Istri yang terabaikan Bab 158

 Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


158 Gudang Itu


Jarum terus putar, dan jam dinding terus berdetak dan waktu berganti begitu cepat. Di depan Bu Wira, Tuan Priangga memang bersedia meminta Binar menyetujui untuk menjauh dari Isyana.


Secara kasat mata benar memang Binar tak menemui Isyana. Tapi hanya mereka berdua yang tahu. Binar dan Isyana mala semakin dekat dan iiibtim.


Meski berjauhan tak mengurangi hati mereka terus lekat, saling merindu satu dengan yang lainya. Bahkan Binar tanpa canggung beberapa kali mengeluarkan celotehan dan bercanda dewasa, menggoda Isyana mengingatkan setiap moment mereka, membayangkan mereka bersama. Meski oleh Isyana selalu ditepis.


Binar memang gencar dan hobby menggoda Isyana. Bahkan pernah Binar video call Isyana sedang di kamar mandi dengan dada tanpa pakaian. Untung Isyana kebal goda dan langsung dimatikan ponselnya.


Entahlah padahal jelas- jelas Isyana perempuan hamil. Orang lain mungkin akan mengira Binar kelaianan. Tapi hanya Binar yang rasa, Isyana baginya sangat menarik. 


Sudah hari keempat Binar dan Isyana tidak bertemu. Hari keempat juga tidak bertemu Putri, akan tetapi Putri tak kalah dengan Daddynya, sepulang sekolah, Putri dan Mbak Nik selalu telpon Isyana.


Tapi tetap saja pemenangnya Binar. Binar setiap saat ada kesempatan wa Isyana, meski belum lama jadian dan maksa, mereka jadi berasa lama jadian.


Binar mengeluarkan jurus gaspoll. Padahal baru saja Binar, menyanggupi perintah Ayahnya untuk menjauhi Isyana. 


“Mau oleh- oleh apa Sayang?” ketik Binar ke Isyana 


Sayangnya Isyana sedang kuliah, Isyana tak membalas daripada dimarahi dosen lagi. 


Binar yang sedang belanja jadi beli oleh- oleh semaunya sendiri. 


Barulahh dua jam setelah Binar mengirim pesan, Isyana membuka ponsel dan membalasnya. 


“Maaf, abis kuliah Mas.. nggak usah beli apa- apa! Beli buat Putri aja!” jawab Isyana. 


Binar yang sedang makan dan on hp langsung membalasnya


“Ya nggak gitu, anak Mas sekarang dua, bayimu kan juga calon anakku!” jawab Binar. 


Isyana jadi tersipu membacanya. Binar sudah menganggap babynya anaknya.


“Isyana tidak tahu, oleh- oleh apa,” jawab Isyana lagi 


“Aku udah beli kok!” jawab Binar mantap. 


“Woa?” Isyana mencebik heran lagi. “Beli apa?” tanya Isyana kemudian. 


“Ada deh, kejutan!” jawab Binar 


“Hmmm... maksudnya takut salah, kan belum tahu Baby Isyana jenis kelaminya apa?” jawab Isyana lagi. 


“Kalau salah ya kita simpan buat Baby kita lagi!” jawab Binar sudah mikir kejauhan. 


“Issshhh... Baby kita gimana?” 


“Ya kan abis kamu lahiran kita nikah, kamu hamil lagi hamil anakku! Hahaha” jawab Binar bercanda. 


Isyana hanya manyun meski tak terlihat. 


“Nggak, Sayang. aku bercanda. Nggak lah aku nggak setega itu ke kamu! Oleh- olehku akan terpakai kok!” ketik Binar menyusul.


“Hm...Aku masih ada kuliah!” ketik Isyana memutus percakapan tidak merespon.


“Oke... kuliah yang bener yah! Pokoknya besok kita ketemu!” ketik Binar memberi emotikon lope yang banyak. 


Binar sudah tidak tahan bertemu Isyana.


Binar menyelesaikan pekerjaan lebih cepat dan hendak pulang lebih awal. Binar tidak sabar menemui Isyana dan membicarakan rencana Tuan Priangga. 


**** 


Isyana pun melanjutkan kuliahnya dengan serius. Isyana memasukan ponselnya ke dalam tas dan menyeting mode silent. 


Sekitar 90 menit perkuliahan Isyana selesai. Cukup melelahkan untul mahasiswa normal apalagi, Isyana yang sedang hamil. Begitu dosen mengucap salam Isyana langsung menghela nafas lega. 


“Ke kantin yuk teh!” sapa teman Isyana. 


Isyana mengangguk setuju, isyana kehausan. Akan tetapi belum Isyana tiba di kantin, langkah Isyana terhenti.


Seorang perempuan anggun berdiri di ujung lorong gedung Isyana menuju ke arah kantin dan parkiran.


“Mamah,” gumam Isyana menghentikan langjannya. 


Teman Isyana pun menoleh, mereka hafal Bu Wira Hanggara, istri pemimpin daerah di Ibukota yang wara wiri di media sosial 1 tahun belakangan. Ya jabatan Tuan Wira sekarang memang baru 1 tahun. Sebelumnya Tuan Wira pengusaha. 


Bu Wira yang di kawal 1 ajudan perempuan tersenyum ke Isyana.


Dua teman Isyana jadi makin kagum ke Isyana dan ikut mengangguk ke Bu Wira. 


“Teteh kenal Bunda Mutia?” bisik teman Isyana. Isyana hanya menyeringai. 


Bu Wira yang bernama Mutia Larasati Hanggara itu mendekat ke Isyana. 


“Sudah selesai kuliahnya, Nak?” tanya Bu Wira. 


“Su..sudah,” jawab Isyana gugup.


Isyana takut nama Hanggara masih terus membuntuti kehidupanya. 


Keluarga Priangga dan Hanggara sama- sama kaya dan terhormat, akan tetapi jika keuarga Binar tidak terlalu resmi dan terpaku pada aturan dan beberapa protokol, keluarga Hanggara seakan hanya kentuut saja ada aturanya. Kemana- mana juga ada pengawalnya. Isyana paling tidak suka itu. Isyana suka seperti Binar, santai tanpa orang tahu kalau dia konglongmerat.


“Bunda Mutia, ya?” sapa teman- teman Isyana. 


Bu Wira mengangguk dan tersenyum anggun ke teman- teman  Isyana. 


"Iyaah... benar. Sudah selesai kuliahnya?"


"Waah senangnya bisa ketemu Bunda di sini. Sudah Bun!" jawab teman Isyana.


By Wira tersenyum manis dan ramah.


“Boleh Foto Bunda?” tanya teman- teman Isyana. 


Tentu saja Bu Wira yang selama ini membangun citra baik menyambut ramah teman- teman Isyana untuk berfoto.


Teman- teman Isyana juga merasa beruntung bisa bertemu Bu Mutia, mereka juga ingin segera wawancara siapa Isyana dan ada hubungan apa. 


“Kalian ke kantin duluan ya” tutur Isyana berbisik.


Teman- teman Isyana pun berpamitan sopan pada Bu Wira. 


“Terima kasih, Bunda, selamat siang. Duluan ya Teh!” tutur teman- teman Isyana.


"Ya!" jawab Bu Wira dan Isyana.


Kini Isyana bersama Bu Wira. 

“Mamah ada perlu apa kesini?” tanya Isyana lirih dan tidak nyaman kalau ada teman lain yang melihatnya.


Isyana yang sekarang rasanya sudah risih berdekatan dengan Bu Wira. 


“Mamah kangen kamu, Nak. Bisa kita ngobrol?” tanya Bu Wira lembut menggandeng Isyana. 


Isyana mengangguk tersenyum menyeringai. Tidak bisa dijelaskan rasanya, padahal dulu Isyana merasa terlindungi, tapi sekarang Isyana merasa aneh. Seperti asing.


“Kita ngobrol di luar ya Mah!” tutur Isyana.


“Oke!” jawab Bu Wira. 


Mereka kemudian berjalan ke mobil yang di dalamnya sudah standby supir, lalu diikuti ajudan Bu Wira. 


Isyana dan Bu Wira kemudian berunding dan menentukan kafe mana yang mereka tuju, setelah sepakat supir langsung melesat.


Isyana yang baru 3 kali nongkrong di luar, tahunya hanya kafe yang dia datangi bersama Binar dan restoran Jepang bersama temanya. 


Isyana memilih restoran Pizza tempat Isyana, Putri dan Binar bertemu. 


“Sejak kapan kamu suka Pizza, Nak?” tanya Bu Wira. 


Isyana pun gelagapan, yang suka pizza kan Putri bukan Isyana. Bu Wira tahu Isyana suka makanan lokal. 


“Sejak hamil, Mah!” jawab Isyana asal. 


“Oh! Cucuku yang suka rupanya,” jawab Bu Wira. 


Isyana mengangguk. 


“Mamah ada perlu apa ke sini?” tanya Isyana lagi dengan ragu. 


Bu Wira pun mengeluarkan senyumnya dengan muka memelas dan kecewa. 


“Kok kamu gitu? Mamah kan mamah kamu, Nak, Mamah kangen kamu, kangen anak kamu, apa kamu tidak suka mamah datang?” tanya Bu Wira lembut setengah menyinggung.


Isyana jadi tidak enak hati mendengarnya, mau jawab iya tidak mungkin.


Akan tetapi jujur Isyana masih merasa sakit, atas pernyataan Bu Wira tempo hari yang mengatakan Isyana kuliah egois tak memikirkan kandunganya. Padahal sebelumnya Bu Wira terlihat mendukung Isyana kuliah di Ibukota.


“Maaf Mah, maksud Isyana bukan itu!” jawab Isyana. 


“Kata Lana kamu tidak jadi memeriksakan kandunganmu bersamanya, apa boleh mamah saja yang ikut, kita periksa yuk? Mamah ingin lihat cucu Mamah. Mamah juga ingin tahu sudah berapa bulan?" tutur Bu Wira.


"Sekarang Mah?"


"Makan dulu! Mau yah!" jawab Bu Wira.


"Iya Mah!"


"Walau bagaimanapun, anakmu tanggung jawab kami, Nak! Tolong jangan jaga jarak!” tutur Bu Wira lagi.


“Iya Mah!” jawab Isyana. 


Isyana jadi merasa bersalah Bu Wira sungguh terlihat hanya karena memperhatikan cucunya. 


Sesaat percakapan mereka terjeda setelah pesanan makanan mereka datang.


“Oh ya, ini ada oleh- oleh dari ibumu!” ucap Bu Wira lagi mengeluarkan beberapa bungkus makanan dari tasnya. 


“Ibu?” tanya Isyana kaget. 


"Iya!"


Isyana tampak bingung.


“Lhoh... jadi benar kamu tidak menemui atau menghubungi Ibumu?” tutur Bu Wira lagi. 


“Ibu siapa maksudnya Mah?” tanya Isyana ragu.


“Ya Bu Atmadja dong, siapa lagi memang ibumu?” tanya Bu Dini. 


“Gleg!” Isyana menelan ludahnya. Ya sudah berbulan- bulan sejak ayahnya meninggal Isyana belum berkunjung ke rumah Ibu tirinya. Bukan karena Isyana jahat, tapi ibu tirinya yang jahat. 


Akan tetapi orang lain yang tidak tahu tentu Isyana yang terkesan kurang ajar. 


"Jadi benar kamu belum kabari kehamilanmu juga?" tanya Bu Wira lagi.


Isyana tersenyum menggeleng. "Belum, Mah!" jawab Isyana kemudian menunduk.


Bu Wira pun menghela nafasnya dan menatap Isyana.


“Walau dia bukan ibu kandungmu, dia dan Bu Dini dan perempuan tua yang bersamamu, kedudukanya lebih dekat Bu Atmaja. Kamu harus tetap menghormatinya, Isyana. Kamu tidak boleh melupakanya dan meninggalkanya. Mamah sih nggak marah, kamu karena kamu tidak kasih tahu Mamah kehamilanmu padahal itu cucu Mamah. Tapi jangan ke ibumu.” tutur Bu Wira lagi menasehati dengan lembut, merasa seakan dirinya terdzolimi karena diabaikan Isyana sebagai ibu mertua. Bu Wira juga mengajarkan Isuana agar tak lupa keluarganya.


Isyana diam menunduk, Isyana merasa di sini Isyana salah.


"Bu Dini kan bukan siapa- siapanya kamu! Jangan silau sama harta, jangan jadi anak durhaka!" imbuh Bu Wira lagi.


Isyana semakin tercekat, ya Isyana memang lebih dekat dengan nenek dan Bu Dini.


“Ehm. Iya Mah, maaf!" jawab Isyana.


"Nggak apa- apa, yang sudah ya sudah!"


"Iyah. Jadi Mamah ke rumah Ibu Isyana?” tanya Isyana lagi.


“Iya... ini, makanlah. Ibumu titip pesan, pulanglah Nak, ibu dan adikmu merindukanmu! Besok bareng Mamah aja.” tutur Bu Wira lagi. 


"Besok kapan Mah?" tanya Isyana.


"Secepatnya dong. Kamu nggak ingin takziah ke bapakmu?"


"Memang mamah nggak sibuk?" tanya Isyana lagi


"Mamah kan rutin ke sana. Lusa gimana? Kamu libur?"


"Iya Mah!" jawab Isyana.


Isyana menunduk mengambil bungkusan makanan dari Ibu Tirinya, akan tetapi Isyana membatin. 


“Jadi Mamah dan Papah masih rutin ke gudang itu? Sampai sekarang aku penasaran apa yang Mamah simpan di gudang itu? Bungkusan itu bukan Teh, datangnya juga selalu malam hari?” gumam Isyana dalam hati.


****

Bersambung


Klik ini Untuk Lanjut ke bab Berikutnya 


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 158"