Istri yang terabaikan Bab 127

   Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


Tugas Untuk Saka.


Pov Tuan Aksa


Hari- hari berlalu, Tuan Aksa menjalankan aktivitas pekerjaanya secara profesional meski hatinya tetap banyak tersita memendam rindu, menahan perasaan yang meletup- letup untuk Isyana.


Sayangnya Tuan Aksa terbentur oleh kata kepatutan norma. Kepatutan nama baik keluarga dan menjaga harga diri serta pesan orang tua.


Apalagi tuduhan yang Lana berikan, seakan membuat Tuan Aksa menjadi laki- laki tak punya hati. Meski kenyataanya sebaliknya.


Rasanya Tuan Aksa masih tidak menyangka dan sangat kecewa dengan semua kenyataan yang ada.


Rekan kerjanya, yang dia anggap seperti saudara dan kakak seniornya dalam berbisnis, mengatainya, menghinanya dan mengibarkan bendera perang permusuhan.


Padahal selama ini jalinan yang mereka bina saling hormat dan percaya. Mereka sama- sama berada di bawah naungan bendera Suntech grup. Mereka satu Visi. Mereka berkomitmen bersama memajukan Suntech group yang notabenya perusahaan nenek moyang keluarga Priangga.


Suntech grup memang tidak bisa dijalankan oleh Tuan Aksa atau Tuan Kresna Priangga sendiri. Suntech juga berkembang berdasar beberapa orang yang ikut menaruh saham di perusahaanya. Termasuk Tuan Wira Hanggara ayah Lana.


"Huuuuft,"


Tuan Aksa melonggarkan dasinya dan menyandarkan bahunya di kursi besarnya setelah banyak memeriksa laporan dari Saka.


"Ada yang bisa saya bantu Tuan?" tanya Saka melihat Tuan Aksa terlihat murung dan galau.


Tuan Aksa diam sejenak, bingung mau cerita sama Saka atau tidak.


"Tuan?" tanya Saka lagi.


"Haaaahh...," Tuan Aksa menghela nafasnya lagi membuat Saka kaget. Tuan Aksa mengerjapkan matanya.


"Ambilkan aku rokok!" titah Tuan Aksa datar dan tiba- tiba.


"Rokok?" pekik Saka kaget.


Sejak menikah dengan Bu Tiara utamanya sejak Bu Tiara hamil dan ketahuan penyakitnya, Tuan Aksa kan memaksa diri untuk berhenti merokok. Meski dulu juga sangat sulit dan mencuri- curi waktu, tapi sudah 4 tahunan Tuan Aksa berhenti merokok.


Ini pertama kalinya Tuan Aksa kembali menanyakan rokok. Saka pun bisa menebak Tuan Aksa pasti sedang sangat pusing.


Atau mungkin seperti tahanan yang keluar dari kerangkengnya setelah Bu Tiara berpulang. Saka hanya bisa menebak-nebak tapi tidak berani bertanya.


"Hitungan ketiga tidak ada rokok di depanku. Nggak boleh pulang sampai jam 21 kamu!" ancam Tuan Aksa kesal. Saka malah bengong.


Saka otomatis menelan ludahnya. Malam ini kan ada kencan sama pacarnya. Tidak boleh pulang telat.


"Ya Tuan!" jawab Saka cepat, sambil mengernyit.


Tuan Aksa tahu saja kalau Saka perokok, dan suka kantongin rokok di jasnya. Secara tidak langsung Tuan Aksa sedang minta berbagi rokok.


Saka pun langsung mengeluarkan teman sepinya sekaligus soulmate bisunya, alias rokoknya.


Tuan Aksa pun mengajak Saka duduk di sofa tamu, masih di ruangan direktur itu. Lalu mengajak Saka merokok bersama.


Tuan Aksa yang biasanya terlihat dingin, berwibawa, goodboy dan menjadi sosok ayah yang hangat untuk Putri, mendadak keluar tampang bad boynya saat tanganya meraih sebatang rokok lalu berbagi korek dengan Saka. Macho dan terlihat lebih muda. Pandanganya tajam ke arah yang tidak jelas, entah apa yang ada di dalam otaknya.


"Huuuft...," Tuan Aksa tampak menghayati hisapanya setelah beberapa tahun berpuasa.


"Uhuk...uhuk...," sayangnya baru seperempat batang Tuan Aksa terbatuk.


Saka mau tertawa tapi dia takut menyinggung.


"Apa kau menertawakanku?" omel Tuan Aksa dengan wajah tersinggung melihat eskpresi Saka.


"Tidak, Tuan," jawab Saka berbohong, masa iya Saka terang- terangan mengejek bosnya.


Pokoknya semua belang, aib, kekurangan dan kelebihan Tuan Aksa, tidak luput dari pengamatan si bujang tua, Saka itu. Termasuk bagaimana bodoh dan akal bulus, bohongnya Tuan Aksa, berbohong soal skincare.


"Apa kau meragukan kemampuanku merokok? Jangankan merokok. Aku juga bisa berkelahi, kau tahu? Apa mau coba bogemanku?" jawab Tuan Aksa emosi. Seperti direndahkan sebagai laki- laki.


"Ya, Tuan. Saya percaya!" jawab Saka iya iya aja.


Tuan Aksa kembali menyesap rokoknya, tapi mukanya tidak bisa berbohong, Tuan Aksa tersedak lagi. Entahlah mungkin sekarang tubuhnya menolak rokok.


Saka pun gatal untuk speak.


"Maaf, Tuan... rokok itu kan tidak sehat, sepertinya memang tidak cocok untuk Daddy Putri, Tuan Aksa tetap gagah dan laki- laki kok!" jawab Saka memberanikan diri menegur.


Tuan Aksa menelan ludahnya menatap Saka dengan tatapan mengejek tak mau kalah, meski hatinya malu. Tuan Aksa memutar puntung rokoknya, melirik mereknya, lalu mematikanya.


"Rokokmu murahann sih, jadi nggak enak!" ejek Tuan Aksa tidak mau kalah.


Saka hanya menelan ludah, iya iya aja deh terserah suka- suka Tuan Aksa.


"Jika ada masalah sebaiknya diceritakan saja Tuan. Tidak baik dipendam sendiri! Jangan salahin rokok," pancing Saka lagi.


Tuan Aksa masih diam


"Oh ya. Jatuh cinta itu memang bisa mengalihkan dunia, Tuan Binar. Apalagi kalau menahan rindu. Berat sekali. Kadang karena cinta, orang jadi tidak waras, nggak bisa bedain warna karena semua sama, penuh pink- pinki. Makanya, jaga kewarasan itu penting Tuan!" sambung Saka lagi ngeledek dan memancing. Tuan Aksa pun langsung konek.


"Maksudmu aku terlihat tidak waras begitu?" tanya Tuan Aksa tanpa sengaja mengakui dirinya sedang jatuh cinta.


Saka tesenyum menahan tawa lagi.


"Tidak. Saya kan bilang kalau orang sedang jatuh cinta dan rindu. Memang Tuan sedang jatuh cinta?" tanya Saka lagi.


"Ehm...ehm...," Binar Aksa pun langsung memerah wajahnya dan melonggarkan dasinya.


Saka pun tersenyum puas. "Bukan dengan perempuan hamil itu, kan? Tuan?" tanya Saka malah semakin memperjelas.


Tuan Aksa semakin memerah dan tidak bisa berkilah lagi.


"Namanya Isyana! Isyanaa! Bukan perempuan hamil!" tegas Tuan Aksa semakin membenarkan kalau dirinya sedang menggalaukan Isyana.


Saka pun langsung terhenyak, pantas saja Binar sampai minta rokok pasti sangat rumit naksir bini orang yang sedang hamil, cinta Tuan Aksa tidak pada tempatnya, begitu kesimpulan Saka.


"Maaf Tuan.Apa Tuan Binar galau karena ini. Maaf sekali, Tuan bukan saya ikut campur tapi dia..., dia mengandung anak orang. Tidak baik mencintai perrmpuan beristri Tuan. Maaf maksud saya? Ap, apa Tuan?..." tanya Saka berniat menegur tapi segera Tuan Aksa sanggah.


"Mendiang istriku ingin aku menjaganya!" jawab Binar cepat beralasan.


"Gleg," Saka pun diam, terhenti dan menelan ludahnya.


"Oh... jadi ini tentang Bu Tiara?" tanya Saka lagi.


"Awalnya begitu," jawab Aksa acuh tak berani menatap Saka.


Saka jadi mengernyit lagi.


"Awalnya begitu, berarti ada endingnya? Endingnya begita?" ledek Saka lagi bertanya pelan.


Tuan Aksa semakin plintat plintut, awalnya alasan demi Putri dan Bu Tiara, tapi sekarang Tuan Aksa mengkhawatirkan Isyana lebih dari dirinya dan melampaui akal sehatnya. Bahkan Tuan Aksa sekarang sangat rindu. Tuan Aksa mau menemuinya tapi tidak ada alasan karena Putri belum libur.


"Dia sangat dekat dengan Putriku, dan ibuku. Tiara ingin aku menikahinya," ucap Tuan Binar lagi.


"Waaah...," Saka pun hanya bisa bengong, "Tapi bayi di kandunganya itu, bukan anak Tuan Binar kan?" tanya Saka malah salah paham dan pikiranya kemna- mana.


Sontak Tuan Aksa marah.


"Enak aja. Kamu pikir aku laki- laki apaan. Aku sangat setia pada Tiara. Tentu saja itu anak suaminya. Lebih tepatnya mantan suaminya," sanggah Tuan Aksa cepat.


"Oh dia janda?" jawab Saka menebak- nebak.

Bu Tiara memang baik sih mungkin maksudnya agar Tuan Aksa dapat banyak pahala, seperti ajaran agamanya, membahagiakan janda dengan cara menikahi dan menafkahi anak- anaknya.


"Apa menurutmu, aku terlihat tidak berperasaan dan kurang ajar, kalau aku cepat move on dan mengikuti permintaan istriku?" tanya Tuan Aksa lagi terlihat sangat galau berperang menahan gejolak rasa dan akal sehatnya.


"Tidak berperasaan bagaimana Tuan? Bukanya itu pahala. Kan Tuan Binar sama saja menolong. Satu satu gitu. Simbiosis mutualisme, janda dan duda!" jawab Saka kini setuju dan ngebanyol sumringah.


"Dia mantan istri Lana!" ucap Tuan Aksa lagi dengan nada rendahnya.


Mendadak Saka pun membuka matanya lebar tersentak.


"Wuah!" Saka langung menaruh rokoknya. "Tuan Lana Hanggara? Mantan Istri?" tanya Saka mengulangi.


"Ya...," jawab Tuan Binar mengangguk.


Saka ikut syok dan tidak menyangka. Sekelas manager, atau staff biasa ketika menikah menggelar pesta dan tentu saja petinggi seperti Binar Aksa dan Saka tahu.


"Tuan Binar berarti berarti akan berhadapan dengan Tuan Lana?"


"Ya"


"Waaah. Berarti dia seharusnya bukan janda susah. Ini kasuanya berbeda," jawab Saka ngebanyol lagi mengira jandanya orang kaya harusnya kaya juga.


"Aku juga baru tahu. Saat aku mengantarnua kemarin, Mas Lana dan Mamahnya ada di sana!" jawab Lana lagi.


"Tuan mengantar Nyonga Isyana lagi. Ehm.. maksudnya pergi bersama lagi gitu?" ledek Saka lagi menebak mereka kencan..


"Aku jemput ibuku dan anakku. Dia bersama mereka!" jawab Tuan Aksa kesal. Hubunhan mereka belum sampai ke tahap itu.


"Oh ya Tuan. Tapi....Kapan mereka menikah ya? Kok tau tau bercerai?" tanya Saka spontan mengungkapkan tingkat kekepoanya yang tinggi.


"Ini PR untukmu!" sahut Tuan Aksa cepat.


"Woh?" pekik Saka.


"Jawab pertanyaanmu ini! Lalu beritahu aku secepatnya!" jawab Tuan Aksa malah mengembalikan pertanyaanya pada Saka yang tidak langsung memberi tugas ke Saka.


"Hah? Ini beneran jadi tugas?" pekik Saka langsung melotot termakan dengan pertanyaan sendiri.


"Kenapa? Kamu membantahku? Mau gajimu kupotong? Hari ini kamu boleh pulang. Sebagai gantinya besok setor PR mu ini!" tutur Tuan Aksa lagi asal.


"Tatapi...bagaimana caranya? Mana boleh saya tahu mengorek pribadi ataaan seperti Tuan Lana?"


"Ya terserah kamu lah. 1 tugas lagi. Cari tahu asal usul Isyana dan perempuan yang bersama Lana di hari pemakaman istriku!" titah Tuan Aksa lagi


Saka menelan ludahnya tidak bisa berkutik banyaj sekali tugasnya.


"Itu artinya saya harus ke ibukota Tuan?" tanya Saka lagi.


"Aku tidak peduli apa caramu. Yang penting kamu dapatkan informasi itu! Aku mau pulang!" jawab Tuan Aksa tidak peduli bangun dari duduknya dan berlalu pergi.


****


Flashback hari sebelumnya.


Tuan Aksa dan Bu Dini berlalu meninggalkan rumah Isyana.


Sepanjang jalan Bu Dini dan Tuan Aksa sama- sama kecewa, akan tetapi karena bersama Putri mereka tidak berani membahas.


Sesampainya di rumah saat Putri les mengaji baru mereka bahas.


"Binar tidak suka dengan tuduhan Mas Lana, Mah!" ucap Binar


"Kenapa tidak suka?"


"Binar setia kok sama Tiara. Enak aja. Dia yang suami kurang ajar. Kenapa ada orang setega dia, menceraikan istrinya yang sedanh hamil dan membiarkanya terlunta begitu. Bisa-bisanya dia sudah membawa perempuan lain. Binar kira dia orang yang alim, ternyata dzalim!" ujar Binar kecewa dan bersungut- sungut.


"Apa kebencianmu hanya sebatas itu?"


"Binar takut dia sakitin Isyana lagi Mah," jawab Binar lagi.


"Kamu sungguh mengkhawatirkanya sekarang?"


"Tiara pernah berkata, dia ingin aku menjaganya. Meski awalnya Lana tidak tahu apa maksud Tiara bicara begitu?" jawab Lana lagi berkilah.


"Jadi Tiara ingin kamu dekat denganya?"


"Tiara juga ingin aku menikahinya Mah!" jawab Binar kasih bocoran lagi.


"Tunggu!" potong Bu Dini terjeda dengan raut kecewa.


"Ya!" Binar terdiam


"Apa kamu mendekati Isyana hanya karena permintaan Tiara?" tanya Bu Dini lesu. Bu Dini tidak mau kalau hidup Binar ternyata semua karena orang yanh sudah meninggal.


"Awalnya begitu! Tapi sekarang tidak lagi. Binar kasihan Mah!" jawab Binar malu malu.


Bu Dini pun menghela nafasnya lega.


"Binar juga tidak suka dengan cara Mas Lana bicara! Dia seperti kacang lupa kulitnya," sambung Binar sangat kesal. "Aku ingin menghajar dan memberinya pelajaran, beraninya dia menghinaku!"


"Sabar. Binar. Jangan gegabah! Mamah juga kecewa, di sini Bu Wira dan Isyana juga membohongi Mamah. Pasti ada yang mereka sembunyikan,"


"Maksud Mamah?"


"Mamah, Bu Wira dan Isyana kita bertemu dalam satu waktu. Sejak awal Isyana tahu Mamah dan mertuanya itu dekat dan kenal. Mereka seperti orang asing. Mungkin ada batasan yang Isyana ingin tidak kita masuki,"


"Jika kamu gegabah dan masuk dengan cara paksa. Itu akan tidak baik untuk keluarga kita. Satu hal point penting di sini. Bu Wira dan Lana bukan orang yang bisa kita percaya lagi! Jika hal seintiim ini mereka berbohong, apalagi hal lain? Mulai sekarang harus hati- hati!" tutur Bu Dini tenang dan bijak.


Tuan Aksa diam mendengarkan. Dalam hal ini sedikit tertegun.


Perusahan terbesar Suntech dipegang Lana. Binar Aksa pun mulai khawatir, sekarang dia tahu perangai orang yang dia percaya sebagai pemegang kekuasaan sebenarnya seperti apa.


"Kamu boleh peduli pada Isyana. Atau bahkan mencintainya, mamah juga senang kalau kamu bisa segera menemukan pendamping untuk hidupmu dan Putri. Tapi sekali lagi, jangan gegabah. Mamah juga ingin tahu dulu, siapa asal usul Isyana?" tutur Bu Dini lagi. Bu Dini memang sangat teliti dan hati- hati


"Ya.. Mah!"


"Besok mamah balik ke Ibukota , kita tidak tahu apa maksud dan tujuan Lana menemui Isyana lagi. Jangan dulu ikut campur jika kamu tidak dibutuhkan atau Isyana membuka diri terhadapmu. Biar mereka selesaikan sendiri masalahnya!"


"Ya, Mah!"


"Cari tahu dulu, kebenaranya, oke?"


"Ya..."


****


Sejak hari itu. Tuan Aksa pun hanya membiarkan Putri dan Isyana berkomunikasi lewat telepon genggamnya, ingin memberi jarak pada Isyana. Demi nama baik dan menjaha hubungan baik pada Isyana.


Kebetulan Tuan Aksa sedang sibuk. Meski sebenarnya Tuan Aksa selalu dihantui gelisah dan khawatir, serta rindu.


Meski dari kejauhan, Tuan Aksa hanya nguping mendengar suara merdu Isyana dari balik telepon. Putri dan Isyana juga sama- sama sibuk sehigga mereka belum bertemu lagi.


Akan tetapi dua hari ini Isyana tak lagi memberi. Tuan Aksa pun tidak bisa menahanya lagi. Dia berniat menyambangi kampus Isyana.

Bersambung


Klik ini Untuk Lanjut ke bab Berikutnya 


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn

Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 127"