Istri yang terabaikan Bab 155

 Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


155 Cari Solusi


“Haaaahh,” 


Binar merentangkan tanganya dan melepas kaca mata anti radiasinya. 


Sekitar jam 10 malam Binar dan Saka serta dua karyawan handalnya baru selesai merumus membahas inovasi baru untuk membuat sesuatu hasil karya yang berbeda dari Suntech 1. Binar yang 5 tahun lebih mengelola Suntech 1 cukup banyak tahu produk- produk unggulan perusahaan yang dipimpin Lana. 


“Lebih bagus ide Tuan Binar yang kemarin, Tuan!” tutur karyawan Binar. 


Ya mereka kemarin sudah melakukan penelitian dan percobaan membuat kendaraan bermotor dengan bentuk dan fitur canggih dan terbaru tapi ramah lingkungan.


Sudah jadi, tapi masih tahap uji coba. Belum dipasarkan atau launching. 


Sementara Lana masih produk teknologi Lama hanya dengan penampilan berbeda. Kehebatan Lana adalah dalam waktu dekat, Lana sudah berhasil menjual banyak.


Binar masih mematangkan produk tapi belum menghasilkan uang.  


“Okeh..., kita matangkan yang kemarin saja!” jawab Binar. 


Binar tidak ingin mengeluarkan produk terlalu banyak dulu, tapi ingin menonjolkan kualitas dan desain yang beda.


Binar baru akan menentukan jumlah produksi dengan melihat pasar dulu. Binar akan tembusi pasar luar negeri dan dalam negeri. 


Binar ingin agar produknya itu eksklusif dan diakui keunggulanya. 


“Siap Tuan!” jawab anak buah Binar. 


“Terima kasih atas kerja samanya, kalian besok boleh berangkat siang!” tutur Binar baik ke karyawanya. 


Karena hari ini mereka lembur mereka boleh berangkat telat. Saka dan karyawan lain langsung tersenyum senang. Mereka pun hendak mengucapkan terimakasih dan memuji Binar, tak terkecuali Saka. 


“Terima kasih, Bos.. Anda, Ba-...” 


“Maksimal jam 9 pagi telatnya, pengecualian buat kamu Sak!” 


Belum selesai mereka hendak memuji. Binar langsung menyela dan membuat Saka menelan ludahnya.


"Apa- apaan, berangkat siang maksimal jam 9 mah sama aja bohong. Masih kurang. Apalagi Saka."


“Ehm... ya Bos!” jawab Saka tidak berani menolak karena belum juga berbicara Binar sudah memasang wajah garang dan mata elangnya. Mana berani Saka.


“Ya sudah... hati- hati di jalan, selamat beristirahat!” tutur Binar ke karyawanya.


“Ya Tuan!” jawab semuanya mereka berempat kemudian keluar ruangan dan sama- sama menuju lift. 


Saat di ruang lift, salah satu ponsel karyawan Binar berbunyi, tadinya dia sungkan mau angkat, tapi Binar yang menganggukan kepala tanpa bicara, memberi kode, angkat saja. 


Dengan malu- malu anak buah Binar angkat telpon pribadinya.


“Halo Sayang... iyah.. Ini Papah udah pulang, jangan dikunci kamar pintu nya yah. Yaaah...makasih sayang.... iyaah... kamu ngerti banget sih mau Papah.... yaaah... makasih... i love you!” 


Karena di dalam satu lift, meski berbisik, tentu saja Binar mendengar. 


“Ehm...,” Binar yang duda jadi berdehem. 


Entahlah seperti ada bara yang merayap dan membakar dadanya.


Binar lupa kapan terakhir Binar bermesraan seperti itu dengan perempuan. Yang ada Binar pulang cepat mendapat telepon dari asisten rumah tangganya kalau Tiara pingsan atau Putri tantrum. 


Selain Binar karyawan yang satunya kan sudah beristri juga jadi biasa saja. Bahkan ponselnya juga ikut berbunyi, bedanya bukan telepon tapi voice mail.


Dia pun tanpa sengaja dan tanpa niat pamer membuka pesan istrinya. 


“Papap ko pulang telat... Dhedhee  tungguin, dhedhe nggak mau makan kalau Papap belum pulang....” terdengar anak kecil yang imut menunggu. “Paap, mamah udah masakin masakan kesukaan Papap nih, kita nungguin dari tadi, selesai kerja langsung pulang yah” disusul suara lembut seorang istri. 


Binar semakin menelan ludahnya. Saka pun juga ikut mendengarkan, meski begitu Saka kan minggu depan tunangan. Sedari tadi juga pacarnya sudah minta video call jadi biasa saja. 


Binar tidak berkomentar dan berjalan cepat begitu lift terbuka, meski AC kantor diservis rutin dan berada di suhu paling rendah rasanya gerah. Sangat.


Untung hanya Saka yang peka. 


Meski putra seorang Tuan Priangga dan punya 4 supir pribadi. Binar malam ini pulang sendiri. Karena bagi Binar, mengendarai sendiri lebih leluasa apalagi kalau sedang bermodus ria. 


Sesampainya di rumah, rumah sepi senyap. Hanya Pak Ujang yang berjaga membuka dan menutup pagar.


Begitu masuk rumah juga gelap, hanya lampu luar dan teras yang menyala.


Binar langsung mengguyur tubuh tinggi tegap dan berototnya. Binar kan tiap hari bangun pagi berolah raga. Pengalaman istrinya membuat Binar benar- benar peduli kesehatan. 


“Hhhhhh....,” Binar menjatuhkan tubuhnya acak ke kasur empuknya setelah kembali segar. Tidaak membujur ke bantal tapi sekenanya. Kasur Binar kan besar dan luas, sayang dia sendirian. 


“Aku memang butuh perempuan!” gumam Binar dalam hati, guling kanan giling kiri adanya bantal. 


“Isyana.... sedang apa kamu?” gumam Binar tersenyum ingat Isyana si mata bulat dan pipi bulat. 


“Aku ingin dengar suaramu, Isyana!” gumam Binar kangen.


“Aku ingin kamu di sini menemaniku, haaahhh,” gumam Binar hanya bisa mengambil guling dan memeluknya. 


Binar melirik ponselnya, sepi sunyi kaya kuburan. Lebih sunyi malah karena di kuburn kan suka ada suara binatang malam.


“Kenapa dia sama sekali tidak menghubungiku. Bukankah kamu juga menyukaiku? Aku yakin kau menerima cintaku!”


 “Sedang apa dia? Kenapa sangat jual mahal sekali, apa sungguh kamu bisa tidur nyenyak dan tidak memikirkan aku sedikitpun? Kenapa aku sendirian yang tidak bisa tidur dan terus memikirkanmu?” gumam Binar kesal. 


Binar .embuka riwayat chat dengan Isyana. Pesanya tak ada yang terbalas kecuali jika itu Putri. Binar pun mengetik kalimat sapaan dan rindu. Tapi kemudian Binar lihat jam dinding sudah pukul 11 malam. 


“Hah paling dia sudah tidur?”  gumam Binar melemparkan ponselnya dan menghapus semua ketikan cintanya. 


Kemarin malam Binar melakukan hal yang sama, sampai ketemu orangnya diabaikan. Jadi Binar memilih tidur saja. 


Binar  mencoba memejamkan matanya tapi tidak bisa.


Binar kemudian mengganjal kepalanya dengan kedua tanganya menatap langit- langit kamar. Di pandangnya sekelilingnya. Tiang infus dan tabung oksigen persiapan jika Tiara kambuh masih ada. Foto pengantinya dan foto keluarganya juga masih ada. 


“Tiara.... apa kamu melihatku? Mantra apa yang kamu berikan sehingga membuatku sangat menyukai Isyana! Inikah yang kamu inginkan? Aku pernah membuatmu menangis karena aku memarahimu yang terus membahas dia. Aku jadi tersiksa begini karenanya?” gumam Bin merutuki dirinya sendiri. 


Binar mengambil ponselnya lagi. Dilihatnya galeri kameranya. Di sana memang banyak foto Putri dan Isyana juga Tiara. Bahkan ada foto yang mereka selfie bertiga. 


Isyana dan Tiara sama- sama cantik tapi sangat berbeda. Tiara dulu bertubuh tinggi berisi dengan hidung mancung, muka oval dan dagu panjang. Bu Tiara keibuan dan terlihat begitu anggun matang. Isyana kecil cenderung pendek. Hidung Isyana standar akan tetapi Isyana punnya, muka bulat, bibir yang sangat manis dan lembut, pipi cubby yang ketik tersenyum menampakan lesung pipitnya. 


Karena tidak bisa tidur, Binar ke kamar Putri. Meski kamar Putri lebih kecil. Binar lebih nyaman di sana. Binar bisa memeluk Putri, ingatan semua tentang Isyana juga begitu lekat,


****


“Apa dia marah ya?” gumam Isyana sedari tadi tidur miring memandangi ponselnya. 


Binar tidak tahu di kamar berbeda seseorang sedari tadi seperti kambing guling, bolak balik miring kanan kiri padahal perutnya besar dan berisi janin. 


“Apa dia sungguh menceritakan semuanya pada Bu Dini? Apa Bu Dini lantas kecewa terhadapku? Atau bagaimana? Ahhh bagaimana ini?” 


“Apa aku terlalu buru- buru membiarkan Dina masuk ke sekolah itu, benarkah kita akan menikah?” 


“Ya Tuhan kenapa aku jadi segelisah ini?” gumam Isyana lagi. 


Jika Binar mengobati rindunya menatap foto Isyana dan segera tidur. Isyana justru parah didatangi berbagai sangkaan buruk. Isyana juga tidak punya foto Binar ditambah pinggangnya sakit karena hamil dan susah tidur. 


“Apa aku tanya saja? Bagaimana aku bertanyanya? Ahhh... salah nggak sih kalau aku balas perasaanya? Kenapa aku jadi berharap dia sungguh akan menikahiku?” gumam Isyana lagi. 


Isyana masih tetap tidak berani menghubungi Binar.


Isyana hanya bangun dan mencari minyak urut mengobati sakit pinggangnya. Rasanya gerah panas sakit gelisah. Isyana butuh ayah untuk anaknya yang memperhatikanya dan membelainya. 


**** 


Pagi pun tiba


Seperti mau Binar, jika sebelumnya begitu bangun langsung aktivitas, pagi ini Isyana melihat ponselnya dulu. Sayang tidak seperti hari kemarin. 


“Katana aku disuruh selalu lihat hape? Apa ini? Dia tidak mengabariku?” gumam Isyana lesu. 


Isyana baru bisa tidur jam 1 malam. 


“Apa dia hanya bercanda selama ini? Kenapa aku berharap dia serius? Semudah itukah dia mengingkari perkataanya?” gumam Isyana terus berfikir buruk. 


“Hah... menyebalkan? Kenapa aku merindukanya sih! Sadar Isyana.. sadar! Sadar!” Isyana malah merasakan perasanya, karena kesal Isyana melempar ponselya bahhkan menyimpanya di bawah bantal. 


Isyana menyadari dirinya konyol dan bodoh, bahkan benci. Kenapa dari kemarin Isyana membiarkan dirinya terforsir membuka ponsel dan mengharap sesuatu yang tak kunjung tiba. Isyana memaksa dirinya, jangan harap, jangan liat hp terus, maka dia umpetin sendiri di bawah bantal biar tidak dia intip terus. 


Isyana memilih keluar dengan hati yang dongkol, gelisah dan kepala terasa pening karena kurang tidur. 


“Teteh sakit?” tanya Dina. 


“Enggak!” 


“Teteh pucet banget!” tutur Dina menyentuh pipi Isyana. 


“Teteh nggak bisa tidur semalam, pinggang teteh sakit!” jawab Isyana. 


“Kalau udah menginjak usia 6 bulan , nanti menuju 7 bulan dan seterusnya memang begitu, Neng. Ini nenek buatin wedang jahe!” sahut nenek . 


Isyana tersenyum mengangguk lalu minum jahe anget dari nenek. Isyana menyandarkan tubuhnya di depan televisi dan tertidur karena tubuhnya terasa sangat lemah. 


**** 


Binar bersiul sambil jogging mengitari jalan sekeliling rumahnya, dan menuju ke jalan sawah dekat dengan greenhouse Isyana dulu. Sayang Binar tidak bawa ponsel dan hanya bawa jam. 


“Siapa dia?” gumam Binar melihat laki- laki duduk termenung di bekas greenhouse Isyana yang terbakar. 


Pria itu tampak mondar mandir dan terlihat sangat sedih. “Ngapain dia di sana? Apa aku sapa?” tanya Binar penasaran. 


Akan tetapi saat Binar mendekat, pria itu malah tampak malu dan ingin pergi. 


“Tunggu, panggil Binar!” 


Laki-laki itu berhenti. 


“Ya... ada yang bisa saya bantu?” tanya laki- laki itu sopan. 


“Sedang apa anda di sini?” tanya Binar tidak ramah dan terkesan menyelidik. Pria itu terlihat tidak nyaman dan balas menatap Binar. Seperti kepoan banget.


“Tidak apa- apa, saya hanya merindukan seseorang!” jawab pria itu. 


“Ehm...,” Binar jadi berdehem curiga. Itu kan bekas greenhouse Isyana. 


“Seseorang siapa? Kenapa di sini?” tanya Binar lagi sedikit menegang. 


“Seseorang sahabat yang saya cintai dulu tinggal di sini!” jawab pria itu lagi. 


Binar semakin menegang. 


“Sahabat?” tanya Binar tidak terima. 


Sayangnya pria itu terlihat risih diinterogasi Binar, tidak menjawab banyak dan menghindar pergi. 


“Ada yaa.. laki- laki nyinyir kaya dia? Tapi kenapa kuperhatikan dia mirip Putri yah?” gumam Adnan kesaal ditanya- tanya Binar. 


Binar pun semakin terbakar cemburu. Meskipun Adnan bertubuh sedikit kerempeng, tapi Adnan cukup manis dan jauh lebih muda. 


“Sahabat? Ck. Kurang ajar! Tidak ada yang boleh mencintai Isyana selain aku!” gumam Binar posesif dan semakin menggebu berlari ke rumah. 


Binar langsung menelpon Isyana. Sayang telponya tidak diangkat. 


“Benar- benar, dia membuatku gilaa!” gumam Binar kesal dicueki perempuan rasanya sakit, Tiara yang dulu kan begitu welcome pengertian dan hangat. Binar mengirim pesan yang banyak tapi tidak di balas. 


Sampai Binar dijemput Saka karena hari ini ada agenda menemui klien dari Luar Negeri, Binar belum mandi gegara sibuk menelpon Isyana. 


“Beliau tiba 30 menit lagi, Tuan!” tutur Saka sedikit kesal dan mengingatkan agar Binar bersiap cepat. 


“Ya. Aku tahu! Berisik. Cerewet banget!” jawab Binar sewot. 


Saka, yang sudah baik jemput masih dimarahi. Saka hanya diam. “Ya ginilah nasih jadi bawahan,” batin Saka menelan ludahnya. 


**** 


Bu Wira yang dirayu Tuan Priangga menunda melaporkan Binar ke polisi. Akan tetapi dia meminta syarat dan jawaban dari Binar. 1 bersedia melepas dan jauhi Isyana, 2. Membiarkan Tuan Wira membeli saham 10 persen lagi. 


Tuan Wira sudah punya 30 persen,sedang berupaya menggulirkan Pak Josua dan sekarang ingin nambah lagi punya Tuan Priangga. 


Tuan Priangga masih belum memberi jawaban.


Membiarkan anaknya dilaporkan polisi? Menjual sahamnya dan membiarkan Tuan Wira sedikit demi sedikit menguasai Suntech? Atau bekerja sama dengan Binar bersandi wara? Atau berperang sekalian. 


Yang pasti Tuan Priangga jadi tahu dan serasa tertusuk duri pagarnya sendiri. 


“Selesaikan pekerjaanmu dan temui Papah!” ketik Tuan Priangga ke Binar. 


**** 


Mika mendapatkan perlakuan sama persis seprti Isyana dulu bedanya Mika tak punya dukungan dari ART jika Isyana dibantu ART yang sayang pada Isyana. Mika juga tak ridzo menerima takdirnya. 


Pagi itu Mika disuruh ngepel dan cuci piring. Rupanya Bu Wira dan Tuan Wira datang dan membahas rencananya itu. 


“What.... jadi Isyana menjadi taruhan antara Tuan Binar dan Lana?” gumam Mika panas terbakar dan menciut. 


“Bagaimana gembel itu bisa berubah menjadi permata yang menjadi barang mahal dan diperbutkan?” batin Mika tidak terima. 


Mika kemudian segera bergegas ke kamar. Mika menyadari kekalahanya. 


“Aku sudah tidak punya harapan di rumah ini. Aku tidak mau terus dibodohi nenek tua itu. Kalau bisa aku adukan saja perbuatan Lana padaku. Aku harus kabur dan pergi, tapi bagaimana caranya?” batin Mika menatap sekeliling dan mencari celah kabur.

****

Bersambung


Klik ini Untuk Lanjut ke bab Berikutnya 


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 155"