Istri yang terabaikan Bab 135

 Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


135. Apa artinya Aku cemburu.


Begitu Putri memulai mengaji Tuan Aksa segera masuk ke kamarnya. Melepas satu persatu pakaianya.


Tubuh tinggi besarnya kini terpampang tanpa pelindung, sayang hanya tembok bisu dan segala temanya yang melihatnya. Tuan Aksa mengibaskan tanganya bekas dia menangikis serangan Lana masih terasa pedas.


"Aku berharap keputusanku menyerahkan kantor pusat padanya tidak salah. Meski kita menjadi rival dalam kehidupan Pribadi, semoga Mas Lana profesional dan tidak menghianati Papa!" batin Binar sekarang berfikir tentang perusahaanya.


Meski Tuan Priangga dan Binar memiliki 60 % saham perusahaan. Akan tetapi dalam hal memutuskan jabatan direktur Utama tiap cabang butuh rapat para pemegang saham yang lain.


Di kamar besarnya itu Tuan Aksa sendirian merenung. Setengah bulan sudah sejak kepergian Bu Tiara. Kamarnya terasa mati.


Karena sendirian, Binar dengan leluasa beraktivitas, duduk berdiri, berjalan dari dekat kasur, melewati cermin dan masuk ke kamar mandi mesko tanpa pakaian.


Tubuh Binar Aksa memang sangat proporsional, begitu gagah dan perkasaa. Apalagi tonjolan otot di beberapa bagian tubuhnya. Sayang sekali anugerah Tuhan yang mengagumkan itu dianggurkan. Padahal dipeluk Binar pasti sangat nyaman. Belum lagi jika dia mengaktifkan mesin inti tubuhnya. Pasti bekerja dengan maksimal.


Untung saja Binar mempunyai pendirian yang kuat dan hati teguh. Bu Dini selalu menanamkan nilai luhur.


Hal yang menjadi boomerang untuk hidup Binar adalah barang pusakanya. Jika tidak dijaga, dia bisa menimbulkan malapetaka di dunia dan akhirat.


Apalagi Binar kini mempunyai Putri. Binar percaya karma itu ada. Binar juga berharap kelak Putri menemui laki- laki yang menjaganya. Binar pun menjaga perempuan sebagaimana mestinya.


Akan tetapi jika dijaga, dia akan berbalik memberikan surga yang nyata di hidupnya. Kenikmatan, tenteraman dan keselamatan, akan dia dapatkan dalam satu waktu.


Sesampaimya di kamar mandi, Binar menyalakan shower air dan membiarkan air mengguyur tubuhnya. Binar suka dengan air dingin.


Binar memejamkan matanya meresapi setiap tetesan air itu, membiarkan semuanya menyapu kotoran di setiap inci tubuhnya. Seketika, bayangan memeluk Isyana sepanjang malam saat Tuan Aksa sakit di malam itu kembali datang.


"Haaaiiissshhh," desis Binar membuka matanya


Seiring ingatan itu datang, buah yang menggelantung di pangkal pahanya yang sudah lama matang tapi tak kunjung di panen ikut bereaksi, mengeras perlahan dan kemudian mulai menegak.


"Oooouuh," lenguh Binar sambil menyentuhnya. Akan tetapi sejurus kemudian akal sehatnya bekerja. Dia tidak mau terus- terusan menjadi pria rendah yang berhayal. Binar melepasnya dan memaksa si dia melemas lagi. Kasian sekali.


Akan tetapi tetap saja ingatan Binar kembali ke Isyana.


"**Apa dia melupakanya begitu saja? Apa yang dipikirkan dia saat itu terhadapku? Rasanya sangat nyaman ka ? Aku iingin mengulangnya."


"Kenapa aku terus mengingatnya. Harusnya dia juga ingat kan? Apa dia tidak berdebar meski aku tak sengaja? Apa hanya aku yang terus berdebar saat bertemu denganya? Ini sangat tidak adil*."


"Harusnya dia ingat kan? Dia juga tampak menikmati, aku yakin itu bukan mimpi, dia memegang erat tanganku dan berlindung di dadaku? Dia tidak marah kan? Apa dia membenciku? Bagaimana kalau dia masih mencintai Lana?"


Binar menelan ludahnya dan segera mengambil sikat gigi dan pasta giginya. Rasanya sesak sekali penasaran terhadap isi hati Isyana. Dan membayangkan cintanya bertepuk sebelah tangan. Binar pun menggosok giginya kasar.


"*Tidak! Kata Mamah Isyana tidak mau kembali pada Lana. Lagian Lana tidak akan bisa menikahinya lagi kan? Bukankah perceraian mereka sudah talak tiga! Lana bukan ancaman buatku."


"Tapi bagaimana kalau ada laki- laki lain yang mendekatinya*?" pikiran tentang Isyana pun datang lagi.


"Bagaimana caranya aku tahu perasaanya padaku. Apa pendapatnya tentangku. Dia pasti akan mengira aku laki- laki tidak bermoral Jika langsung melamar. Istriku belum genap sebulan pergi."


"Tapi kalau aku tidak segera mengungkapkanya. Aku bisa kehilangan dia. Aku butuh dia. Putri juga butuh dia. Aku juga tidak tega membiarkanya kesusahan terus seperti itu? Aku ingin dia di sisihku dalam pengawasanku, haisssshh. Menyebalkan sekali terjebak di situasi seperti ini?"


Karena gusar dan galau Binar mandi dengan cepat dan kilat.


Setelah membilas tubuhnya dari busa sabun, Binar segera menyambar handuknya, mengganti pakaian lalu berlama- lama di ruang kerjanya menghadap komputer.


"Atmadja Subiyantoro?" gumam Binar Aksa sedikit kaget saat anak buahnya berhasil mendapatkan kartu keluarga Isyana saat masih gadis.


"Seperti tidak asing?" batin Binar.


"Jadi Isyana sekarang yatim piatu, Om Wira yang membawa Isyana ke Lana? Hooh. Jadi mereka dijodohkan? Pantas!" gumam Binar lagi sambil tersenyum masam.


Binar pun terus berselancar dengan komputernya yang terhubung dengan anakbuahnya.


*****


"Duh... ponselku mati lagi," gumam Isyana panik membuka ponselnya. Isyana hendak minta jemput tapi tidak bisa.


1 jam perjalanan dalam bus, Isyana cukup mampu meredam kegalauan hatinya. Kini Isyana sudah turun dari bus antar kota.


"Aku harus segera mencharger ponselku!" batin Isyana.


Isyana hendak menuju kampung neneknya. Sudah setengah jam Isyana berdiri menunggu angkot kecil ke makam nenek.


"Apa aku naik ojek ya?" gumam Isyana.


Karena sudah masuk sore. Isyana memutuskan naik ojek. Saudara inti Isyana sudah tidak ada, Isyana hanya punya saudara jauh dan tetangga Isyana yang menjadi saudagar tanaman tempatnya dulu bekerja dan belajar bercocok tanam


Isyana memutuskan pergi ke situ.


"Maafkan Isyana Nek. Ini kan hari ulang tahun Nenek. Isyana hampir lupa," batin Isyana selama di jalan.


Ya saat Isyana hendak memblokir nomer Lana, Isyana baca notif alarnmnya. Hari itu tanggal 08 Agustus adalah hari ulang tahun nenek kandung Isyana yang merawat Isyana setelah ayahnya menikah lagi. Isyana rutin mengirim doa.


Saat hidup di rumah Lana, Isyana kan tidak boleh pergi- pergi sekarang Isyana bebas. Isyana pun ingin mengunjungi makam Nenek. Berharap kerinduanya terobati.


Isyana juga mau belajar dan ajak kerjasama teh Bila untuk kembali buka greenhouse.


Sekitar jam setegang 5 sore, Isyana sampai di desa yang suhunya dingin dan tempatnya berkelok- kelok banyak bukit yang indah.


Isyana berhenti di depan rumah yang tampak Asri dengan banyak bunga- bunga, belakanh rumah tersebut terhampar luas perkebunan dan juga greenhouse panjang yang berisi ratusan jenis anggrek dan tanaman hias lain yang tertutup plastik.


"Neng Isya?" sambut Teh Bila mantan atasan Isyana yang sudah menganggap Isyana adiknya.


Dia tersenyum bahagia saat Isyana berdiri di depan pintu.


"Iya, Teh ini aku!" jawab Isyana.


"Ya ampun. Kamu teh meny tambah geulis pisan?" seru Teh Bila lalu memeluk Isyana.


"Teteh, juga. Kumaha damang Teh? Maaf Isya baru jenguk!" ucap Isyana menguraikan pelukan saudaranya.


"Alhamdulillah semua sehat," jawab Bila. Lalu memperhatikan tubuh Isyana lalu menoleh kanan kiri dan melihat jalan.


"Kamu hamil?"


"Iya Teh,"


"Udah berapa bulan? Mana suami kamu? Kamu kesini sama siapa?" tanya Teh Bila mulai mencecar pertanyaan.


Isyana menunduk sebentar. Mereka masih berdiri di depan pintu.


"Isyana sendiri," jawab Isyana.


"Eleh.. ya ampun. Ibu hamil jauh- jauh dari ibu kota sendiri. Hayuk mangga, masuk. Kamu nginep kan?" tanya Bila.


Bila tahunya Isyana masih bermertuakan orang kaya dan pejabat.


Isyana tersenyum mengangguk tersenyum. Rasanya ingin segera menceritakan semuanya, tapi nunggu masuk dulu.


Mereka pun masuk. Tapi sebelum masuk ke rumah pribadi, Isyana dan Bila menyapa karyawan Bila yanh sedabg mengemas pesanan tanaman ke luar kota.


Setelah saling sapa. Isyana dan Bila naik ke lantai dua. Bila sudah bersuami sesama pengusaha perkebunan dan punya dua orang anak yang sudah SD.


"Tidur di sini ya!" ucap Teh Bila membuka kamar tamu yang berpemandangan perbukitan luas.


"Anak- anak kemana teh?"


"Lagi di rumah Eyangnya sama Papinya! Makanya seneng banget nanti kita bisa cerita- cerita sepuasnya!"


"Iya teh!" jawab Isyana mengangguk.


"Kok suami kamu nggak anter? Ikut bela sungkawa ya. Maaf waktu itu nggak sempat takziah Bapak!" tutur Bila.


Isyana kemudian tersenyum getir.


"Iya nggak apa-apa. Isyana sekarang udah cerai Teh. Sudah hampir 6 bulanan Isyana tinggal di kota B. Teh," tutur Isyana pelan.


Sontak Bila melotot kaget.


"Cerai?" tanya Bila lalu melihat perut Isyana.


"Iyah?"


"Di saat kamu hamil begini? Dia ceraiin kamu? Terus kamu tinggal dimana? Kamu 6 bulan tinggal di kota B kenapa baru kesini? Bagaimana hidupmu sekarang. Ya Ampun Isyana?" Bila langsung terduduk pilu dengar kabar sahabatnya itu.


Baru ditinggal ayahnya, lalu tetiba cerai dan dalam keadaan hamil. Bila tahu Isyaba gadis yang baik, lembut dan pekerja keras saat tinggal bersama Nenek. Bila juga tahu Isyana dipinggirkan oleh ibu tiri dan saudara tirinya.


"Belum genap Teh. Isyana baik Teh. Isyana tinggal di deket UNB, Isyana bertemu dengan banyak orang baik, Isyana sekarang kuliah Teh, Isyana juga punya keluarga baru," tutur Isyana


"Oh ya? Gimana ceritanya? Kamu nikah lagi?"


"He.. ya belum lah Teh. Isyana cerai baru sekitar 5 bulanan. Makanya. Boleh pinjam charger? Hp Isyana mati," tanya Isyana.


Bila dengan sigap memberikan charger ponsel.


"Kamu mandi dulu. Bawa baju ganti nggak? Teteh tunggu di bawah. Ceritakan semua sama Teteh ya!"


"Isyana nggak bawa baju teh. Begitu ingat besok ulang tahun Nenek. Isyana langsung ke sini!" jawab Isyana.


"Oke tunggu bentar yah!" jawab Teh Bila.


Teh Bila kemudian mengambilkan pakaian untuk Isyana..


Isyana sendiri segera mencharger pobselnya.


"Aku sudah blokir nomer Mas Lana. Dia tidak bisa lacak aku kan?"


"Kenapa aku sampai lupa sih kabari Nenek dan Dina mereka pasti cemas!" gumam Isyana menyalakan ponsel.


Benar saja begitu ponsel Isyana menyala banyak sekali panggipan masuk. Dari Lana sebelum diblokir dan belum Isyana buka, dari Dina. Dari Tuan Aksa dan terakhir dari Mbak Nik.


"Dheg....," seketika jantung Isyana berdesir.


Ketimbang buka pesan dari orang lain Isyana lebih tertarik lihat pesan Mbak Nik.


Isyana menelan ludahnya, ada ngilu di hatinya dan memancing kelenjar air mata Isyana.


Untuk kedua kalinya Mbak Nik mengirim video Putri menangis. Putri terus meracau menyalahkan takdir kenapa Mommynya bohong dan pergi.


Putri juga sangat jengkel sudah dua hari mau tiga hari Isyana mengacuhkanya dan menghilang.


Isyana seperti pembual yang memberi harapan pada hati semurni hati Putri.


Mbak Nik juga cerita Tuanya belum pulang Bu Dini sudah berhari- hari pula tak berkunjung. Mbak Nik curhat sangat bingung.


"Putri... " lirih Isyana tanpa sadar air matanya menetes.


Isyana sadar dia sudah menyakiti Putri. "Hiks.. hiks...," Isyana sakit sendiri mendengar rekaman Putri.


"Ya ampun kenapa aku lupa. Aku besok pagi menjanjikanya datang ke rumahnya? Bagaimana ini?"


"Maafkan, Tante Nak!" gumam Isyana berfikir dan menyeka air matanya tapi tak kunjung surut.


Seketika itu, Isyana menangis dan berderai air mata. Sejak awal Sayangnya Isyana ke Putri kan tulus, alami dan tidak dibuat- buat.


Isyana tertunduk, dan menggenggam ponselnya yang masih terbuka pesan dari Mbak Nik. Jika Mbak Nik yang telepon itu artinya alami dan sungguhan, bukan modus Tuan Aksa atau hal lain.


Isyana tahu Putri tidak tahu apa- apa, tak seharusnya dia menjauhi Putri. Isyana sendiri yang sepakat mengiyakan jadi Mommynya Putri.


Isyana tahu betul bagaimana Putri semangat dan berjanji tekun mengaji dan sekolah karenanya.


Seharusnya kan tinggal Isyana jujur dan menjelaskan, kalau dirinya tidak harus menjadi Mommynya tapi teman baik seperti sebelumnya. Semua akan baik- baik saja. Kenapa Isyana jadi harus menjauhinya.


"Kenapa aku jadi sakit hati saat Tuan Aksa, kata Mas Lana dekat dengan perempuan lain? Apa ini artinya aku cemburu? Benar kata Dina. Bukankah seharunya aku biasa saja? Sejak awal kan harusnya aku tahu. Apa peduliku. Kenapa aku harus sakit?"


"Lalu kenapa aku ngrasa sesakit ini saat tau Tuan Aksa ingin menikahiku karena Bu Ara? Apa aku berharap lebih?"


"*Ya Tuhan, hatiku. Kenapa aku harus marah dan sesakit ini? Aku tidak harus jauhi Putri kan? Aku bisa jelaskan baik- baik kan? "


"Apa ini artinya aku jatuh cinta denganya, kenapa aku berharap dia sungguh menikahiku dan mencintaiku?"


"*Hoooh."


" Apa ini? Kenapa aku jadi setamak ini? Tapi sakit ini begitu terasa ya Tuhan. Aku malas bertemu denganya? Sadar Isyana, sadar! Kasian Putri! Ingat Bu Tiara, Ingat Bu Dini*,"


"Bukankah Bu Dini menyekolahkanku karena Puteri. Kenapa aku jadi serakah? Kenapa aku juga ingin memiliki hati Tuan Aksa. Astaghfirulloh! Aku tidak boleh begini."


"Tidak seharusnya aku merasa sesakit ini. Aku ingin menikah dengan orang yang mencintaiku dan anakku. Aku bisa kan menolak Tuan Aksa baik- baik, tanpa menyakiti Putri,"


Isyana menangis sambil memukul- mukul sendiri kepalanya.


Isyana benci sendiri dengan sakit yang dia rasakan. Tapi sakit yang Isyana rasakan datang begitu saja dan tidak bisa Isyana tahan untuk tidak menangis.


"Isyana...," pekik teh Bila kaget mendengar dan melihat Isyana menangis sesenggukan


"Teh Bila?" pekik Isyana kaget dan segera mengelap air matanya.


Bila reflek mendekat dan menangkup wajah Isyana.


"Ada apa? Ceritakan sama Teteh. Jangan pendam sendiri?" tutur Bila pelan


Satu air mata Isyana lolos lagi. Tapi Isyana tidak menjawab dan memaksa senyum.


"Isyana sholat dan mandi dulu ya Teh!" jawab Isyana.


"Oke.. sok mangga. Teteh tunggu ya!"


"Ya Teh?"



****

Bersambung


Klik ini Untuk Lanjut ke bab Berikutnya 


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 135"