Istri yang terabaikan Bab 151

 Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


151.Ganti Warna


Selepas Binar pergi dan ditanyai Dina, Isyana jadi malu bertemu nenek dan Dina. Isyana langsung masuk ke kamar. 


“Huuuft, puk puk!” Isyana menghela nafasnya dan menepuk pipi kanan dan kirinya. Lalu memegangi perut dan dadanya. Tubuh Isyana terasa memanas tapi panas yang membuat begetar dan membawa candu yang terasa indah untuk diteruskan ataupun diingat.


“Benarkah ini artinya aku jadian sama Mas Binar, ya Tuhan apa aku salah jika punya rasa ini? Tapi aku belum jawab pertanyaanya kok, berarti belum jadian kan?” batin Isyana bertanya sendiri berfikir sendiri.


“Ya... aku hanya masak bareng dia kan? Itu bukan suatu kesalahan dan perbuatan tercela kan?"


"Dia juga yang memaksa kan? Apa itu namanya pacaaran?” gumam Isyana menimang sendiri di kamar. 


“Ahh.. tapi dia menciiumku dan memeluuku? Apa artinya beneran aku udah pacaran sama dia?” batin Isyana lagi lalu berbaring miring menutup kepalanya dengan bantal.


Bagaimana Isyana tidak karuan. Sehari ini kan Binar mepet Isyana terus. Isyana menolak dan menjauh sekuat tenaga. Binar pun semakin gencar tidak mau pergi.


Selama ada orangnya kan Isyana nggak bisa menghindar. Meski masih jaim dan malu- malu endingnya mereka terjebak dalam satu moment bersama. 


Belum Isyana selesai meredam panas dingin hatinya ponsel Isyana berbunyi.


Isyana pun segera mengambil dan melihatnya. Binar mengirim pesan sudah sampai di acara. Binar duduk di depan dengan beberapa pejabat terkait dan pengusaha yang ada di situ. 


“Issshhh... narsis banget sih? Apa maksudnya dia kirim aku foto beginian?” gumam Isyana tidak peka. 


Isyana kan tidak pernah pacaran jadi tidak tahu bagaimana kala pria sedang bucin segala hal ingin dipamerkan.


Bukanya memberi pujian atau menanggapi, Isyana malah jadi malu dan melempar ponselnya.


Binar kan ingin menunjukan, Binar sejajar bahkan lebih baik dari mantan Isyana. 


“Apa Ibun kecentilan, Nak? Maaf ya? Ibun nggak kecentilan kan? Ibu selalu jaga diri kok!” tutur Isyana pada buah hatinya sendiri. 


"Apa kamu ikut merasakan juga bagaimana Ibu terus dibuat berdebar olehnya. Tapi maafkan Ibun Nak. Perasaan ini bukan untuk ayahmu. Apa kelak akan marah? Atau kamu juga akan menyukainya seperti ibu menyukainya?"


Isyana tidak bisa membohongi diri kalau Isyana bahagia bersama Binar.


"Semoga kelak kamu mengerti, ayahmu yang memisahkanmu dengan dirinya. Jangan benci ayahmu, tapi tolong mengertilah Ibun ya. Ibun mau kita bahagia, Nak!" batin Isyana lagi berfikir.


Walau sepuber apapun Isyana, bayang- bayang dirinya janda yang baru bercerai belum genap setahun dan sedang hamil anak suaminya terus datang.


Seakan semua itu merutuki Isyana, harusnya perempuan mikir anak dulu tidak cinta- cintaan. Kegaanjenan, kegaatelan, kata- kata itu seakan mengejar Isyana kalau sampai Isyana salah langkah.


Tapi rasa itu datang begitu saja tanpa Isyana sengaja. Isyana juga tidak melanggar norma agama ataupun susila. Isyana resmi bercerai dan selesai masa iddah. Binar juga seorang duda.


"Bolehkan aku jatuh cinta?" lirih Isyana menitikan air matanya. Gamang, ragu dan takut dengan perasaanya sendiri.


“Hhhhh...,” Isyana pun memilih menutup wajahnya dengan selimut melelapkan segala lelahnya.


Dina dan nenek kemudian menggunjing Isyana. Kalau firasat mereka benar, Binar dan Isyana terang- terangan bermesraan di dapur.


Nahkan Isyana belum cerita lengkap apa yang terjadi di kampung Utinya Isyana. Isyana aneh setelah dari sana. Pasti terjadi sesuatu.


**** 


Di Pameran.


“Ck... dibaca doang..." gerutu Binat.


"Benar- benar dia jaim sekali. Apa susahnya membuka diri? Aku yakin kamu suka kok sama aku? Apa kurangnya aku?” gumam Binar kesal. 


Binar terus manthening layar ponselnya berharap Isyana balas, tapi tak kunjung dibalas. “Bagaimana caranya aku membuka mulutmu untuk bilang kalau kamu menyukai Isyana?" Batin Binar penasarannya ke Isyana sampai ke Ubun- ubun ingin terus pepet Isyana dan terus bersamanya. 


Hingga tiba giliran Binar.


Selaku pelaku bisnis berskala besar yang dihormati, Binar memberikan sambutan di acara pembukaan pameran produk UMKM bersama pak Gubernur, walikota dan beberapa Bupati di kota B itu. 


Di saat yang bersamaan, Bu Dini menelpon Binar. Karena Binar sedang di podium, Binar tidak mengangkat telepon Bu Dini. Bu Dini yang tidak diangkat teleponya pun menelpon rumah Binar.


****


“Halo Nyonya, selamat malam,” jawab Mbak Nik mengangkat telepon Bu Dini. 


“Malam Mbak Nik? Apa kabar? Putri sehat? Apa dia masih sering tantrum?” tanya Bu Dini. 


“Sekitar 3 harian yang lalu, Putri masih ngambek dan  ngamuk, bahkan sempat panas tapi sekarang sudah tidak, Nyonya!” jawab Mbak Nik jujur apa adanya. 


“Kenapa begitu? Sedang apa dia?” tanya Bu Dini lagi. 


“Kemarin dua harian Mbak Isyana tidak bisa dihubungi padahal seminggu lebih mereka tidak bertemu, Non Putri baru selesai mewarnai dan hendak tidur Nyonya.” tutur Mbak Nik lagi. 


“Oh Isyana masalahnya? Kalau sekarang gimana?” tanya Bu Dini mengerti,ini permasalahan klasik yang sudah dihafal.


“Sekarang sudah seperti biasanya, tadi siang Mbak Isyana juga di sini. Putri sudah mandi, sudah makan malam juga, terus sekarang di kamar mau tidur, Nyonya,” 


“Oke baguslah, dimana Binar?” tanya Bu Dini lagi.


“Tuan Binar tadi sore mengantar Mbak Isyana sampai sekarang belum kembali, Nyonya!” jawab Mbak Nik. 


“Oke makasih,” jawab Bu Dini. 


Mbak Nik kan tidak tahu kalau Binar juga menghadiri undangan di acara pameran. 


****


“Sepertinya Binar, tidak mengindahkan nasehatku. Kalau sudah begini, aku harus siap menghadapi segala sesuatunya. Ini bendera perang Pah. Mutia pasti memanfaatkan ini. Dia pasti akan melakukan segala cara mendongkrak popularitasnya,” gumam Bu Dini pada Tuan Priangga. 


“Kita kan bersahabat dengan baik dengan Wira dan Mutia, masa sih mereka tega begitu, bukanya Lana udah punya gandengan baru? Kemarin pas Takziah dibawa. Seharusnya dia tidak marah kan Isyana dekat dengan Binar dan keluarga kita? Kita bicarakan saja besok,” tutur Tuan Priangga santai. 


“Tapi kenyataanya tidak seperti itu, Pah. Mutia dan Lana kemarin mendatangi Isyana. Sepertinya ada yang disembunyikan dari mereka dan mereka seperti ingin agar Isyana kembali ke mereka,” 


“Lah kan mereka sudah cerai? Lana juga sudah punya yang baru! Ngapain...” 


“Isyana kan hamil anak Lana, Pah.” 


“Ya nggak apa- apa harusnya, menurut Papa itu seharusnya bukan masalah, mereka kan bisa berdamai tanpa harus ribut!” jawab Tuan Priangga berfikir tenang dan rasional.


Ya seharusnya jika perceraianya baik-baik dan sama- sama berlapang dada. Isyana dan Lana berdamai. Harusnya juga,Lana bersyukur Isyana bersama Binar, yang pasti anak Lana akan aman dan terjamin.


Tapi entahlah apa yang Lana pikirkan.Lana tidak mau jadi ayah second untuk anaknya. Lana mau anaknya hanya sayang ke Lana. Lana juga tidak rela Isyana bersama orang lain.


“Tapi kenyataanya terjadi masalah, Pah” jawab Bu Dini. 


Tuan Priangga malas menanggapi persoalan Binar. Tuan Priangga menganggap itu masalah kecil,apalagi percintaan, harusnya Binar bisa atasi sendiri. Tuan Priangga lebih memilih tombol on ada remote televisinya. 


Sementara Bu Dini tampak berfikir. Perempuan kan lebih peka.


“Apa iya hanya tentang anak dan cinta, sampai Lana dan Bu Dini tidak mau melepas Isyana padahal Lana sudah punya istri lagi? Atau ada masalah lain? Aku harus temukan ini!” gumam Bu Dini befikir. 


Bu Dini pun memeriksa kembali ponselnya dan mencoba menghubungi Binar. Binar masih belum menjawab.


Bu Dini menghubungi Isyana. Isyana yang tadi melempar ponselnya menjauh jadi tidak menjawab juga. 


“Pah... Mamah mau ke rumah Binar!” ucap Bu Dini putus asa dan tidak sabar.


“Besok pagi saja!” jawab Tuan Priangga.


Tuan Priangga memilih mematikan remote televisinya dan mengajak Bu Dini beristirahat ke kamar. 


**** 


Binar selesai sambutan memberikan dukungan dan menjadi sponsor di acara pameran.


Bahkan perusahaan Binar juga menyediakan hadiah motor dengan teknologi terkini yang dilengkapi pelindung alias atap, sebagai promosi produk otomotif perusahaanya. 


Para pejabat pemerintah setempat mendukung itu dan menyambut antusias.


Ya jika Lana mengambil jalan mempromosikan daganganya dengan melobi para pengusaha dan menawarkan keuntungan. Binar memilih promosi dengab hadir di event- event besar masyarakat dan memberikan doorprise salah satu produknya agar dikenal. 


Selesai sambutan Binar turun dari podium. Gubernur kota B kemudian membuka acara pameran itu.


Setelah itu mereka semua datang ke perjamuan. Binar pun menemui Kang Arya si pemilik yayasan sekolah elit di kota itu. Binar jadi ingat Isyana. 


“Ssssshhh... Isyana, kenapa tidak juga melihat ponselku dan siaran langsung sambutanku? Apa kamu kamu tidak ingin lihat betapa kerenya calon suamimu ini?” batin Binar kesal. 


Sedari tadi, Binar berharap Isyana dan Dina datang atau setidaknya melihat via tautan link siaran langsung yang dia kirim.


Binar ingin dipuji dan dikomentari Isyana.Tapi Isyana pelit koment apalagi Pujian. Entahlah Binar jadi gatal sendiri.


Ponsel Binar sepi, dan ketika melihat pesan masuk Binar sangat bersemangat mengira itu dari Isyana. 


“Mamah?” dengus Binar kecewa ternyata itu Bu Dini. 


Bu Dini tipe orang yang suka berbicara langsung. Bu Dini miscall dan pesanya hanya bertanya dimana. Jadi Binar tidak berfikir ada masalah penting. Binar hanya memotret panggung banner pameran sebagai jawaban pertanyaan Mamahnya. Lalu memasukan kembali ponselnya ke saku.


“Kang Aryaa,” panggil Binar menyapa si pemilik yayasan Pelita. 


“Hai Bos... Wah jadi duda kok malah tambah ganteng aja nih?” puji Arya teman Binar menepuk lengan Binar dan memperhatikan penampilan Binar.


Ya Binar tampak berseri dan bersemangat. Tidak seperti beberapa tahun belakangan.


“Uhuk... uhuk...,” Saka yang mendampingi Binar jadi ingin tertawa. 


Tidak tahu saja, teman- teman Binar. Setelah menduda, sesuai doa Bu Tiara, bukanya galau, Tuan Binar malah dilanda puber kedua. 


“Bisa aja kamu ini. Kamu juga makin mapan makin bersinar,” Jawab Binar tersipu.


 “Sorry gue bercanda, maksudnya sebagai teman, gue seneng kalau kamu cepat bangkit. Life must go on, Bro. Gue kan tahu, semua teman kita tahu seberapa bucin kamu ke Tiara. Aku mengkhawatirkanmu!” jawab Arya. 


“Ah bisa aja, kamu. Aku sudah ikhlaskan Tiara kok. Dia sekarang tak lagi sakit. Perjuangan dia teramat berat,” jawab Binar sedih mengingat Bu Tiara.


“Sory ya, malah bahas ini. Tapi beneran lho, gue lihat auramu lebih bersinar sekarang dari pada beberapa kali kita bertemu di waktu yang lalu.” sahut Arya lagi. 


Binar semakin tersipu dipuji.


Saka pun mengangguk, bagaimana tidak bersinar kalau hari- harinya sekarang dipenuhi lope- lope. 


“Mungkin karena Tuan Binar sekarang sudah tidak bolak balik rumah sakit dan perusahaan, tidur Tuan Binar juga lebih teratur,” sahut Saka membela bosnya. 


“Ah ya... benar kata Saka, kamu memang cerdas Sak! Aku lebih banyak tidur sekarang! Haha” jawab Binar menepuk lengan Saka dan tertawa.


Semua jadi ikut tertawa.


Arya dan Saka kemudian ajak Binar makan.


Tapi Binar rasanya sudah enek duluan. Padahal menunya enak semua. Iga bakar, seafood, lobster, kepiting besar dan lain sebagianya. 


Di saat yang lain lahap Binar hanya mengambil sedikit. Sampai orang mengira Binar diet.


Betapa tidak, Binar makan sedikit, Binar kan sudah kenyang makan bala- bala, tempe dan tahu goreng. 


“Kamu diet?” tanya Arya. 


“Nggak?”


“Biasanya Bos suka sekali sop iga dan kepiting begini, bos?” tanya Saka berbisik. 


“Suka sih suka? Tapi perutku begah sekali,” jawab Binar kesal. Kenapa tadi khilaf.


“Sakit maksudnya Bos?” tanya Saka entah peduli entah mengejek yanh pasti ekpresinya menyebalkan.


“Entahlah, sudah jangan berisik. Aku mau ada perlu sama Arya,” tutur Binar kesal.


Binar pun mendekat ke Arya dan menyampaikan niatnya. Karena bersahabat, Arya langsung acc.


Tapi Arya juga harus melihat nilai ijazah Dina dan memastikan otak Dina bisa mengejar materi karena Dina masuk di pertengahan semester. Jika bukan sekolahan pribadi kan pasti tidak boleh. 


Binar pun mengkode Saka untuk menunjukan berkas Dina. 


“Ya sudah, besok antar saja anaknya menemuiku di yayasan,” tutur Arya. 


“Siap!” 


“Ngomong- ngomong siapa dia? Tumben banget kamu turun tangan langsung mengurusi hal sepele begini. Bukanya ibumu dan mendiang istrimu juga punya yayasan sendiri di ibukota?” tanya Arya merasa Binar kurang kerjaan.


“Ehm... ehm...,’” Saka pun berdehem.


Saka mau bilang, iya Binar turun tangan langsung sebab ada modus di dalamnya. 


“Adalah..., dia tinggal di kota ini, jadi aku serahin ke kamu, makasih ya!” jawab Binar cepat tidak ingin bahas siapa Dina.


“Oke..,” jawab Arya singkat.


Binar pun segera mengirim pesan ke Isyana lagi disertai emot cium dan lope- lope. Kalau Binar besok mau jemput Dina. 


Kalaupun Putri sibuk sekolah, bisalah Dina juga dijadikan modus. Padahal kan Binar bisa telepon Dina langsung. 


Setelah mengirim pesan ke Isyana, Binar mendapatkan pesan dari Bun Dini. 


“Besok mamah mau ke rumahmu. Jangan pergi. Mamah mau ngomong penting!”


Binar pun mengangkat alisnya.


“Mamah mau ngomong penting? Ngomong apa? Persiapan lamaran?” batin Binar malah memikirkan yang lain. 


“Oh ya waktu itu kan mamah sempat bahas 7 bulanan Isyana dan 40 harianya Tiara?” batin Binar sok tahu lagi. 


Binar jadi bersemangat ingin bertemu Bu Dini. 


“Ayo pulang Sak!” ajak Binar ingin segera pulang tidur tau-tau pagi.


“Mari Tuan!” jawab Saka. 


Malam ini meereka memakai mobiil sendiri. Begitu lihat mobil yang Binar bawa, Saka pun mengernyit. 


“Wah akhirnya Keluar kandang lagi si Blacky? Nggak jadi dijual?” tanya Saka menggoda.


Saka tahu sejarah mobil itu.


“Sembarangan! Mau kumodif ini? Ganti warna!” jawab Binar. 


Saka pun hanya geleng- geleng kepala. Yaya semua karena Isyana pasti.

****

Bersambung


Klik ini Untuk Lanjut ke bab Berikutnya 


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 151"