Istri yang terabaikan Bab 160

 Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


160 Lembut


Bu Dini mencoba berfikir tenang saat lawan bicaranya terlihat mulai pucat dan diam. Karena Bu Dini tidak merasa melakukan kesalahan yang berarti dalam hidupnya, walau manusia pasti puny dosa, jadi Bu Dini tetap tidak gusar melihat Isyana bersama Bu Wira. 


Bu Dini yakin, Isyana tidak bodoh. Meski tidak tahu sedekat apa dan apa saja yang sudah Binar dan Isyana lakukan, tapi Bu Dini juga yakin, anaknya dan Isyana bukan anak SMA lagi yang tidak bisa menentukan arah mereka mau kemana. Jodoh tidak akan kemana.

“Di bungkus aja Mbak!” tutur Bu Dini ke pelayan yang membawa baki makanan mendekat.


Tentu saja waitresnya kaget dan bingung. Kenapa tidak daritadi kan langsung dipackin ke kardus.


Di saat bersamaan Putri dan Isyana tiba. 


“Kok dibawa lagi? Putri kan mau makan?” celetuk Putri. 


Waitres berhenti dan semakin bingung.


“Kita makan di rumah saja ya..!” tutur Bu Dini dan mengkode ke palayan bungkus aja.


"tapi Putri lapar Oma," jawab Putri menawar.


“Kalau gitu makan di mobil saja, Ya!” jawab Bu Dini lagi. 


Putri diam manyun dan menatap ke atas, ke wajah orang yang menggandengnya, Isyana.


“Putri masih kangen sama Mommy Isya!” celetuk Putri lagi. 


Isyana tersenyum dan memberi kode kedipan mata. 


“Kita main lagi besok ya!” tutur Isyana. 


Putri pun mendengus kecil, dan menunduk tidak bisa menolak. 


“Kamu kan harus tidur siang, kerjakan PR, nanti ustadzah datang harus sudah siap ngaji lho!” tutur Bu Dini lagi mengajarkan Putri agar disiplin 


Putri pun semakin tak bisa berkata- kata.


"Ya Oma!"


Bu Dini mengajak Putri berkemas. Bu Wira tampak lega dan senang. Sementara Isyana terus menatap Putri dengan tatapan hangat.


Sambil berjalan mengambil pesanan, dalam gandengan tangan Bu Dini, Putri menoleh ke Isyana seperti tidak rera, lalu menoleh ke Bu Dini. 


“Oma... kencan itu apa sih?” tanya Putri menggoyangkan tangan Bu Dini.


“Ha...?” tanya Bu Din kaget. 


“Kencan itu apa?"


"Kencan? Dengar darimana kamu kata itu?" tanya Bu Dini mendelik.


"Kenapa Daddy bilang ke Mommy, kalau besok Daddy mau kencan dan mau peluk- peluk Mommy!” 


“Gleg!” Bu Dini langsung menutup mulut Putri dan menoleh ke sekeliling jangan sampai Bu Wira dengar.


Bu Dini pun mencebik, “dasaarrr Binarr, keterlaluan, kenapa berbicara di depan anaknya tidak disaring?” batinnya. 


“Iiiih,” lawan Putri menurunkan tangan Bu Dini. “Kencan itu apa Oma?” tanya Putri lagi menampakan muka manyun dan mata tajam karena kesal. Tadi tanya Isyana dicuekin, pokoknya kalau Putri tanya harus ada jawaban.


“Kencan itu bertemu, Nak! Ketemuan!” jawab Bu Dini lirih menjawab dengan bahasa sopan.


Kini mereka berhenti di depan kasir. 


“Ohhh!” Putri mengangguk tersenyum senang dan mengerti.


“Kamu pasti salah dengar, Nak. Memang kamu pernah lihat Daddy dan tante Isyan pelukan?” tanya Bu Dini lagi berbisik sambil menunggu waitres membungkus makananya.


“Pernah!” jawab Putri polos. 


Bu Dini langsung melotot. “Kapan?” tanya Bu Dini kaget.


Bu Dini mendadak panik. Ternyata diam-diam tidak menunggu berbulan- bulan, Binar sudah melesat. Semoga tidak kebablasan. Isyana kan sedang hamil. Bu Dini tahu anaknya selama ini kurang asupan nutrisi protein perempuan.


“Kemarin!” jawab Putri polos lagi. 


“Dimana? Berapa kali?” tanya Bu Dini tidak habis pikir.


Bayangan Bu Dini kemana-mana kenapa sampai Putri lihat segala, kali ini Bu Dini jadi ingin marah ke anaknya. 


“Di kamar Putri, sekali aja sih,” jawab Putri lagi, ternyata pas hujan kemarin, Putri sempat terbangun dan melihat Daddynya datang memeluk Isyana. 


Bu Dini menelan ludaylhnya dan melirik Isyana, sejak kapan mereka beneran saling terbuka, perasaan sebelumnya terlihat selalu jaga jarak dan ada batasan?


“harus segera nikah kalau begini caranya? Bahaya.” Batin Bu Dini, tidak ingin anaknya salah langkah.


“Sekali aja kan?” tanya Bu Dini lagi.


Putri mengangguk senang.


“Iya. Kita bertiga Oma, berpelukan semua! Putri senang sekali...” jawab Putri lagi. 


“Oh...,” jawab Bu Dini mengangguk dan sedikit tenang.


Jika tidur bertiga, berarti mereka tidak melakukan hal yang lebih jauh. Bayangan Bu Dini pun melebut berganti hal.positif mungkin semacam memberi pekukan hangat bersama Putri.


Pesanan Bu Dini datang, Bu Dini upun segera membayar dan menerima pesanan Putri. Putri sekarang jadi tahu kalau kencan itu artinya ketemuan. 


Saat berjalan ke arah pintu, tanpa bilang ke Bu Dini, Putri melepas tangan Bu Dini, berlari ke rah Isyana. Sampai Bu Dini kaget. 


“Mommy....,” panggil Putri kaget, 


Bu Wira dan Isyana yang sedang makan spagethi jadi kaget, bukanya Putri sudah pulang? Ternyata masih ada. 


“Ya.. Putri? Belum jadi pulang?” pekik Isyana.


Putri tersenyum ceria. 


“Besok jadi ya, kencan sama Daddy, Putri ikut! Kita berkencan!” celetuk Putri dengan gaya centilnya


“Uhuk... Uhuhk...,” Bu Wira langsung batuk tersedak mendengarnya. Sementara Isyana hanya bisa nyengir mengangguk. Putri selalu menggemaskan, centil- centil lucu.


“Oma kalau makan hati- hati!” ucap Putri sekarang ceria lagi. “Daaah Mommy,” sapa Putri pamit dengan ceria.


"Daaah!"


Putri berlari dan menggandeng Bu Dini lagi.


Sesampainya di mobil, Putri langsung melahap Pizzanya.


Binar dan Tiara memang sama- sama pernah tinggal di luar negeri. Mereka suka makanan luar, bahkan Tiara cenderung suka makanan praktis dan cepat saji, jadi nurun ke Putri.


Akan tetapi setelah kenal Isyana, Isyana memodifikasi, dengan dicampur lebih banyak sayur dan buah. 


**** 


Bu Wira yang terbatuk mendengar ucapan Putri langsung bermuram durja dan tidak nafsu makan. Sendok dan garpunya langsung diletakan. Tangan Bu Wira langsung meraih segelas lemon tea di depanya lalu menatap tajam Isyana. 


Isyana jadi semakin bisa membedakan Bu Wira dulu dan sekarang. Apa Bu Wira sedang marah atau aslinya memang begini?


“Makanya sudah Mah?” tanya Isyana. 


“Jadi benar kamu ada hubungan dengan Binar?” tanya Bu Wira kali ini dingin. 


Isyana jadi gelagapan, menunduk. Mau jawab ada, malu. Mau jawab tidak, Isyana mulai nyaman dan berharap.


Belum Isyana menjawab, Bu Wira langsung menyela. Bu Wira tersenyum sinis. 


“Mamah berharap kamu tidak bodoh Isyana,” celetuk Bu Wira.


Isyana langsung mendongakan kepala kaget mendengar kata Bu Wira. Kok ngatain Isyana bodoh segala. Tapi Isyana mengendalikan diri memilih diam memperhatikan dan mencerna ketimbanh grasa grusu dan salah ucap.


“Kamu sedang hamil, mana ada laki- laki tulus yang jatuh cinta ke perempuan hamil. Jangan terperdaya oleh ketampananya, kamu tidak tahu kan apa yang mereka rencanakan?” tanya Bu Wira seperti Lana menjelekkan Binar lagk.


Isyana diam, tapi otaknya berjalan, Isyana justru bisa semakin membedakan dan mulai memilah sendiri. Mana yang baik dan tidak, tapi Isyana tetap stay kalem.


"Ya, Mah! Isyana akan hati- hati." jawab Isyana.


“Kudengar Lana dan Binar kemarin bertengkar karenamu?” tanya Bu Wira lagi. 


“Iya Mah, maaf!” jawab Isyana,


"kenapa merembet ke sini? Apa jangan- jantan semua orang tahu? Malunya Isyana semoga cukup hanya bertengkar bagian ciumanya di skip. Hanya mereka bertiga yang tahu," batin Isyana pipinya merah.


“Mamah tahu, anak Mamah salah karena sudah menyakitimu, tapi kamu kenal Lana lebih lama kan? Lana hanya korban dibohongi Mika Isyana... tolong maafkan Lana. Lana sangat mencintaimu, jadi dia mudah terhasut, Mika sudah merekayasa perselingkuhanmu bersama dengan temanmu yang bernama Adnan itu!” tutur BU Wira panjang. 


Isyana jadu kaget, kenapa ada Adnan segala.


“Mamah tahu darimana?” tanya Isyana.


“Adnan datang ke rumah. Adnan merasa menyesal dan meminta maaf pada Lana, maafkan kami yah, maafkan Lana juga!” tutur Bu Wira lagi.


“Isyana sudah maafkan Mah!” jawab Isyana tenang.


Seperti kata Nenek, hidup harus berdamai dengan jalan yang terjadi. Isyana memang memaafkan masalalu. Setelah mendengar kabar Adnan. Isyana juga jadi memaafkan Adnan. Tapi bukan berarti kembali.


“Kembalilah ke keluarga kami Isyana. Kita besarkan anakmu bersama?” sambung Bu Wira lagi. 


Isyana pun tersenyum geli mendengarnya.


“Maaf Mah, kalau untuk kembali Isyana tidak bisa, tapi kalau membesarkan anak ini bersama, tentu saja. Kita bisa besarkan bersama,” jawab Isyana bijak.


Bu Wira pun mendengus kesal mendengar penolakan Isyana. 


“Kenapa? Karena kamu bersama Binar sekarang? Karena dia lebih kaya? Atau kamu berhutang budi karena Bu Dini mengkuliahkanmu? Mamah akan ganti semua yang Bu Dini kasih Nak! Lana lebih kata dari Binar!” jawab Bu Wira justru menampakan sifat piciknya ke Isyana. 


Isyana kemudian tersenyum dan semakin syok. Bu Dini saja tidak pernah sesombong itu.


“Ini bukan tentang Bu Dini dan Mas Binar, Mah. Bukankah sudah ada Mika di samping Mas Lana?” jawab Isyana berusaha menyadarkan Bu Wira.


Bu Wira hanya tersenyum lagi.


“Isyana berharap, Mas Lana tidak melakukan kesalahan yang sama terhadap Mbak Mika!” sambung Isyana lagi. Ya. Isyana berdoa berharap, jika Lana memang baik seharusnya Lana belajar jadi suami yang lebih bertanggung jawab dan mendidik istrinta dengan baik.


“Kan udah mamah jelasin. Mika memeperdaya Lana. Mika membohongi Lana Isyana. Lana menyadari kebodohanya. Mereka cerai. Mereka kan baru nikah sirih. Mika pergi dari rumah!” jawab Bu Wira lagi.


Bagi Bu Wira dan Lana, Mika lah yang jahat, padahal dua duanya jahat. Bahkan Lana juga jahat karena memperlakukan manusia tak sepantasnya.


Isyana kaget menelan ludahnya, dan matanya terbelalak. Semudah itu mereka bercerai padahal dulu mengatainya? Tapi Isyana memilih tetap tenang dan membatin sendiri.


“Lana mencintaimu, Nak!” imbuh Bu Wira lagi merayu.


“Tapi kan Mas Lana sudah memberikan talak tiga ke Isyana Mah! Isyana tidak bisa kembali ke Mas Lana!” jawab Isyana sopan teguh pendirian.


Kali ini Bu Wira yang terbelalak, tapi kemudian Bu Wira tersenyum simpul lagi. 


“Tapi kamu sedang hamil kan? Malasah pengadilan agama bisa diatur! Mamah sudah lihat putusan cerainya,” jawab Bu Wira. 


Isyana pun mendelik, bisa- bisanya Bu Wira mau mempermainkan hukum agama dan pengadilan. Meski Isyana tidak tahu dalam dan banyak ilmu agama, tapi Isyana pernah nonton dan dengar tentang talak 3. 


Bu Wira pun menaatap Isyana yang tampak bingung dan syok. 


“Kamu tenang saja. Sudah, kita ke dokter ya... Mamah ingin tahu kabar cucu, Mamah, mamah akan siapkan syukuran 7 bulanan anakmu!” ucap Bu Wira lagi dengan enteng.


Tapi Isyana jadi bergidik semakin yakin ada yang salah dengan mantan mertuanya ini. Mengerikan sekali jika menikah tak mengindahkan aturan agama yang benar.


“Mah... maaf, tapi Isyana tetap tidak bisa kembali bersama Mas Lana. Isyana bisa kita tetap berhhubungan baik, tapi bukan berarti harus kembali kan?” jawab Isyana menolak halus.


“Aapa masalahnya memang. Semua akan mamah urus?” tanya Bu Wira masih ngotot dan sekarant menatap tajam Isyana.


Isyana bingung jawabnya. "Isyana nyaman sendiri Mah. Isyana tidak men," jawab Isyana mau bilang tidak cinta tapi langsung dipotong.


“Oh ya... mamah dengar, kemarin, yang mukul Binar duluan? Lukanya juga lebih banyak luka Lana, kamu kan yang jadi masalah mereka bertengkar? Mamah sedang berfikir, orang seperti Binar tidak baik dibiarkan dan perlu diberi pelajaran. Sepertinya perlu membawa perkara ini ke petugas yang berwajib, tapi Mamah tidak mau menyeretmu, mamah kasian ke kamu, menurut kamu gimana? Perlu nggak mamah lapor polisi?” ucap Bu Wira lagi memotong Isyana dan menskak Isyana.


Kali ini Isyana semakin bergidik. Di bawah meja, Isyana menarik ujuk roknya dan menggenggam tanganya.


Fiks, Bu Wira bukan Bu Wira yang Isyana kenal. Isyana semakin mencerna apa yang terjadi, dan tahu arahnya. Bu Wira sedang menjadikan Binar sebagai ancaman agar Isyana patuh padanya. 


Akan tetapi Isyana sedang berfikir, apa alasan Bu Wira begini, padahal terlihat baik. Benarkah hanya karena dirinya. Isyana pun tidak ingin buru- buru melawan. Isyana tersenyum. 


“Maafkan Isyana, Mah. Tolong jangan bawa masalah itu ke Polisi. Kasian Putri, beri waktu Isuana berfikir.” Jawab Isyana menunduk.


Bu Wira tersenyum lagi. Wajahnya berubah-ubah.


“Baik! Kalau gitu, ayo ikut Mamah! Kita periksa ya!” jawab Bu Wira lembut.


Isyana mengangguk. 


Walau bukan jadwalnya, Isyana mengikuti Bu Wira. Memeriksakan kehamilannya dadakan. 


“Jangan mainan hp terus, boleh mamah pinjam hpnya?” ucap Bu Wira melirik ke Isyana saat di mobil. Bu Wira mulai kembali posesif dan ingin mengatur Isyana layaknya boneka. 


Isyana tidak rela hidupnya dikendalikan lagi. Meski berusaha bersikap tenang dan tidak mau melawan secara frontal, Isyana menolak halus dengan memilih memasukan ponsel ke tas. Enak saja barang seprivasi hp diminta. 


Tadinya Isyana hendak membalas pesan Binar. Tapi sepertinya lebih baik via telepon.  


“Maaf, Mah, tadi temen wa! Isyana tidak main hp lagi.” jawab Isyana beralasan. 


“Oh!” jawab Bu Wira mengangguk. 


Isyana memasukan ponselnya dan menatap ke luar kaca mobil. “Aku harus cerita ke Mas Binar!” gumam Isyana bertekad.


Meski tidak dikomando, rupanya Isyana lebih bisa mengendalikan diri dan tahu bagaimana bersikap dengan Bu Wira. 


Ya selama dua tahun Isyana bersama Bu Wira, Bu Wira selalu halus da n lembut. Jadi Isyana juga harus halus dan lembut.


****

Bersambung


Klik ini Untuk Lanjut ke bab Berikutnya 


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 160"