Istri yang terabaikan Bab 157

 Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


157 Sindiran


Sudah gerah dan panas ditambah dengan kejdian yang tak terduga, Isyana jadi serasa mendidih. Entah bisikan setan, atau kenaiakan hormon kehamilan trimester dua, tubuh Isyana sendiri jadi bergetar.


Meski hanya terlihat dari layar telepon, tapi saat auratnya terlihat orang lain terutama orang yang dia suka membuat Isyana naik liibidonya.


Seperti ada kupu- kupu beterbangan yang menggoda Isyana, melambai membuat seluruh tubuh Isyana ingin dijamaah. 


“Kenapa aku jadi begini sih?” gumam Isyana menepuk- nepuk pipinya sendiri. 


Bayangan masa- masa bersama Lana datang, akan tetapi Isyana sekarang jadi jijik kalau terbayang wajahnya.


Isyana kemudian terbayang saat di kamar Putri. Isyana lebih menyukai itu.


Ya bersama Binar, rasanya memang hangat, dan nyaman. Meski Lana dua tahun bersamanya, dan Binar baru dua kali, entah yang membekas justru Binar. 


“Astghfirulloh, Isyana sadar!” gumam Isyana bangun dari duduknya.


Meski ponselnya sudah dilempar, tapi bunyi terus. Isyana rupanya membangunkan macan yang tertidur karena kelaparan. 


“Isssshhh...,” desis Isyana geli sendiri.


Isyana mengambil kardigan dan membasuh wajahnya agar sadar. Nenek dan Dina sudah tidur. Gara- gara Binar Isyana jadi begadang.


Meski berniat menjauh dari hp, sesampaimya di kamar, Isyana penasaran. Binar kirim pesan apa


Isyana pun membukanya. Dalam waktu kurang dari 15 menit, Binar sudah memberondong wa ke Isyana. 


“Kenapa dimatikan? angkat! Ayo video call lagi. Aku menyukainya.... kamu memang terbaik Isya, kamu sangat seeksi!” 


“Sekali saja, Sayang!” 


“Apa mau gantian? Mau lihat aku nggak?” 


“Itu nanti jadi punyaku yah!” 


“Kenapa mati nggak usah malu, besok aku juga lihat, semuanya, itu buat aku kan?” 


"Eh aku udah liat, aku suka,"


Isyana jadi bergidik sendiri membaca pesan Binar. Pesanya tidak ada terhormat terhormatnya sama sekali. Yang ada Isyana malu.


“Dia ternyata sangat meesum,” gumam Isyana. 


Karena sudah dibaca Isyana, Binar tahu dengan centang birunya, meski tak terbalas, Binar nekad kirim foto ke Isyana. 


“Astaghfirulloh, stop Mas!” ketik Isyana langsung hapus foto Binar.


Hanya foto Binar narsis di atas kasur dengan kaos longgar tanpa lengan tapi dengan wajah mupengnya. Binar tampak seksi dan menonjolkan dada bidangnya. Juga celana boxer yang tampak ada sesuatu yang menonjol keluar.


“Kenapa Stop? Aku tampan kan? Apa mau liat yang lain?” ketik Binar lagi semakin nakal.


“Aku blokir lho Mas kalau nakal.. malu sama Putri!” ketik Isyana cepat.


Isyana jadi hilang sungkan dan hormatnya, Binar bukan jadi Tuan Aksa lagi yang dingin dan kalem, tapi jadi si Binar nakal. Benar-benar nakal menurut Isyana.


“Ya jangan blokir. Aku nggak nakal kok... kamu sendiri yang mancing, nggak apa- apa kan kita udah dewasa!” jawab Binar merayu lagi.  


“Dosa, Mas dosa! Aku blokir beneran nih! Dasar messum!” ketik Isyana lagi sambil cemberut.


Isyana mengancam blokir Binar, tapi masih nunggu dibalas. 


Dan benar saja masih Binar balas. 


“Mesuum gimana? Kamu yang mulai kok? Aku Cuma kangen sama kamu, pengen liat kamu tapi kamu malah kasih bonus yang indah- indah, kan aku pengen!” jawab Binar lugas tanpa bosa basi apalagi sopan santun.


Isyana tidak menjawab bingung. Kenapa dia salah pencet?


“Punyaku langsung bangun nih. Mau lihat nggak?” tanya Binar lagi, keluar nakalnya. 


Isyana semakin bergidik ngeri, panasnya bercampur merinding. Isyana lihat sekarang sudah pukul 11 malam. 


Kali ini Isyana tidak bisa menjawab lagi dan malu. Isyana memilih tidur. 


“Stop Mas! Maaf. Tadi nggak sengaja. Udah. Aku mau tidur!” balas Isyana langsung matikan ponselnya. 


Ya, Isyana sadar, Binar dan dirinya kan orang yang sama- sama pernah menikah, mereka sama- sama sensitif terhadap hal itu. 


“Bahaya lama- lama daddynya Putri gelo. Ingat Isyana, kamu sedang hamil, masa iddahku sampai aku melahirkan,” batin Isyana terus membentengi diri agar tak terkena bujuk rayu setan. Isyana tidur miring sambil terus memaksa memejamkan matanya.


Isyana tidak tahu. Di tempat yang berbeda di dalam kamar yang luas, laki- laki yang sedang puber itu kelabakan karena nomer Isyana sekarang di luar jangkauan


Binar berusaha menidurkan, jagoanya lagi tapi susah. Akhirnya Binar malam- malam ke kamar mandi dan mengguyur tubuhnya dengan air dingin.


Ketika omesnya Binar hilang, sebenarnya Binar mau pamitan, besok Binar harus keluar negeri. Setelahnya Binar akan menjauh.


Binar juga ingin katakan banyak hal, sayangnya Binar yang nakal buat Isyana ngambek dan tidur. Sebenarnya bukan ngambek tapi takut tergoda. 


**** 


Pagi harinya, berangkat dari rumah Tuan Priangga Binar berangkat ke luar negeri.


Binar tidak mau lelah merayu lagi klien yang sudah berpaling ke Lana. Binar lebih suka mencari peluang lain tapi yang prospeknya lebih besar. Toh keuntungan yang Lana dapat juga masih untuk Suntech, kelak juga keuntunganya berimbas ke dirinya. 


Tuan Priangga sendiri menemui Bu Wira dan suaminya. 


“Maafkan Putraku, mungkin dia sedang terpuruk dan Isyana datang menjadi obatnya sehingga dia begitu. Tapi saya pastikan secepatnya Binar akan jauhi Isyana!” tutur Tuan Priangga ke Bu Wira dan Tuan Wira. 


Tuan Priabgga memenuhi permintaan Tuan Wira agar tidak melaporkan Binar.


“Ya... saya juga tidak nyaman jika Binar dan Lana bertengkar, bukankah kita sudah lama bersahabat, mereka seperti adik kakak, rasanya tidak pantas bukan mereka berselisih hanya karena perempuan?” jawab Tuan Wira, masih dengan bahasa sopan dan halus tapi dengan tatapan penuh misteri dan diam-diam mengancam.


“Ya... tentu saja. Mereka sudah dewasa, tidak seharusnya bertengkar. Aku ikut berdoa cucu kalian tumbuh dengan sehat, Lana juga bahagia dan Binar menemukan bahagianya,” jawab Tuan Priangga lagi. 


“Ya tentu saja, kita memang harus saling mendoakan!” jawab Bu Wira.


“Kalau boleh tahu, siapa perempuan yang bersama Lana saat di pemakaman Tiara?” tanya Tuan Priangga penuh sindiran. 


Bu Wira terlihat gelagapan dan malu. 


“Oh itu, dia, dia teman Lana!” jawab Tuan Priangga.


“Oh teman!” jawab Tuan Priangga mengangguk. 


“Ya... begitulah Lana. Dia mudah terhasut. Perempuan jaman sekarang pandai merayu. Tapi tetap saja, kehadiran buah hati bisa merubah seseorang dan menyadarkan orang dari kesalahanya! Fokus Lana sekarang buah hatinya!” sahut Bu Wira lagi.


“Baguslah!” jawab Tuan Priangga lagi. 


"Sama kan dengan Binar yang fokus ke kebagaian Putri? Bukan yany lain?" tabya Bu Wirq menyindir.


"Ya Tentu saja!" jawab Tuan Priangga.


“Maka itu, biarkan Lana dan anak istrinya bersatu lagi!” sahut Bu Wira lagi. 


“Tentu, saja saya!” jawab Tuan Priangga lagi. 


Akan tetapi dalam hati Tuan Priangga membatin, Bu Wira tahu aturan tidak sih? Putusan pengadilan perceraian Lana kan sudah talak tiga. Meski Isyana hamil, dan masa iddah Isyana sampai Isyana lahiran, perceraiannya tetap sah. Lana tidak bisa kembali sebelum Isyana menikah dengan orang lain dan bercerai. 


Bu Wira dan Tuan Wira pun tersenyum puas, berfikir Tuan Priangga ada di pihaknua dan menentang Binar.


Mereka kemudian melakukan makan siang bersama. Sekilas tampak dari luar tak ada yang salah dengan mereka, tetap akrab, bersahabat. 


Akan tetapi dalam hati mereka sama- sama saling menyusun taktik untuk menumbangkan satu dan yang lainya. 


“Oh ya... Ses Dini, kok nggak diajak?” tanya Bu Wira menyela. 


“Binar ke Jepang seminggu. Kasian Putri tidak ada yang menemani, jadi Dini menginap di rumah Binar!” jawab Tuan Priangga jujur adanya. 


“Oh begitu?” jawab Bu Wira. 


Akan tetapi Tuan  Wira matanya langsung berubah. Penasaran untuk apa Binar ke Jepang. 


“Ya..,” jawab Tuan Priangga. 


“Ada agenda apa ke Jepang?” tanya Tuan Wira takut Lana kesaing. 


“Biasa, dia marah setelah aku marahi kemarin, Jepang banyak menyimpan kenangan, dia dan Tiara! Mungkin dia ingin merenung di sana!” jawab Tuan Priangga lagi. 


Tuan Priangga tidak mau Lana menikung Binar lagi atau ikut- ikutan menyaingi, jadi biarkan hanya Tuan Priangga dan Binar yang tahu pencapaianya. Setelah sukses baru di lauchingkan, bukan hanya di depan Tuan Wira, tapi Binar akan sewa artis ternama sebagai bintang iklan produknya di televisi. 


“Saya jadi tidak nyaman kalau begini?” jawab Tuan Wira lagi pura- pura. 


“Ah biasa saja, bukankah kerja sama dan hubungan kita lebih penting?” tanya Tuan Priangga penuh makna sindiran. 


Tuan dan Nyonya Wira mengangguk. 


Setelah dirasa cukup mereka sama- sama mengakhiri makan siangnya. Kemudian saling berpamitan. 


“Tersenyumlah dan lengahlah kalian!” batin Tuan Priangga dibalik senyum pamitanya.


Bu Wira dan tuan Wira juga langsung pergi. 


“Dini ada di kota B, aku tidak mau dia dekat- dekat dengan Isyana Pah. Aku harus segera menemuinya!” ucap Bu Wira. 


“Papah tidak bisa hari ini, besok saja. Temani Papah cek pengiriman barang!” jawab Tuan Wira. 


“Ya!” jawab Bu Wira.


****

Bersambung


Klik ini Untuk Lanjut ke bab Berikutnya 


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 157"