Istri yang terabaikan Bab 161

 Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


161 Mantap


“Ingat, Isyana, meski Bu Atmaja itu Ibu tirimu, kamu harus tetap bersilaturahim denganya, kita undang di acara tujuh bulanan anakmu, Yah!” 


“Iya, Mah!” 


“Besok mamah jemput, ya!” tutur BU Wira di lagi.


“Iya Mah!” jawab Isyana. 


“Salam buat, Nenek ya. Ini oleh- oleh dari Mamah, sampaikan padanya!” tutur Bu Wira lagi dengan ramah, Bu Wira memang sudah berbelanja buah dan brownis mahal untuk Nenek dan Dina. Juga oleh- oleh dari ibu Tiri Isyana. 


“Mamah nggak mampir dulu?” tanya Isyana. 


“Sudah jam 5, sampai Ibukota nanti kemalaman, lain kali ya!” jawab Bu Wira. 


Isyana tersenyum mengangguk, turun dan membungkuk memberikan hormat. Setelah mobil Bu Wira pergi, Isyana bergegas masuk. 


Seperti sebelumnya, Nenek dan Dina sudah mengintip dari jendela. 


Isyana pun langsung menyerahlan oleh-olehnya tanpa banyak berkata- kata. 


“Kok Teteh sama perempuan itu?” tanya Dina. 


“Ceritanya nanti yah! Teteh capek, Teteh mau mandi sama sholat dulu ya!” tutur Isyana. 


“Maaf, Teh!” jawab Dina. 


Isyana tersenyum sayu tanda memaafkan Dina, lalu mereka masuk, begitu masuk Isyna kaget, jika sebelumnya rapih, sekarang di depan tv jadi berantakan buku- buku Dina. Dina rupanya sangat semangat sekolah dan giat belajar. 


Isyana langsung mandi, sholat dan istirahat di kamar. 


“Akhirna bisa buka hape juga!” batin Isyana lega. 


Selama bersama Bu Wira, Isyana matikan ponselnya, dan begitu dibuka isinya pesan dari Binar banyak sekali. 


Akan tetapi Isyana kemudian terdiam ingat perkaaan Bu Wira. Di jalan tadi, Sepanjang jalan Bu Wira mencekoki Isyana banyak hal. Memang Isyana jadi tahu sifat asli Bu Wira. 


Ya seseorang akan menampakan muka aslinya ketika marah dan menghadapi masalah. Akan tetapi tetap saja ada hal yang cukup menggelitik Isyana dan membuat Isyana berfikir perlu membuktikanya. 


“Laki- laki pandai merayu, Isyana. Ingat, cinta yang datangnya cepat, juga akan cepat hilangnya. Mamah tahu kesalahan Lana banyak, tapi tolong selama kamu mempertimbangkan Lana, kamu juga harus pertimbangkan. Apa iya Binar benar mencintaimu dengan hati? Apa alasan dia mencintaimu?” tutur Bu Wira. 


Jika perkataan lain, hati Isyana cukup kebal untuk menyaring, tapi dalam hal ini, Isyana cukup tersentil. 


“Dia itu pengusaha, dia anak tunggal dari pemilik Suntech dan terbiasa hidup bebas di luar negeri. Sekarang saja dia sedang di luar negeri kan? Lana saja yang sudah mamah didik sedemikian rupa, bisa terhasut Mika. Apa kabar Binar?” 


Kebetulan, satu wa Binar, sore ini cukup tidak pantas dikirimkan ke Isyana. Binar dengan frotal mengatakan ingin melihat aset Isyana yang besar lagi. Isyana jadi berfikir Kalau Binar meesuum.


Isyana tidak tahu, kalau di sana Binar melawan racun arak yang disediakan rekanan bisnisnya. Bahkan mereka sudah menyewa geisha untuk Binar dan Saka. Tapi Binar memilih masuk ke kamar sendirian dan menelpon Isyana. Sayang ponsel Isyana mati dan Binar harus bermain solo di kamar mandi. 


Isyana yang tidk tahu, jadi condong mempertimbangkan ucapan Bu Wira. 


“Mamah menasehatimu, karena Mamah tulus, Sayang ke kamu Isyana. Mamah sih berdoa dan berharap kita berkumpul kembali. Tapi kalau kamu tidak bisa memaafkan Lana, ingat tujuanmu dulu. Kamu mau jadi perempuan mandiri kan? Masa belum ada setahun mau langsung menikah lagi? Apa kata orang?” tutur BU Wira terus mencekoki Isyana. 


Tujuan Isyna kan jadi single parent, yang mandiri. Meski tak kembalipada Lana, bukan berarti Isyana harus menikah buru- buru dan salah langkah lagi. 


Semua kata- kata Bu Wira yang itu jadi membuat Isyana pusing dan hatinya goyah. 


“Maghrib- maghrib kok ngalamun?” tegur Nenek melihat Isyana duduk melamun memegang hp di depan dapur. 


Isyana tersentak kaget, sampai hapenya jatuh. 


“Nenek!” pekik Isyana . 


“Hape itu mahal atuh, Neng.jangan dihjatuh- jatuhin!” tutur Nenek memberi nasehat. 


“Iya, Nek!” jawab Isyana. 


“Sholat... ayok wudzu abis itu makan. Nggak baik- baik maghrib- maghrib ngalamun, nanti pikiranmu disesatkan syaitaon!” tegur Nenek lagi. 


Isyana mengangguk patuh, lalu mengikuti Nenek, ambil air wudzu, sholat maghrib lalu mereka makan bersama. 


Setelah makan Dina langsung kembali ke mode awal. Dina tidak lagi comel ikut nguping masalah orang dewasa. Dina langsung fokus ke buku paket dan tugas- tugas dari gurunya. 


Isyana yang sedari tadi dilanda kegalauan akhirnya ercerita ke Nenek., semuaanya. 


“Di dunia ini semua memang fana, Neng!” tutur Nenek lembut. 


“Kalau kata suami nenek yang orang provinsi Jauh, akeh wong pinter keblinger?” tutur Nenek menirukan nasehat suaminya yang ternyata orang perantauan. 


“Apa itu Nek ?” 


“Jadi banyak orang pintar, tapi hidupnya tidak benar. Jaman sekarang kan semua orang pintar, terlihat pada ikut benar terhadapkatanya sendiri. Padahal itu tidak benar!” tutur Nenek.

“Isyana pusing, Nek. Pada intinya saja? Isyana harus bagaimana? Isyana sekarang tidak percaya lagi pada mantan mertua Isyana, tapi Isyana juga takut kalau Bu Dini tak jauh bedaa dengan Mamah Mutia. Mamah Mutia juga dulu baik!” tutur Isyana. 


Nenek kemudian tersenyum. 


“Cara mudah seseorang untuk membedakan orang itu baik atau tidak adalah sikap saat dia marah! Itulah sifat aslinya!” jawab Nenek. 


“Iya Nek!” 


“Terus, jika orang baik, tidak akan sempat membahas kejelekan orang lain! Apalagi mengasut orang lain, orang baik lebih suka memikirkan masa depan yang lebih baik ketimbang masalalu dan menjeleak orang!” tutur Nenek lenmbut.


Isyana mendengarkan dengan seksama sembari mencocokan dnegan apa yang dia temui di  kubu Bu Wira dan Bu Dini. 


“Iya Nek!” 


“Benar memang, hubungan darah tidak akan terganti oleh apapun juga. Akan tetapi, hati yang ikhlas tidak akan berpamrih, kata ikhlas tidak akan punya alasan kenapa seseorang memberikan atau melakukan sesuatu, ya karena hatinya ikhlas terhadap tujuan yang baik!” tutur Nenek lagi. 


Isyana diam berusaha mencerna. 


“Kamu paham maksud nenek?” tanya Nenek.


Isyana masih diam menimbang- nimbang. Bu Dini tidak pernah mengutarakan ingin apapun sejak kenal Isyana jauh sbelum tahu jatidiri Isyana. Bu Dini hanya bilang salut dengan perjuangan Isyana yang gigih mau kuliah. 


Bu Dini juga tidak pernah meminta Binar jadi suami Isyana. Bu Dini hanya berterimakasih karen Isyana merawat Putri. Isyana merawat Putri kan mau Isyana. 


“Neng!” panggil Nenek Lagi, 


“Iya, Nek!” 


“Sekarang sudah paham?” 


“Insya Alloh paham Nek!” 


“Jadi bagaimana?” 


“Isyana yakin Bu Dini orang yang baik!”


Nenek mengangguk dan tersenyum. 


“Tapi,, Nek!” celetuk Isyana lagi, 


“Ya!” 


“Bagaimana dengan Mas Binar? Apa menurut nenek?” tanya Isyana. 


Nenek diam menatap jauh ke depan. 


“Apa menurut nenek dia benar mencintai Isyana? Kenapa sangat cepat? Isyana jadi ragu!” tutur Isyana menunduk.


“Ragu, cemburu atau tidak terima?” tanya nenek menohok. 


Isyana diam. 


“Semuanya!” 


“Kamu menyukainya?” 


Isyana mengangguk malu. 


Nenek kemudian tersenyum. “Nenek tidak bisa jawab, kamu yang lebih tahu seharusnya!” 


“Masuk akal nggak sih, Nek, kalau selepas masa iddah nifas Isyaa menikah dengan Mas Binar?” tanya Isyana lagi.


“Sangat masuk akal, justru jarang orang seperti Nak Binar yang mau menikahi perempuan lepas lahiran, itu artinya dia tulus menerimamu, bukan hanya kecantikanmu. Dia tahu kamu punya anak tapi bersedia menerimamu, malah itu pria yang baik, dia mungkin juga ingin menolongmu!” tutur Nenek ternyata mempunyai pendapat beda dengan Bu Wira. 


Isyana jadi tersipu. 


“Tapi Isyana ragu, dia cinta atau naapsu , Nek. Masa dia sering godain Isyan?” tanya Isyana berbisik saking paranoidnya di pengaruhi Bu Wira. 


“Laki- laki sampai ujung dunia manapun, asal dia normal, bahkan yang terlihat alim sekalipun, kelemahanya ada di perempuan. kan harta tahta wanita? Yang penting liatlah bagaimana dia bersikap? Siapa teman- temanya? Bagaimana pergaulanya?” tutur Nenek lagi. 


Isyana mengangguk mengerti di saat yang bersamaan ponsel Isyana berbunyi. 


**** 


Berharap bisa Up satu lagi, tapi sepertinya aku akan sibuk karena author kerja malam dan banyak kerjaan. Maap yaaak 


****

Bersambung


Klik ini Untuk Lanjut ke bab Berikutnya 


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 161"