ke mamahku aja mulai sekarang!” jawab Binar


“Hmmm...,” jawab Isyana. 


“Jadi itu hal penting yang mau kamu omongin?” tanya Binar. 


Isyana mengangguk. 


“Isyana juga bingung, mamah Wira mau adain syukuran 7 bulanan!” 


“Mamah lagi!” sela Binar marah.


“Iya maksudnya Bu Mutia , ingin aku ikut dia Mas, Bu Mutia juga ajak aku ziarah ke makam ayah Isyana dan Bu Mutia juga!” ucap Isyana menggebu ingin ceritakan semuanya


“Tunggu!” potong Binar. Isyana pun terhenti bicara. 


“Dia ajak kamu ke kampung ayahmua?” 


“Ya..! Bu Mutia juga silaturrahim ke rumah ibuku!” 


Bina langsung mengangguk dan meminta Isyaana ceritakan semuanya. 


Isyana kemudian menceritakan semuanya lengkap beserta apa yang Bu Wira katakan sehingga sakitin hati Isyana. 


“Hapus tanda blokirnya, jangan buat dia marah!” ucap Binar di luar dugaan Isyana.


“Hah!” pekik Isyana.


Isyana pikir Binar akan minta Isyana jauhi Bu Wira. 


“Aktifkan lagi, jawab saja, lakukan syukuran itu di rumah Lana!” tutur Binar lagi. 


Isyana langsung melongo. Isyana pikir dengan cerita ke Binar, Binar akan membelanya dan kasih solusi.


“Kenapa malah aku harus mendekat dan baik ke mereka , mas? Kamu nggak marah aku baik ke mereka?” 


“Aku minta maaf, aku butuh kamu dalam hal ini, kamu bisa menolongku? Tolong Papah!” tanya Binar. 


****


Bersambung


Klik ini Untuk Lanjut ke bab Berikutnya 


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 164"