Istri yang terabaikan Bab 141

 Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


141.Terong Belanda


"Itu hapenya bunyi din!" seru Nenek membawa ponsel Dina yang tergeletak di atas meja.


Dina dan Putri sedang membuat perahu kertas. Dina mau ajak Putri main di got kecil rumah nenek.


"Iya Nek," jawab Dina antusias.


Dina dan Putri menoleh ke nenek dan segera lihat ponselnya.


"Teteh," pekik Dina senang.


Dina segera menjawab panggilan Isyana. Tersambunh, sayangnya suaranya tersendat dan putus- putus karena signal.


"Teh... teh... ini Dina. Teteh kemana kok.nggak pulang?" tanya Dina menyerbu.


Sayangnya jawaban dari Isyana. "Grrrr dddrtt... sreeekkk,"


"Teh... Teteh dengar nggak? Teh... Nenek nangis terus khawatirin Teteh. Teteh dimana? Putri di sini sama kita. Teteh udah ketemu Daddynya Putri belum?" serbu Dina lagi.


"Ya Din...drrrd sksksks...,"


"Iiih suara Teteg nggak jelas kresek kresek," pekik Dina


Isyana pun kesal, mereka mematikan sambungan telepon dan berganti saling kirim pesan. Dina pun meminta Isyana cepat pulang bareng Binar. Itu sebabnya Isyana berkemas.


"Daddymu udah ketemu sama Teh Isyana," ucap Dina.


"Yeaaay... Daddy hebat," celetuk Putri.


Nenek pun tersenyum lega. Mereka semua tidak ada yang nebak kalau nanti muka Binar lebam- lebam.


****


Di rumah Binar.


"Mbak Nik, lo nggak bohongin gue kan?" tanya Jessy tidak sabar.


Mbak Nik sedang membersihkan kaca berhenti menoleh kesal.


"Bohong gimana Non?" jawab Mbak Nik.


"Gue udah nunggu 2 jam masa jemput nggak balik- balik sih?" omel Jessy lagi.


Mbak Nik hanya menghela nafasnya, menahan sabar. Sudah tak diundang sedari tadi didengarkan mereka berdua bertengkar sekarang salah- salahin Mbak Nik.


"Ya saya kan di sini bareng sama Nona- nona. Ya saya nggak tahu to, Non!" jawab Mbak Nik santai.


"Sebenarnya Isyana itu siapa sih? Dia teman Kak Ara dimana? Temen kuliah? Teman audisi? Atau siapa sih?" omel Jessy lagi sewot.


"Saya kan juga dibawa kesini baru, Non. Tuan dan Nyonya pindah ke sini baru, ya saya nggak tahu?" jawab Mbak Nik lagi.


Amanda yang di ruang tamu dengar percakapan Jessy dan Mbak Nik pun gemas ikut nimbrung.


"Udah sinih kasih tau alamat rumah si Isyana itu!" sergah Mbak Nik.


"Saya nggak tahu, Non. Dulu yang sering main ke sana Bu Tiara dan Non Putri. Saya tahu kontrakanya yang di dekat pasar, udah kebakar pindah," tutur Mbak Nik lagi dengan polosnya.


"What? Kontrakan?"


"Iyah!"


"Emang dia kerja apa?" tanya Jessy dengan gayanya yang sok keren


"Setahu saya dia penjual bunga. Tapi kata Bu Tiara dulu penjual makanan, tapi katanya lagi dia pinter nyanyi, saya nggak tahu Non," jawab Mbak Nik lagi dengan polosnya.


Amanda dan Jessy langsung terbengong.


"What?" pekik keduanya.


"Tiara berteman dengan penjual bunga?" tanya Amanda.


"Emangnya kenapa?" ceplos Mbak Nik lagi.


"Dan Kak Binar sedang jemput tukang bunga itu?" lanjut Jessy.


"Ya bilangnya gitu, emang salah ya? Non Isyana juga pernah kok tinggal di sini," ucap Mbak Nik lagi semakin ngomporin Jessy dan Amanda.


"Hooh? Tinggal di sini?"


"Cuma beberapa hari sih!"


"Pantas Putri dekat. Coba lihat mana fotonya!" ucap Jessy kesal.


"Saya nggak punya foto Non Isyana. Yang pasti non Isyana itu imut dan manis, baik juga," jawab Mbak Nik lagi.


"Nggak tanya!" jawab Jessy cepat.


"Tapi dia tidak punya hubungan spesial kan dengan Binar?" tanya Amanda sekarang wajahnya sudah merah padam


"Ya saya nggak tahu Non! Mana berani saya tanya- tanya urusan hubungan Tuan dan Non Isyana," jawab Mbak Nik lagi.


"Ya maksudku, kamu kan bisa nilai dia dan Binar deket nggak suka ngobrol apa enggak? Deket- deket apa Enggak?" cerca Jessy lagi


"Enggak sih. Saya nggak pernah liat mereka ngobrol. Mbak Isyana sopan dan pendiam," jawab Mbak Nik lagi.


Jessy dan Amanda kemudian saling pandang dan menghela nafas lega.


"Tapi minggu ini Non Putri selalu manggil Mbak Isyana, Mommy Isyana, Tuan dan Mbak Isyana juga lebih sering telponan sepertiny," sahut Mbak Nik lagi masih dengan tanpa rasa takut dan bersalah.


Padahal yang telponan Putri bukan Binar.


Kali ini Jessy dan Amanda tidak menjawab tapi wajah yang tadi sedikit melonggar mendadak menegang lagi. Mereka pun mengepalkan tanganya.


"Sampai jam berapa mereka akan pulang?" tanya Amanda.


"Saya nggak tahu Non, kan Non yang temanyya Tuan, kenapa Non semua nggak telepon Tuan Binar?!" jawab Mbak Nik lagi.


Amanda dan Jessy kemudian gelagapan. Mereka kan tidak punya nomor prinadi Binar. Punyanya nomor official yang dipegang Saka.


"Ehm... sepertinya aku salah mencatat nomer Binar..Boleh aku cocokan nomernya?" tanya Amanda beralasan mau minta nomer Binar.


Mbak Nik yang polos percaya saja, akhirnya Mbak Nik memberikan nomer pribadi Binar.


Amanda pun menelponya.


****


Di Kampung teh Bila.


Isyana dan Binar kini ada di puskesmas.Lana berbaring di jok tengah, Isyana dan Binar di depan


Benar dugaan Binar posisi tangan Lana dan letak kakinya sekarang berbeda. Lana tidak pingsan tapi pura- pura pingsan.


Meski sudah di depan puskesmas Binar tak segera buka kunci mobil


"Ayolah Mas. Kita sama- sama dewasa. Kita sama- sama seorang ayah. Isyana sekarang ada berama kita dan dia berhak memilih secara merdeka. Tolong jangan jelek- jelekin aku terus, jangan seperti anak kecil bangunlah!" ucap Binar gentle.


Isyana sendiri terhenyak dan langsunh menelan ludahnya menatap Binar. Hati Isyana berdesir, ada rasa bahagia, Binar sungguh menyebut namanya.


Binar tampak menunggu jawab Lana..Tapi Lana sepertinua kepalang malu.


"Papa dan Om Wira pasti kecewa jika tahu kita begini, Mas. Oke... tanganku pegal malas aku ngangkat kamu lagi!" ucap Binar lagi.


Isyana hanya diam ikut memperhatikan Lana. Lana masih sama tertidur kaku, tidak bersuara.


"Haissshh...," desis Binar kesal lalu membuka mobil.

"Ayo kita turun!" ajak Binar


"Bagaimana dengan Mas Lana?" tanya Isyana.


"Biarkan saja dia begitu!" jawab Binar enteng.


"Bagaimana kalau terjadi apa- apa denganya beneran, Tuan? Tuan mau kemana?" tanya Isyana lagi, berfikir Binar benar- benar akan pergi.


"Jangan panggil aku Tuan, kamu tidak pernah jadi pelayanku dan aku bukan Tuanmu!" jawab Binar tidak menjawab pertanyaan Isyana malah bahas hal lain.


"Ehm...," Isyana jadi berdehem salah tingkah. dan membatin, laklu Isyana harus panggil apa?


"Iya," jawab Isyana singkat.


Meski masih canggung mau panggilan apa memangnya.


"Kita panggil perawat aja suruh bawa dia pakai brankar," celetuk Binar turun.


Isyana pun hanya mengangguk. ternyata Binar tetap bertanggung jawab tidak sungguh pergi beneran.


Perawat dan porter kemudian memindahkan Lana ke brankart. Baik Lana dan Binar sama- sama berobat. Karena Lana pura- pura piingsan jadi Binar yang menjelaskan kalau mereka habis jalan- jalan terus jatuh dari jurang..


Isyana pun hanya mengernyit, "Benar- benar, ternyata Daddynya Putri nakal dan iseng,"


Sementara Binar senyum- senyum sendiri mengeraskan suaranya di dekat Lana. Suruh siapa pura- pura pingsan jadi Lana tak berkutik dan Binar bebas mengarang cerita.


"Dia kakak saya dan ini itri saya. Tolong periksa Kakak saya ada yany patah atau tidak?" celetuk Binar dengan santainya.


Dokter pun melakukan serangkaian pemeriksaan.


Lalu mengajak Binar mendekat.


"Kalau dari tanda- tanya vital dan semua respon nyeri yanh kami temukan Bapak Lana stabil. Nanti kita beri obat anti nyeri dan bersihkan lukanya. Mungkin bapak Lana syok. Sudah kita injeksi obat tidur kok," terang dokter.


Dokter tahu, kalau orang pingsan saat kelopak matanya digerakan pupilnya pasrah dan ikut.Sementara Lana ada tahanan. Dokter malah mengira Lana, jatuh kaget dan panik, jadi di kasih obat agar tidak nyeri dan istirahat.


Binar dalam hati ingin tertawa tapi di depan dokter pura-pura peduli.


"Iya Dok. Dia sangat panik tadi. Kita tadi guling- guling di atas bukit sana, terima kasih ya dok. Tapi kakak saya baik- baik saja kan dok? " jawab Binar lagi ngarang cerita sok- sokan tanya.


Isyana yang sedari tadi di sampinhnya dalam hati hanya terus menggerutu, baru tahu Binar ternyata begini, nakal. Pantas Putri suka ngamuk dan bawel.


"Baik kok. Nanti kalau tenang dia akan bangun," jawab Dokter Binar mengangguk, lalu pura-pura mendekat ke Isyana.


"Sabar ya sayang. Sebentar lagi ya, kamu jangan takut ya. Aku baik- baik saja. Kakak juga, sebentar lagi kita pulang ya!" celetuk Binar lagi membuat Isyana kaget.


Isyana kan tidak bicara sepatah katapun. Nggak jelas banget Binar.


Binar mengerlingkan matanya ke Isyana. Ternyata itu trik Binar mau pamit.


Isyana mengernyit, belum paham


"Sebentar ya, aku tanya dokter!" ucap Binar lagi ngomong sendiri.


Lalu ke Binar ke dokter dan meminta alasan pulang mau antar Isyana istrinya yanh sedang hamil kasian nunggu.


"Ini nomer ponsel saya dok, Sus. Hubungi saya kalau kakak saya sudah bangun.Saya antar istri saya dulu.Nanti ada keluarga saya yang kesini," tutur Binar


Dokter dan perawat setuju Binar dan Isyana pergi, karena Binar juga sudah membayar di muka pengobatan Lana.


"Ayo pulang!," ajak Binar refelk menarik tangan Isyana.


Isyana mendadak berdebar lagi, tapi segera Isyana berhenti tanpa kata hanya menatap tidak suka lalu menepis tangan Binar.


"Maaf!" ucap Binar sadar ditolak.


Isyana tidak komentar dan hanya menarik tanganya. Canggung sekali.


"Ayo pulang, Biar Lana nanti dijemput anak buahnya!" ucap Binar lagi.


"Ya," jawab Isyana singkat.


"Isyana ternyata jual mahal, bawel, aku harus punya trik, aduh pusing nih?" batin Binar menatap Isyana yang malah berjalan cemberut dan cepat mendahului Binar.


Binar pun berjalan cepat menyusul.


"Ibu hamil, jalanya hati- hati, santai aja," ucap Binar lagi terus menanyai Isyana.


Isyana masih tetap diam, berjalan dalam hati membatin, siapa tadi yang buru- buru pulang.


"Ibu hamil itu harus ceria nggak boleh cemberut," rayu Binar lagi tidak pantang menyerah ingin Isyana mau ngomong.


Tapi Isyana semakin diam jadi kagok dan malu dirayu. Isyana fokus berjalan.


"Eh itu buah apa? Kok unik? Aku boleh petik nggak?" celetuk Binar lagi beralasan ingin berhenti.


Tapi memang di dekat mereka ada parit yang airnya mengalir jernih. Di dekatnya ada pohon besar yang di bawahnya ada kayu- kayu tertata tempat petani istirahat. Lalu di seberang parit ada pohon terong belanda.


Kali ini Isyana ikut penasaran dan menoleh.


"Itu terong," jawab Isyana akhirnya buka mulut.


Binar dalam hati bersorak gembira. Yes,masuk tahap satu.


"Aku penasaran rasanya, pernah dengar enak. Tunggu dulu ya, aku mau petik," ucap Binar.


"Punya orang Tuan. Jangan!" lerai Isyana. Aduh Daddynya Putri benar- benar nakal.


"Jangan panggil Tuan. Mas Binar aja," jawab Binar nekad tampak belok dan melipir.


"Ehm...," Isyana berdehem menoleh ke kanan dan kiri takut ada orang liat. Kan nggak lucu dikatai pencuri. Isyana mau tidak mau ikut.


"Itu punya orang, nanti dikata mencuri! Mas!" tegur Isyana kaku dan giguk. Tapi akhirnya panggil Binar, Mas.


Binar tersenyum lagi senang sekali.


"Kan aku penasaran, ya udah tuh ada orang. Kamu tunggu sini dong! Duduk sini. Aku ijin ke oraang itu ya!" ucap Binar lagi merayu Isyana agar duduk dan berhenti.


Tapi emang ada orang sih sedang menyiangi tanaman meski tak tahu pemilik buah itu atau bukan


Isyana pun masuk ke trik Binar selanjutnya. dusuk dan berhenti.


Binar mendekat ke pak Petani. Orang desa kan baik jadi langsung boleh. Binar pun memetik ada sekitar 5 buah.


"Sudah kan? Ayo pulang!" ajak Isyana.


"Tunggu dulu, duduk dulu. Santai dulu. Kan aku mau cobain!" jawab Binar duduk dengan santainya di pinggir Isyana.


Isyana pun diam dan menatap ke depan ke arah pemandangan menghindari bertatapan dengan Binar yanh sedang makan.


Binar menggigit buahnya satu pelan lalu menoleh ke Isyana dekat.


"Apa kamu marah padaku karena aku mencium kamu?" tanya Binar tiba- tiba.


"Gleg!" Isyana langsung tersentak dan menoleh ke Binar kaget, wajah Binar ternyata tepat di depanya. Kini mereka berhadapan sangat dekat.


"Aku jatuh cinta padamu. Aku ingin kamu jadi ibu sambung Putri dan menjadi istriku. Apa kamu mau?"


****

Bersambung


Klik ini Untuk Lanjut ke bab Berikutnya 


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 141"