Istri yang terabaikan Bab 15

 Istri yang terabaikan Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


15. Rencana 1


“Maaf Nona, untuk pasien di kamar ini sudah pulang sejak satu jam lalu!” tutur perawat sebuah rumah sakit elit. 


“Oh gitu?” tanya Mika kecewa. 


Perawat itu pun segera berlalu, dia baru saja melakukan sterilisasi ruangan setelah dipakai pasien dan hendak dipakai pasien lain. 


“Shiiit!” umpat Mika kesal melempar buket bunga yang dia bawa ke tong sampah.


“Mikaa!” pekik Karin “Ini bunga mahal lho, kok dihancurin gitu?” ucap Karin. 


“Nyebelin banget sih emaknya Lana dasar nenek tua, ngerjain gue! Pantes Lana gue hubungi nggak aktif! Sejak ibunya sakit dia cuekin gue terus, rencanaku jadi gagal kan?” umpat Mika lagi menggerutu. 


“Hemmm, sabar- sabar!” tutur Karin lagi mengambil bunga Mika yang sangat wangi, sayang kan kalau dibuang. 


Mika kemudian menelpon Lana lagi, sayangnya nomer Lana masih dialihkan. 


“Annnnjing!” umpat Mika lagi seharian bahkan sejak kemarin Ibu Lana masuk rumah sakit Mika benar- benar dicueki Lana, dan itu sangat mengganggu Mika yang hidupnya sudah hampir ketergantungan pada Lana.


Mika kan udah ke salon, ubah bentuk rambut, mempercantik kukunya dan pakai parfum wangi. Mika berbelanja bersiap memikat hati mertuanya dan pacarnya.


Jauh- jauh ke rumah sakit Mika tidak bertemu orang yang dicari. Mika sangat kesal dan kecewa, apalagi Lana susah dihubungi. 


“Apa lagi sih?” tanya Karin mendengar Mika masih mengumpat.


“Setiap ada emaknya, Lana bakalan cuekin gue terus. Apa gue dateng aja ke rumahnya dan gue tunjukin foto ini?” tanya Mika lagi curhat dan meminta pendapat ke Karin. 


“Jangan dulu dong, nggak seru kalau lewat telepon, lagian teleponmu juga dialihkan, besok aja kalau ketemu! Lo tunjukin tuh foto, kan seru! Katakan kalau Isyana punya selingkuhan!” jawab Karin mencegah Mika mengirim foto Isyana dan Adna lewat whastap. 


Apalagi tanpa dibumbuhi hasutan setan, foto Isyana tidak bisa dijadikan bukti kuat perselingkuhan. Karena hanya terlihat mengobrol tanpa ada kontak fisik. Jadi kalau mau menuduh Isyana harus dibubuhi narasi yang bagus. 


“Ya udah ayo kita datangi rumahnya!” ajak Mika lagi tidak sabar mau menemui Lana.


Biasanya kan Mika juga menghampiri Lana setiap Lana pulang kerja. 


“Jangan dong... kan kita nggak tahu ada Ibunya Lana atau nggak, nanti malah bikin masalah lagi, katamu Lana lagi mau dipromosikan dipindah ke perusahaan utama kan?” lerai Karin lagi. 


“Gue nggak sabar Karin! Mau sampai kapan gue jadi pacar simpanan begini? Biar dong nenek tua itu tau dan terima gue!” tutur Mika lagi. 


“Hei...Sistah! Ingat lo harus main cantik. Ini udah malam, apa kata calon mertua lo kalo lo bertandang ke rumah Lana sekarang. Ingat Isyana belum sepenuhnya kamu singkirin! Tunggu Lana dipromosiin dulu! Udah santai aja, Isyana juga kan sekarang udah jadi penjual bunga, jalanmu mulus!” tutur Karin lagi menasehati tidak tahu kalau sekarang Isyana sedang satu kamar dengan Lana.


Mika menghela nafasnya. 


“Oke...ayo kita pulang!” jawab Mika akhirnya menurut. 


Untuk melampiaskan kekesalanya karena ponselnya tidak bisa dihubungi, Mika dan Karin kemudian pergi ke klub malam. 


*****


Di rumah Lana. 


“Ingat aturan pertama, kamar ini milikku, milik suamiku, jangan mau disuruh tidur di lantai!” batin Isyana bertekad. 


Isyana kemudian menghadap ke cermin menyisir rambutnya yang  baru keramas. 


Saat Lana pergi ke kantor, ternyata Nyonya Wira juga meminta anak buahnya membelanjakan Isyana beberapa pakaian seksi. Nyonya Wira menyiapkan semua rencananya membantu Isyana.


Isyana pun sekarang sudah mengenakan pakaian itu. Dress tidur dengan motif renda merah yang membuah setengah paha Isyana terlihat dan dengan dada terbuka.


“Satu bulan saja Nak... dapatkan hakmu sebagai istri!” Isyana mengingat perkataan mertuanya. “Mama berharap Lana bisa berubah dan melupakan perempuan itu, mamah akan membantumu. Jika tidak bisa, mamah akan membantumu brecerai dengannya, mamah akan pastikan Lana menyesal!”  itulah kata- kata yang Nyonya Wira tancapkan dalam.


Satu bulan tidak berubah, Isyana akan bercerai.


Isyana melirik ke foto yang ada di nakas lagi dengan tatapan pedih. 


“Apa ini akan berhasil? Apa mungkin aku bisa meruahnya? Atau aku akan tetap tersakiti? Kalau saja malam itu aku berhasil mempertahankan kesucianku, aku lebih memilih bercerai, tapi percuma aku sekarang juga sudah tidak gadis lagi, jadi aku harus mencoba. Ya tidak ada yang tidak mungkin bukan?” batin Isyana bertekad. 


Isyana kemudian keluar kamar dengan malu- malu dan mengambil outer menutupi dada yang terbuka. Isyana berniat menemani mertuanya makan malam. 


Saat Isyana keluar para art di rumah itu pun pangling terhadap Isyana. Mereka memuji Isyana, tidak canggung juga Isyana memeluk mereka tanda rindu. 


Ibu Lana sudah menunggu Isyana di ruang makan. 


“Mana suamimu?” tanya Nyonya Wira ke Isyana. 


“Mas Lana sedang mandi Mah!” jawab Isyana. 


“Kita tunggu suamimu, berikan ini padanya!” tutur Nyonya Wira menyodorkan segelas air lagi. 


Isyana pun menebak, “Mah, apa minuman ini ada obatnya juga?” tanya isyana berbisik. 


“Ssssttt ini dosisnya sedikit lebih kecil kok dari yang kemarin, yang kemarin berhasil kan?” bisik Nyonya Wira tersenyum. Entah darimana ibu Lana mempunyai ide itu.

Nyonya Wira syok saat Isyana bercerita kalau ternyata selama dua tahun, kemarin adalah pertama kalinya Isyana dijamah Lana. 


Nyonya Wira sangat menyesal selama ini tidak membantu Isyana, sampai mengira Isyana ada masalah kesuburan, tapi sungkan mengatakan. Nyonya Wira pun bertekad untuk terus membuat Lana tertarik pada Isyana. 


"Laki- laki akan berubah saat dia punya anak! Kamu jangan mau kalah!" tutur Nyonya Wira.


Isyana mengangguk tapi kemudian menunduk pedih, rasanya ingin menangis.


Isyana sebenarnya sangat sedih harus merelakan tubuhnya dijamah orang yang di mata dan hatinya bukan dirinya tapi orang lain. Bahkan Isyana jijik kalau ingat. Tapi mau bagaimana lagi, Isyana istrinya. 


Isyana sudah sangat lelah dan tidak ingin mempertahankan rumah tangganya lagi, tapi nyonya Wira mendorongnya. Berharap semoga ini pilihan yang benar.


Tidak lama Lana datang, masih dengan ekspresi dinginya. Lana mengambil tempat duduknya dan seperti keinginan Nyonya Wira. Sebelum mengambil apapun, Lana mengambil minum yang sudah disediakan.


Lana meminumnya sampai habis. Setelah itu baru makan. 


Setelah selesai makan, mereka kemudian kembali ke kamar masing- masing karena Nyonya Wira harus istirahat. Isyana dan Lana juga langsung ke kamar. 


“Siapa yang mengijinkanmu tidur di ranjangku?” bentak Lana ke Isyana. 


“Aku tidak mau tidur di bawah!” jawab Isyana berani. 


“Kau berani melawanku!” bentak Lana lagi


“Kalau kau tidak mau tidur seranjang denganku? Baiklah, aku akan angkat kaki dan keluar dari rumah ini!" jawab Isyana lagi mengancam. 


“Haissh!” desis Lana kesal. 


Isyana kemudian menanggalkan outernya yang tadi dipakai dan membaringkan tubuhnya ke atas kasur dengan santai.


“Apa kau sedang menggodaku?” tanya Lana lagi melihat Isyana sangat seksi.


“Aku menggodamu? Kenapa kau bertanya begitu? Apa kamu merasa tergoda olehku? Bukankah aku menjijikan?” jawab Isyana menyindir.  


Ditanya begitu Lana gelagapan, dan terpojok. 


“Tidak!” jawab Lana mengelak dan mengalihkan pandangan.


“Bagus!” jawab Isyana tersenyum.


Isyana kemudian membaringkan tubuhnya lagi di samping Lana dengan tubuhnya yang terbuka. Isyana sengaja mengibaskan rambutnya ke belakang.


Meski saat melakukanya, bayangan Lana Isyana adalah Mika, tapi Lana menyadari dirinya sudah melakukan itu pada Isyana, bukan Mika. Bayangan itupun muncul lagi.


Ya Lana sadar betul, meski dia sering mencium dan memeluk Mika tapi mereka selalu gagal jika hendak liburan yang bermalam. Lana juga selalu didampingi Arbi si sekertaris posesif.


Hanya Isyana yang pernah dia tiduri, dan Lana juga masih ingat rasanya. 


“Haishhh...!” desis Lana tiba- tiba ingat itu, ingatan itupun membangunkan adik kecilnya. 


“Kenapa dia terlihat menarik saat begini? Apa mataku sudah buta!” gumam Lana melawan hassratnya sendiri. 


Lana kemudian memalingkan wajahnya dari Isyana tapi ingatan itu semakin datang dan buah terongnya semakin mengeras. 


“Haisssh!” desis Lana lagi lalu bangun ke kamar mandi dan membasuh wajahnya. 


Setelah dari kamar mandi Lana berbaring lagi memejamkan matanya, tapi tidak juga tertidur, Lana malah guling kanan dan guling ke kiri. 


“Hhh. Apa kau tidak bisa tidur dengan tenang. Aku mau istirahat!” omel Isyana kemudian dengan berani karena Lana sangat gelisah seperti cacing kepanasan. 


“Kau memarahiku!” pekik Lana tidak terima. 


“Kenapa? Kau tidak terima? Kau mau memukulku?” tantang Isyana lagi. “Ayo pukul! Aku akan keluar sekarang juga! Dan aku akan pamitan ke Mamahmu!” ancam Isyana.


Saat Isyana menantang begitu, Lana bukan mendengar omongan Isyana. Pandangan Lana justru tertuju pada buah melon Isyana yang selama ini dia kira bantat tapi ternyata tersimpan wangi matang dan ranum dibalik daster kumal. 


“Pakai pakaianmu dengan benar!” ucap Lana kemudian.


“Aku gerah!” jawab Isyana melawan lagi. 


Lana memang mempunyai alergi terhadap AC yang terlalu dingin, saat tidur dan malam hari, ya itu kelemahan Lana yang sedikit orang yang tahu. 


Lana terdiam. 


Isyana kemudian membaringkan tubuhnya lagi. Lana pun berbaring berusaha menekan buah terongnya agar tidak mengeras, sayangnya semakin Lana menahan, semakin dia susah tidur dan terus bangun. 


Bersambung.  🥰🥰 Lanjut Bab 16


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 15"