Istri yang terabaikan Bab 134

 Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


134. Kemana


"Mau sama Daddy, atau Mbak Nik?" tanya Binar sesampainya di kamar Putri.


Kini Putri tak lagi menangis tapi sesekali nafasanya sesenggukan. Binar menurunkan Putri di atas kasurnya, dirapihkanya rambut Putri dengan lembut oleh Binar.


Semenjak dimarahi Bu Dini, Binar menyadari sebagai single parents Binar harus lembut dan harus selalu memasang badan untuk Putri.


"Kata, Tante Bung, maksudnya kata Mommy Bunga, kalau Putri udah sekolah, Putli mandi sendiri," jawab Putri masih sangat ingat semua nasehat Isyana.


Binar tersenyum dan semakin ngilu hatinya. Bagaimana Binar lama-lama tidak ikut terpikat dengan Isyana jika sejak Bu Tiara masih ada, semua anggota keluarganya selalu membicarakanya.


"Yakin, anak Daddy sudah bisa mandi sendiri?" tanya Binar heran.


"Daddy wait Putri aja di situ. Putri mandi.. siram air, sabun- sabun, gosok- gosok lalu siram..Begitu kata Mommy Bunga," tutur Putri mengingat juga, saat mandi bersama Isyana, Isyana juga membiarkan dan mengajari Putri mandiri meski Isyana ada di dekatnua dan menilainya.


"Oke! Daddy tunggu di sini!" jawab Binar tersenyum.


Binar tidak menyangka Isyana sedetail itu mengajari Putri. Kapan pula Isyana mengajari itu. Binar pun semakin bangga dan terpana terhadap Isyana.


Isyana tidak seperti maid yang pentinh hanya menjalankan tugas menjaga Putri kemudian menerima gaji. Isyana menjada Putri memberi kebahagiaan dan juga mengajarkan beberapa hal.


"Help me, open my dress Dad!" ucap Putri memutar badan.


Putri belum bisa lepas resleting dressnya sendiri.


"Oke...," Binar tersenyum mengikuti mau Putri.


"Ready!" ucap Binar setelah bantu Putri..


"Help me, one more!"


"Apalagi?"


"Baju Putri, handuk Putri ikat rambut Putri lotion Putri!" ucap Putri lagi


Binar mengangguk.


"Siap, Princess...," jawab Binar sigap.


Dengan telaten Binar membuka lemari Putri mencari pakaian Putri satu persatu. Baru ketemu pakaian dalam.


Ponsel Binar berbunyi. Sehingga Binar harus memeriksa.


Putri jadi cemberut. Padahal kan sudah tidak pakai dress.


"I am Sorry!" ucap Binar tahu anaknya mulai ngambek.


"Daddy lama...,"


"Ya ini sudah!" jawab Binar dengan cepat memgambil dua potong pakaian Putri sembarangan.


Lalu Putri masuk ke kamar mandi.


"Oh ya... air nya belum Dad" teriak Putri lagi.


"Oh ya lupa!" jawab Binar.


Binar pun mengisi bath ub dengan air hangat.


"Sudah!" jawab Binar mengira tugasnya sudah beres.


"Thank you Dad!" jawab Putri senang hendak membuka semua baju yang dia kenakan


Saat Binat baru keluar, Putri teriak lagi.


"Daad!"


"Ya!"


"Sabun, sampo, pasta dan sikat gigi nya mana?" tanya Putri lagi.


Binar pun garuk- garuk kepala.


Definisi mandi sendiri untuk anak kecil dan dewasa kan berbeda. Binar tidak peka dengan itu. Bisa tahap pertama bisa mandinya, tapi persiapan dan membersihkan sekitarnya ttap butuh bantuan orang dewasa.


"Oke..., Dady ambilkan!" jawab Binar memaksa senyum lalu mengambilkan peralatan mandi Putri yang berada di rak atas.


"Thank you!" jawab Putri.


"Daddy tunggu ya!"


"Ya!"


Binar pun keluar kamar mandi, seketika Binar diam dan termenung sendiri.


Meski dulu saat kecil beberapa kali Binar pernah mengurus Putri, menikmati masa indah saat Putri kecil, tapi semakin Putri besar ada banyak hal juga yang Binar tidak tahu.


Binar terlalu banyak bekerja, konsen ke Bu Ara sendiri juga yang banyak aktivitasnya juga tergantung pada suster dan Binar.


Meski Bu Ara meninggalkan dunia belum lama. Tapi Bu Ara sudah lama meninggalkan sebagian besar peran sebagai istri dan ibu karena keterbatasan fisiknya.


"Aku memang butuh istri," gumam Binar dalam hati.


Binar mengepalkan tanganya bertekad dia harus segera menemui Isyana. Binar harus pastikan apa yang Isyana dengar.


Kalau memang benar Isyana dengar semuanya, tak ada waktu lagi menunggu Isyana lahiran atau memantau dari kejauhan dan bersikap profesional. Binar harus ungkapkan perasaanya tak peduli apa kata orang nanti.


Sambil menunggu Putri, Binar iseng membuka ponselnya. Banyak sekali foto- foto Isyana dan Putri saat bermain dan makan..


"Bodoh sekali Mas Lana sampai menceraikanya. Dia sangat manis, enak saja dia mau balikan gitu aja." batin Binar.


Tapi mendadak Binar senyum pudar.


"Tapi bagaimana dengan Isyana. Apa dia masih mencintai Lana. Ehm... apa dia punya perasaan terhadapku?" batin Binar lagi merasa minder.


Binar jadi tidak sabar ingin tahu detail tentang Isyana.


"Putri....," panggil Binar ingin segera menunjukan gelangnya.


"Ya...,"


"Udahan mandinya!"


"Hummm nanti!" jawab Putri ternyata sedang mainan sabun


"Masuk angin lho!" tegur Binar memeriksa.


"Astagaa. Putri!" Binar hanya bisa mendengus. Melihat seketika kamar mandi Putri berantahan. Balita 4 tahunan kan memang suka main air.


"Ustadzahmu sebentar lagi datang. Ayo cepat!" tutur Binar mengambil handuk.


Mau tidak mau, Putri menurut. Padahal Binar ingin segera mandi lalu bermain komputer sendiri tidak sabar menunggu anak buah Lapor.


Binar menggendong Putri dan ke kamar.


"Sini Daddy bantu!" ucap Binar mengambil minyak telon dan lotion.


Binar dengan telaten memakaikanya ke Putri.


"Putri bisa pakai baju sendiri!"


"Oke!" jawab Binar sangat senang tidak repot.


Lalu Putri mengambil pakaian yang tadi diambilkan Binar.


"Daddy!" peki Putri kesal lagi.


"Apa?"


"Kenapa ambilnya atasan semua!" omel Putri. Binar hanya memilih baju saja salah.


"Oke Daddy tidak tahu. Putri ambil sendiri saja!"


"Huh. Dady payah!" ejek Putri


Benar saja saat Putri berjalab membuka lemari pakaian di lemari ikut ambruk berqntakam. Tadi Binar mengambilnya tidak hati- hati.


Karena Putri masih kecil Putri semakin mengacak - acak lagi.


"Berantakan. Kata Mommy Isyana tidak boleg berantakan. Daddy rapihkan!"


"Panggil Mbak Nik aja!" jawab Binar simple.


"Kata Mommy Bunga. Kita harus bertanggung jawab Daddy. Meski mbak Nik bekerja, tapi kalau kita yanh salah kita yang harus betulkan!" ucap Putri lagi.


Binar menyeringai kesal. Benar memang ajaran yang Isyana tanamkan. Tapi itu sangat merepotkan. Binar jadi gemas sendiri bagaimana menjawabnya..Pekerjaan membereskan kamar mandi dan pakaian di lemari kan bukan tugasnya..


"Haiiissshh...," desis Binar lirih. "Kamu harus mempertanggungjawabkan semua ucapanmua, nyonyq Isyana. Aku jadi tidak sabar memboyongmu ke sini!" batin Binar.


"Ayo Dad...! Putri kan tidak sampai. Tadi Daddy yang ambil!" ucap Putri lagi.


Binar mengangguk mau tidak mau memunguti pakaian Putri yang terjatuh. Tapi tetap saja naruhnya asal dan masih berantakan.


Binar pun memakaikan Putri gamis untuk mengaji. Lalu merapihkan rambutnya. Tidak lupa mengecup keningnya.


"Ngaji yang baik. Jadi putri yang solikhah. Doakan Mommy di surga ya!" ucap Binar lembut.


"Ya Dad!"


"Doakan Daddy dan Mommy Bunga juga ya!" imbuh Binar iseng.


"Ya!" jawab Putri semangat asal iya. Tidak tahu suruh doa apa.


"Sayang!" panggil Binar ingat tentang gelang.


"Yes!"


"Boleh Daddy liat gelangmu?"


"Yeah!" jawab Putri mengulurkan tanganya.


Benar gelangnya sama persis.


"Ini Putri buat sendiri loh sama Mommy Bunga. Kita berhasip buat 4. Ada Buat Putri. Buat mommy Ara. Buat Mommy Bunga sama Buat Oma," jawab Putri dengan ceria dan bangga untuk kesekian kalinya pamer.


Binar kemudian merogoh gelang Isyana dari kantungnua.


"Ini punya siapa?" tanya Binar Putri mendadak cemberut memeriksa.


"Ini punya mommy Bunga. Apa dia membuangnya. Kan katanya kita suruh pakai?" ucap Putri cemberut.


"Tidak Sayang. Mungkin dia lupa. Besok kita kembalikan yah!"


"Oke! Besok kita jemput Mommy ya."


"Oke siap.Ya sudah sana ngaji!"


"Ya Dad!"


Putri pun berlari ke tempat belajarnya. Mbak Nik ternyata juga berjalan ke arah kamar Putri.


"Ustadzah sudah datang. Non!" sahut Mbak Nik


Binar kemudian meminta Mbak Nik yang rapihkan kamar Putri.


Sambil menggenggam gelang Isyana. Binar ke kamar mandi dan segera mencari informasi tentang Isyana.


Binar tidak berfikir Isyana pergi. Binar kira Isyana pulang ke rumah nenek. Jadi Binar lebih tertarik mencari info keluarga Isyana sebenarnya siapa.


****


Pov Lana.


Setelah ke klinik tahu Isyana tidak jadi periksa Lana mendatangi rumah Nenek.


"Pria menyebalkan itu?" gumam Dina dari dalam


"Mungkin tetehmu sudah selesai periksa!" sahut Nenek positif thingking.


Nenek kemudian membuka pintu. Lana pun terlihat turun dari mobil denhan wajah kacaunya


Nenek dan Dina pun menelisik ke mobil. Kok Isyana tidak keluar.


"Selamat sore, Nek. Maaf mengganggu!" sapa Lana bersikap lebih sopan dari sebelumnya.


"Ya!" jawab Nenek masih ketus


"Apa Isyana di dalam?"


"Lhoh bukankah hari ini katanya dia akan memeriksakan kandungan dan kamu yang mengantarnya?" tanya Nenek dengan tatapan mendesak.


Lana pun gelagapan, menunduk bingung menjelaskanya.


"Tidak jadi!" jawab Lana lirih.


"Isyana belum pulang! Mungkin di klinik atau kuliah." jawab Nenek.


"Saya sudah memeriksa di klinik dan kampus katanya tidak datang dan kelasnya sudah bubar," jawab Lana lagi.


"Mungkin bersama Tuan Binar Aksa dan keluarganya!"


"Saya juga baru bersamanya!" jawab Lana lagi.


Nenek pun mendadak mendelik. Sekarang sudah sore.


"Kemana dia? Hhh... Dia belum pulang. Sudah sana pergi!" usir nenek kasar.


Nenek masuk dan menutup pintu kasar. Lalu meminta Dina menghubunginya.


Lana sendiri langsung mengusap kasar rambutnya. Nomer Lana di blok.


"Kemana dia? Jangan- jangan dia liat aku dan Binar bertengkar?" gumam Lana langsung menerka kemana Isyana pergi.

****

Bersambung


Klik ini Untuk Lanjut ke bab Berikutnya 


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 134"