Istri yang terabaikan Bab 129

   Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


129.Provokasi


Siang itu Isyana ada kuliah sore jam 13.30. Seperti biasa Isyana jalan kaki, menapaki jalanan di tengah komplek rumah di pinggiran kota itu. Hamil Isyana semakin besar, sehingga jalanya juga semakin lambat.


Sudah dua hari ini, sejak beberapa hari ini Isyana tahu Lana menyambangi kampus dan rumah nenek sekarang tidak. Jadi Isyana tidak lagi lewat jalan tikus lewat belakang rumah para tetangga. Kini Isyana kembali melewati jalan yang biasa.


"Mamah Wira dulu sangat mendukungku kuliah. Dia pasti ngerti kan kenapa aku melakukan ini? Pasti Mas Lana udah nyerah buat nemuin aku kan? Mamah pasti juga udah ngerti," batin Isyana sepanjang jalan.


Beberapa hari ini, Isyana setiap hari rasanya dibuat berdebar, panik merasa bersalah dan takut. Akan tetapi Dina dan Nenek selalu meyakinkanya, Isyana tidaklah salah. Isyana harus tetap maju, Dina dan Nenek siap menjaga bayi Isyana.


Bahkan semenjak kedatangan Bu Wira dan Lana, Isyana tidak diperkenankan memegang pekerjaan apapun. Bahkan sekedar nyapu rumah tidak boleh.


Sayangnya, Isyana jadi banyak murung, berfikir, takut dan was- was.


"Isyana," panggil seseorang dari dalam sebuah warung di dekat halte.


Sontak Isyana yang sedang menunggu angkutan kota kaget dan berjingkat.


Seketika matanya melotot. Apa yang dia khawatirkan datang. Lana benar- benar gigih batin Isyana.


"Mas Lana" pekik Isyana lirih


Lana tersenyum, lembut sekali. Seumur hidup Isyana itu pertama kalinya dia melihat Lana senyum seramah itu. Isyana jadi gelagapan dan terkesima. Bukanya senang tapi Isyana bingung.


"Mungkin sehangat dan selembut itu Lana jika mencintai seseorang?"


"Ah andai saja sejak awal menikah Lana selalu tersenyum begitu padaku?"


"No. Lana tersenyum bukan untukku, tapi bayi ini!"


Isyana terus membatin dan menyadarkan dirinya. Isyana pun kembali terjaga.


"Hai...," sapa Lana mendekat.


"Kenapa? Kenapa Mas Lana di sini?" tanya Isyana menoleh sekeliling, tak ada mobil Lana.


Lana tersenyum lagi.


"Beberapa hari terakhir ini aku mencarimu. Tapi kamu seakan menghilang. Aku senang sekali bisa bertemu denganmu lagi!" tutur Lana mendadak sangat ramah.


Isyana terdiam tak bisa berkata apapun. Sungguh, mendapati Lana tiba- tiba ramah dan baik rasanya aneh. Seperti orang lain.


"Apa bisa kita ngobrol sebentar?" tanya Lana


"Maaf, aku harus kuliah Mas!" jawab Isyana .


"Oh ya. Aku lupa? Bagaimaba kalau sepulang kuliah? Aku jemput kamu. Aku traktir kamu dan sekalian.Mas pengen ngobrol sama kamu!" tutur Lana lagi masih stay ramah.


Isyana menelan ludahnya. Sangat bingung.


"Kenapa kamu ketakutan begitu? Aku tahu aku banyak salah terhadapmu. Aku minta maaf. Sungguh aku minta maaf. Maaf jika pertemuan kemarin aku menyakitimu. Maaf selama ini aku banyak membuat kesalahan. Aku ayah bayimu. Aku tidak mungkin menyakitimu lagi. Aku hanya ingin minta waktumu, sebentar saja! Humm?" tanya Lana panjang dan ramah.


Lana duduk di halte mensejajari Isyana dengan pakaian casualnya.


Mendengar penuturan Lana, Isyana masih tercekat. Isyana bingung, Lana tulus atau berbohong. Kemudian Isyana ingat kata Nenek.


Kalau Isyana mau move on. Isyana harus memaafkan. Kalau memaafkan yang berarti melebur semua sakit bersikaplah tenang.


Nenek juga bilang, Isyana mengandung anaknya tidak mungkin Lana berbuat macam- macam


Isyana pun mengangguk.


"Oke!" jawab Isyana.


"Jam berapa?" tanya Lana.


"15.00,"


"Oke!" jawab Lana lagi.


Lana pun mengangguk tersenyum lagi. Senyum yang sangat lembut.


"Itukah angkutan kotamu?" tanya Lana, melihat ada mobil angkut menuju ke arahnya.


Isyana mengangguk.


"Hati- hati ya!" ucap Lana


Isyana mengangguk canggung lagi dan segera naik angkot.


Sepanjang naik angkot dan di kampus Isyana masih spechless. Bahkan Isyana sampai menepuk kedua pipinya, merasa sangat aneh sekali. Lana bisa berbyat baik dan selembut itu.


Sampai-sampai Isyana tidak konsen kuliah. Detik cepat berlalu, akhirnya 90 menit berlalu. Kuliah Isyana selesai.


Dengan perasaa gugup, Isyana mengambil kotak perhiasanya. Melihat wajahnya yang tampak pucat. Lalu Isyana merapihkan rambut yang dulu ikal dan dekil sekarang sudah lembut tertata dan lurus.


Lalu Isyana sedikit memoles wajahnya dengan bedak tipis dan pewarna bibir.


Tidak lupa menyemprotkan minyak wangi. Entah kenapa, Isyana sangat gugup hendak bertemu dengan mantan suaminya yang tiba- tiba lembut. Yang pasti Isyana sangat dheg- dhegan.


"Semoga dia beneran baik," batin Isyana.


Dengan langkah hati- hati Isyana keluar, benar saja mobil Lana sudah terparkir di tempat Tuan Aksa parkir. Ah Isyana jadi teringat Putri dan Tuan Aksa. Tiga hari lagi kan Isyana dan Putri janjian mau masak- masak bikin pizza di rumah Putri.


Setiap mengingat Putri dan Tuan Aksa, hati Isyana pun berdesir aneh.


Akan tetapi semua akal sehatnya selalu datang : "Tuan Aksa sangat mencintai Bu Ara. Dia calon pewaris Suntech, dia rekan kerja Lana. Sadar diri Isyana. Semua hal manis yang mereka lewati semua demi Putri. Dan Isyana hanya tinggal memerankan peranya sebaik mungkin sebagai imbal balik rasa terima kasih. Bahagiakan Putri.


"Silahkan," tutur Lana membuyarkan lamunan Isyana membukakan pintu.


"Kita mau kemana?" tanya Isyana.


"Terserah kamu. Kamu yang tentukan!" jawab Lana masih dengan sikap lembutnya.


Isyana jadi gelagapan bingung.


Lana memberi jeda waktu Isyana berfikir sejenak kemudian tanya lagi.


"Gimana? Kamu kan yang orang sini. Katakan saja dimana restoran yang kamu ingin?" tanya Lana lagi.

Isyana jadi ingat restoran Jepang yang waktu itu Isyana datangi bersama kawanya. Isyana kemudian ke arah restoran itu.


Mereka kemudian makan bersama.


"Aku minta maaf, atas semua kejahatanku yanh tak terhitung padamu," ucap Lana dengan nada lirih.


Isyana masih tertegun.


"Maaf juga atas perkataanku tempo hari!" ucap Lana lagi.


"Kamu mau memaafkan aku kan?" tanya Lana dengan tatapan matanya lurus menghadap ke Isyana.


Isyana terdiam dan mencoba menatap Lana mencari celah kebohongan Lana. Akan tetapi tatapan Lana tampak jujur dan tulus. Isyana ingat pesan nenek, ringankan hatimu, maafkan!


"Aku sudah maafkan kamu, Mas!" jawab Isyana.


"Terima kasih," jawab Lana mengangguk lembut..


Isyana pun tersenyum. Lana menatap Isyana lagi, tanganta tiba- tiba terulur hendak menyentuh tangan Isyana akan tetapi Isyana langsung menariknya. Isyana sedikit syok dan jadi timbul pikiran salah lagi.


"Maaf!" ucap Lana sopan.. "Jujur aku merindukanmu," ucap Lana tiba- tiba merayu dan sontak membuat Isyana matanya membelalak.


Akan tetapi hal ini justru membuat Isyana bergidik dan curiga.


"Maaf Mas. Kita sudah berakhir, kamu sudah ada Mika kan? Hargai perasaan Mika!" jawab Isyana tenang dan berwibawa.


"Ehm...," Lana pun berdehem malu dan kikuk.


"Ya, maaf. Aku kelepasan, aku reflek, tapi itu jujur dari hatiku. Maaf, sungguh aku minta maaf. Maafkan aku ya!" jawab Lana terbata seakan seperti orang yang baru saja melakukan kesalahan.


"Ehm...," Isyana jadi kikuk dan canggung sendiri.


"Katakan apa yang ingin hendak kamu sampaikan Mas? Aku harus segera pulang!" jawab Isyana.


"Kapan kamu terakhir periksakan kandunganmu?" tana Lana lagi.


Isyana menunduk.Terakhir dia priksa kan saat bersama Tuan Aksa.


"Sekitar satu mingguan, lebih," jawab Isyana.


"Meskipun aku tidak bisa jadi suami yang baik untukmu. Tapi aku boleh kan menjadi ayah yang baik untuk anakku?" tanya Lana lagi.


Isyana pun mengangguk, walau bagaimanapun juga, Lana memang ayah anaknya.


"Ya!" jawab Isyana


"Kapan waktumu kontrol? Aku juga ingin lihat dia, boleh kan aku menemanimu kontrol?" jawab Lana.


Dalam hal ini, Isyana pun tidak bisa menolak.


"Besok siang sepulang kuliah," jawab Isyana.


"Oke...aku besok akan mengantarmu," jawab Lana mereka kemudian makan dan Lana mengantar Isuana


"Isyana!" pekik Lana tiba- tiba saat Isyana hendak turun.


"Ya!" jawab Isyana.


"Bagaimana hubunganmu dengan Binar?" tanya Lana tiba- tiba.


Isyana mengurungkan membuka pintu mobilnya.


"Apa maksudmu Mas?" tanya Isyana.


"Apa kata anak Binar itu benar kamu akan menikah denganya?" tanya Lana lagi.


Isyana diam.


"Aku hanya ingin ingatkan kamu. Kamu belum kenal Binar dengan baik kan? Aku hanya ingin kamu hati- hati dan prioritaskan anakmu, anak kita maksudnya. Setauku sih, sejak Tiara sakit, bahkan dari dulu, Binar didekati, bukan didekati sih tapi memang banyak dekat dengan perempuan. Dia memang selalu manis pada perempuan. Kamu jangan sampai mengorbankan anak kita ya. Walau bagaimanapun, ayah kandung dan tiri itu beda!" ucap Lana panjang.


"Kenapa kamu bicara begini Mas?" tanya Isyana sedikit tersinggung.


Lana terkesab menjelekan Tuan Aksa. Saat Tuan Aksa dan Lana bersitegang kan Isyana sholat di kamar, jadi Isyana tidak tahu.


"Kamu tahu kan maksudku? Masa enggak sih" jawab Lana.


"Aku tidak punya hubungan apapun dengan Tuan Binar Aksa," jawab Isyana


"Tapi kulihat kalian tampak dekat,"


"Aku dekat dengan Putri, dulu Bu Tiara dan Putri sering datang ke tokoku,"


"Ooh," Lana tersenyum mengangguk.


"Baguslah. Aku tidak ingin kamu terluka dan diperalat olehnya. Hati- hati juga. Aku dengar dia dekat Amanda, CEO dari perusahaan rekanan kami. Aku sarankan kamu, sebaiknya jaga jarak denganya. Satu lagi anak kecil kecewanya biaaanya sulit disembuhkan lho. Jangan bohongi anak kecil dan php in dia," tutur Lana lagi semakin memprovokasi Isyana untuk jaug dari Tuan Aksa dan tidak terus membohongi Putri jadi calon mommynya.


Isyana tidak menjawab. Tapi Isyana cukup tersentil dan mengingat semua kata Lana.


Isyana kemudian segera membuka pintu mobilnya dan turun.


Lana pun tersenyum menang lalu pergi.


Sejak saat itu Isyana terus memikirkan perkataan Lana. Tuan Aksa memang tampan, bisa dibilang sangat. Tubuhnya hampir sama dengan Lana, malah lebih besar dan tinggi Tuan Aksa.


Hidung Tuan Aksa lebih mancung dari Lana, mirip orang luar gitu. Tuan Aksa juga sedikit punya jambang tipis di kedua pipinya.


Lana juga tampan, rahangnya kotak. Tapi matanya cekung dan terlihat galak. Meski Tuan Aksa sering diam, tapi saat menatap Tuan Aksa tak seseram seperti Lana.


"Mungkin benar kata Mas Lana. Aku memang harus jaga jarak dari mereka. Pasti banyak orang yang mendekati Tuan Aksa," batin Isyana memutuskan.


Itu sebabnya dua hari itu Isyana mengurangi komunikasi dengan Putri.

Bersambung


Klik ini Untuk Lanjut ke bab Berikutnya 


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn

Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 129"