Istri yang terabaikan Bab 156

 Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


156 Binar melihatnya


"Neng bangun!" tutur Nenek lembut membangunkan Isyana


Isyana pun terbangun kaget membuka mata.


"Kuliah nggak?" tanya Nenek.


"Ah iya Nek. Kuliah, jam berapa ya?" tanya Isyana.


"Jam setengah 10!"


"Astaghfirulloh, Isyana kuliah jam sepuluh, Nek!" jawan Isyana.


"Ya sudah, ayo bangun berangkat!"


"Ya, Nek. Haturnuhun ya Nek!"


Isyana segera bergegas berangkat kuliah, tidak lupa mengambil ponselnya.


Akan tetaapi karena terburu- buru Isyana belum  membukanya dan hanya langsung berangkat. Isyana anti telat, meski perjalanan ke kampus hanya beberapa menit akan tetapi Isyana tidak suka leha- leha. 


Barulah sesampainya di kampus Isyana membuka ponselnya.  Nafasnya yang terengah- engah karena tadi buru- buru berangkat seakan terobati setelah membuka layar ponselnya. 


“Dia tidak bohong dan tidak marah,” gumam Isyana senyum- senyum sendiri, baru menyalakan tombol power di layar depan ada pemberitahuan 10 panggilan tak terjawab dari Binar. 


“Dia sweet sekali, posesif juga, kenapa aku merasa menjadi perempuan yang beruntung ya?” batin Isyana lagi. 


Isyana kemudian membuka pesanya. Meski ada ratusan pesan whastap yang belum dibaca, dan pesan Binar sudah tenggelam di bawah. Isyana langsung membuka pesan Binar. Tidak ada voice mail dari Putri lagi, tapi semua tulisan Binar. 


Hati Isyana semakin berbunga tatkala membacanya. Binar seperti sangat tidak sabaran ngomel- ngomel bertanya Isyana sedang apa dan meminta Isyana angkat teleponya. Paling atas Binar mengirim pesan i love you.


Akan tetapi Isyana mendadak berhenti tersenyum saat membaca pertanyaan Binar. 


“Selama di tinggal di greenshouse apa kamu punya sahabat laki- laki? Orangnya tinggi kurus? Masih muda?” tanya Binar.


“Adnan?” gumam Isyana paham siapa yang Isyana maksud. 


“Apa Mas Binar bertemu dengan Adnan? Bukanua dia kerja di Ibukota?” 


Isyana mendadak ingat Adnan.


Isyana jadi ingin bertemu, perceraian dirinya dengan Lana kini tak membuat Isyana menyesal. Seharusnya Isyana tak membeci Adnan secara berlebihan. Isyana seharusnya tak memutus persahabatan begitu saja.


“Nanti aku main ke sana ah,” batin Isyana. 


Isyana kemudian membalas pesan Binar. Padahal dosen sudah masuk. Dan untuk pertama kalinya Isyana berani chattingan selama kuliah. 


Entahlah, kenapa rasanya sebagia ini bisa chattingan dengan Binar. Sampai Isyana terang- terangan, mengirim kata maaf semalam nggak bisa tidur, dan tadi ketiduran.


Isyana sangat penasaran, kenapa Binar tidak menghubunginya. 


Binar yang di lain tempat sedang menemui tamu pun menyempatkan diri curi- curi waktu, membalas pesan Isyana. 


“Mas, semalam lembur sampai malam Sayang... harusnya kamu wa aja, tanya kek atau telpon kek kaya istri- istri yang lain!” jawab Binar mulai protes dan mengungkapkan keirianya pada karyawanya. 


“Ya aku bukan istri, Mas Binar!” 


“Tapi, kan calon! Bentar lagi kan?” 


“Ish. Ya masa perempuan dulu!” 


“Haisssh sama calon suami itu nggak usah tengsin. Aku juga ngarep kamu tanya aku,” 


“Hemmm..., ya harusnya kalau aku penting disempetin kabarin aku?” jawab Isyana lagi mulai berani menuntut diperhatikan. 


“Aku semalam nggak megang hp, pas liat hape udah malam, mau telpon kamu udah malam kupikir kamu udah tidur aku takut ganggu kamu, Sayang,” 


“Aku semalam nggak bisa tidur?” 


“Kenapa mikirin aku yah?” 


“Ye... nggak!” jawab Isyana berbohong. 


“Apa udah nggak sabar tidur bareng sama aku,” 


“Isshhh... pede. Pinggangku sakit, perutku mulai begah,” 


“Ya pulang ke rumah Mas, aja, nanti mas pijitin!” ketik Binar tidak malu, dulu diusir sekarang kebalikanya.


“Dulu ada yang bilang kalau aku tinggal di sebuah rumah, aku itu akan mengundang masalah,” sindir Isyana ingin malu- maluiiiin Binar. 


“Sssssssshhhh stop. Jangan bahas!” balas Binar cepat. 


Isyana kemudian mengirim emoticon, mencibir dengan menjulurkan lidah. 


Binar membalas emoticon lope yang banyak. 


Isyana kemudian tanya Bu Dini. “Apa Bu Dini masih di rumah?” 


“Masih,” 


“Apa Mas Binar jadi cerita?” 


“Cerita apa?” tanya Binar menggoda. 


“Ya, cerita yang Mas Binar bilang,” jawab Isyana malu. 


“Cerita kalau aku cinta kamu?” balas Binar lagi. 


Isyana yang masih malu, tidak membalas ya, “Apa kata beliau?” ketik Isyana. 


Belum juga dibalas, tiba- tiba dosen Isyana di sampingna. 


“Ehm...,” dehem dosen Isyana. 


Isyana pun tersentak kaget sampai ponselnya jatuh. 


“Ibu Isyana,” tegur dosen Isyana. Karena Isyana satu- satunya mahasiswa yang sedang hamil, dosen pun memanggil Isyana dengan sebutan bu, padahal muka Isyana sangat imut dan manis. 


“Ya, Pak maaf,” 


“Anda boleh tinggalkan kelas, atau matikan ponselnya dan masukan ke dalam tas!” tutur Dosen memberi peringatan. 


“Ya Pak. Saya matikan ponsel saya, mohon maaf!” jawab Isyana. 


Isyana pun segera mengambil ponselnya yang jatuh, mematikan dan memasukan ke tas. Isyana pun mengacuhkan Binar lagi tanpa pamit. Isyana pun fokus kembali memperhatikan perkuliahan tanpa bermain ponsel apalagi pacaran. 


****


"Kurang ajarr.... dasaar perempuaan binaaall!" omel Lana membanting pintu kamar Mika.


Mika berhasil kabur.


"Hhh... ya sudah, biarkan saja dia pergi!" susul Bu Wira melihat apa yang terjadi.


"Apa dia tidak membahayakan kita Mah?" tanya Lana.


"Mamah yang seharusnya tanya ke kamu! Apa saja yang sudah kamu berikan ke dia? Tau apa dia tentangmu? Ini buah keras kepalamu tidak mendengar kata Mamah!" jawab Bu Wira malah menyalahkan Lana.


Ya Bu Wira kesal sekali Lana tidak mendengarkan dan tidak mengikuti semua tatanan hidup yang sudah Bu Wira dan Tuan Wira rasa sempurna


Isyana perempuan yang tidak neko- neko,patuh, manis. Isyana juga pekerja keras dan tidak merepotkan. Walau ada niat lain, tapi Bu Wira memang mengakui, menyadari dan menyayangi Isyana.


Sampai Bu Wira berfikir berani membiarkan Isyana tahu sesuatu yang tidak Bu Wira ijinkan orang lain tahu.


Bu Wira merasa Isyana bisa menjadi seperti yang dia mau.


Oleh karena itu Isyana dan Tuan Atmadja orang yang tahu rahasia Bu Wira dan Tuan Wira meski tak sepenuhnya.


Itu sebabnya Bu Wira bersikukuh ingin Isyana tidak menjadi suami siapapun. Apalagi sedang hamil keturunan Lana. Kalaupun Isyana menikah lagi, bukan dengan rivalnya. Tapi orang biasa yang sepadan dengan Isyana.


Sebab jika Isyana menjadi istri orang yang pandai pintar dan berkuasa, akan menjadi ancaman untuk keluarga Hanggara.


"Lana tidak pernah memperlihatkan dan mengajak atau memperlihatkan apapun ke Mika terkait bisnis kita Mah!" jawab Lana


"Hhh.... baguslah!" jawab Bu Wira


"Tapi bagaimana tentang rencana pernikahan Lana dan Mika?" tanya Lana mengenai rencananya.


"Kita katakan saja dia selingkuh atau ada ketidakcocokan sehingga kalian putus!" jawan Bu Wira lagi.


"Ya Mah!"


Lana dan Bu Wira tidak intropeksi diri. Jika dirinya mau melaporkan Binar karena pukul Lana. Lana lupa kalau dia juga mukul Mika bahkan lebih sadis. Mereka tidak berfikir tentang itu.


"Mamah yakin, Binar dan Priangga tidak akan berani menentang kita. Dia sudah menggali lubangnya sendiri dengan memukulmu. Dia pasti akan menjauhi Isyana dan Isyana akan aman bersama kita!" jawab Bu Wira.


"Ya Mah!"


"Dengar Mamah. Jangan sekalipun kamu ulangi kesalahanmu. Ikuti apa kata Mamah. Kamu sendiri yang membuat semuanya kacau. Merepotkan. Kamu juga yang akan menanggung akibatnya. Sudah mamah ingatkan kan? Kamu akan menyesal jika membuang Isyana!" omel Bu Wira lagi.


Lana hanya menunduk.


"Ya sudah Mamah mau pergi..Papah besok mau ke gudang,mamah mau temui Isyana juga!" tutur Bu Wira.


Lana hanya mengangguk, dengan raut penuh penyesalan dan amarah. Lana tidak tahu kemana arah hidupnya dan apa arti bahagianya.


****


Binar sendiri mulai bergerak, setelah menerima tamu dari rombongan mahasiswa manca negara, sebagai agenda kunjungan Industri ke pabriknya, Binar pun berusaha menemui beberapa stasiun televisi, mempresentasikan produk unggulanya dan menawarkan kerja sama iklan.


Setelah semuanya selesai kurang lebih pukul 16.00 sore. Binar bertolak ke Ibukota menemui papanya. Meski Bu Dini di rumah Binar tapi Papahnya ternyata tidak bisa ke rumah Binar


"Apa harus seperti itu Pah?" tanya Binar setelah mendengar semua pendapat Papahnya.


Tuan Priangga yang sudah berumur tampak menghempaskan tubuhnya ke sofa empuk dan besarnya. Dia sudah menjelaskan panjanh kali lebar, Binar yang sedang mabuk cinta ngeyel.


"Kita bukan sedang bertanding di ring tinju atau lapangan sepak bola yang membutuhkan banyak tenaga Binar!" tutur Tuan Priangga lembut.


"Tapi ini berat untuk Binar Pah!" jawab Binar keberatan.


"Kamu itu Daddy nya Putri. Kamu sudah bukan anak SMA lagi yang pertama kalinya jatuh cinta kan?" jawab Tuan Priangga lagi.


"Tapi Pah!"


"Hanya sampai kita menemukan jawabanya dan menemukan senjata untuk serang balik mereka sebelum mereka serang kita. Papah merasa seperti dihianati dan dibohongi. Mereka menusuk kita dari belakang. Mereka saja bisa melakukanya. Kita tidak boleh lengah dan tergesa- gesa!"


"Tapi kenapa harus Isyana Pah?"


"Karena dia kuncinya!" jawab Tuan Priangga dengan tatapan tajam ke Binar.


"Orang Binar sedang bekerja mencari tahu itu, kita bisa tanpa melibatkan Isyana!" tawar Binar lagi.


"Tidak akan Binar!"


"Kenapa begitu?"


"Kuncinya ada di Isyana, kamu sudah terlanjur masuk menyentuh kunci itu, makanya Wira mulai menunjukan belangnya. Bahkan mungkin kalau kamu tidak berselisih dengan Lana, selamanya kita akan tertipu dengan wajah manisnya," tutur Tuan Priangga lagi.


Ya memang, kalau mereka tidak berselisih, mereka selalu berhubungan baik. Pelan-pelan Tuan Wira dan Lana mendekati Tuan Priangga mengambil kesempatan mencari celah dan kelemahan keluarga Priangga lalu ingin mengambil alih kekuasanya.


"Wira tidak akan mengorbankan saham Yosua, ataupun permintaa saham sebanyak yang dia minta hanya untuk ditukar perempuan biasa jika dia tidak berharga. Kalau alasanya hanya anak, Lana bisa menghamili seratus perempuan. Kamu harus berfikir itu!" tutur Tuan Priangga lagi.


Di sini Binar terdiam tidak bisa menjawab ayahnya.


Sampai sekarang memang tidak ada yang melapor bagaimana Tuan Armadja dan Tuan Wira bisa menjodohkan Isyana dan Lana.


"Bersabarlah. Ikuti kata Papah. Kamu juga harus buktikan ke semua dewan direksi dan para pemegang saham di Suntech. Selain kita tetap menjadi pemilik saham tertinggi, elektabilitas dan pencapaianmu itu harus membuatmu pantas teruskan posisi Papah. Buat semua orang percaya kamu bisa memimpin Suntech di semua cabang. Harus ada yang kamu korbankan!" tutur Tuan Priangga lagi.


Rupanya saat Bu Dini tidak mempan menasehati Binar, Tuan Priangga turun tangan. Kini Binar diam mencoba meresapi mau papahnya.


"Tapi Binar masih tetap boleh menikahi Isyana kan Pah?" tanya Binar kemudian


"Tentu saja boleh. Setelah pertarungan ini selesai! Sabar dulu!"


"Baiklah, Pah. Binar harus bicarakan ini pada Isyana!"


"Yah! Kapan? Kalau bisa secepatnya!" jawah Tuan Priangga mengangguk.


"Setelah pulang dari negara S, Pah. Binar harus ketemu langsung!"


"Oke lakukan!"


Malam itu pun Binar menginap di rumah Papahnya sebab Putri dijaga Bu Dini.


****


Flashback tadi siang.


Mika melakukan pekerjaanya sebagai pembantu. Aka tetapi Mika tak polos seperti Isyana dulu yanh patuh mengerjakan semuanya dengan niat pengabdian tulus.


Mika mengerjakana pekerjaanya sambil curi- curi jalan,bagaimana dia kabur. Termasuk mencari celah dimana ada cctv, dimana yang tidak dilihat cctv.


Sambil membersihkan kaca, Mika juga ternyata menyiapkan alat untuk dia kabur dan membukanya. Tidak lupa, Mika merusak cctvnya.


Akhirnya saat para ART istirahat makan, Lana dan Bu Wira bekerja, Mika berhasil kabur dengan rapi.


Kalau Isyana dulu kan akrab dengan para ART jadi jika Isyana tidak keliata Isyana akan dicari. Berbeda dengan Mika yang sombong, Mika tidak nongol makan atau tidak, tak ada yang peduli.Tapi justru itu yang menyelamatkan Mika.


"Okeh.. aku memang loser. Tapi aku bukan perempuan bodoh seperti Isyana. Aku cantik aku seksi.Aku harus tinggalkan Lana sinting itu!" gumam Mika segera menghentikan taksi.


"Aku harus jual barang-barang ini dulu!" batin Mika.


Bahkan Mika sempat mencuri dan membawa satu koleksi jam Lana yang tergeletak di atas nakas. Mika juga ambil perkakas di rumah Lana seperti barang antik berupa miniatur kendaraan yang terbuat dari emas, bersertifikat juga.


"Semoga ini bisa menghasilkan uang banyak!" gumam Mika lagi.


Mika berniat bersembunyi ke suatu tempat. Karena kabur dari Lana, bukan berarti aman.Mika masih diperas orang yang dulu mencelakai Isyana.


"Gue harus sembuhkan luka gue..Gue harus segera laporkan Lana biar gue aman. Gue juga nggak mau terus diperas si cecunguk itu. Kalau bisa gue lenyapin aja!" batin Mika masih sempat berfikir jahat.


Mika tahu, jika si pemeras uang itu tidak dibereskan Mika akan masuk penjara. Semua percakapan Mika menyuruh mencelai Isyana masih disimpan si pemeras itu.


****


Binar lagi.


Binar ke kamar masa kecilnya di istana Papahnya. Rumah yang didatangi Isyana saat antar anggrek pesanan Bu Dini.


Binar berjalan lemas. Cintanya baru berkembang dan mau merekah tapi langsung diuji. Meski begitu Binar tak mau serta merta langsung patuhi ayahnya.


Sejak ponsel Isyana disita, Binar belum komunikasi lagi. Kali ini, setelah sampai kamar untuk melepas semua gundahnya, Binat nekad video call Isyana. Sayangnya langsung dimatikan.


"Kok dimatikan? Suamimu kangen!" ketik Binar


"Iih suami apaan? Kita belum nikah. Udah chat aja! Ada apa?" tanya Isyana sudah membuka diri tapi masih memegang prinsip jual mahal.


"Video call titik!" jawab Binar ngeyel


Dan langsung menyalakan telepon video.


Sama Isyana diangkat tapi kameranya diarahkan ke kamera belakang.


"Kok yang keliatan jendela sih?" protes Binar.


"Hmm... kan yang penting udah video call kan? Ada apa?" tanya Isyana.


"Curang. Kamu bisa liat aku. Aku nggak liat kamu?"


"Katakan ada apa? Mau kumatikan apa tetep videoan?" jawab Isyana galak.


"Aku kangen. Aku mau liat kamu. Denger suaramu!" jawab Binar.


"Kan udah nih! Kita udah ngobrol!"


"Nggak! Mau lihat kamu!"


"Isssh," desis Isyana heran.


Tadinya Isyana pikir Isyana lancang dan tidak sopan berbicara santai dan berani pada Tuan Binar tapi ternyata Dady Putri memang berubah. Dia bukan Tuan Aksa uang Isyana kagumi dulu, tapi Binar si ABG telat.


"Ayok!" ucap Binar lagi.


"Kalau maksa aku matiin lhoh!" jawab Isyana.


"Bentar doang! Sebelum tidur!"


"Matiin ajalah!" jawab Isyana.


Isyana berniat memencet tombol matikan ponsel eh malah tombol kamera depanya yang ikut kepencet.


"Waah. Sempurna!" ucap Binar langsung melotot. Bahkan Binar langsung menelan ludahnya.


"Astaghfirulloh!" pekik Isyana merasa bodoh dan langsung matikan teleponya.


"Hoh...kenapa aku bodoh sekali?" ucap Isyana pukul- pukul kepalanya sendiri.


Sementara hpnye terus berdering lagi. Tapi langsung Isyana matikan.


"Kenapa dimatikan? Aku suka lihatnya!" ketik Binar.


"Iiihh bodoh-bodoh!" gumam Isuana mukanya sangat malu dan langsung lempar ponselnya.


Ternyata ketidaknyamanan hamil Isyana, Isyana tidak bisa tidur, kegerahan. Binar telepon setelah Isyana melepas pakaianya dan tersisa pakaian pembungkus dadanya yang berenda merah cantik, sudah kekecilan.


Isyana kan hamil, jadi organ reeproduksinya bertambah. Meski tak sengaja dan hanya sekilas, Binar melihatnya. Isyana duduk denyan penampilanya yang sangat menggoda.


****

Bersambung


Klik ini Untuk Lanjut ke bab Berikutnya 


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 156"