Istri yang terabaikan Bab 126

   Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


126Diusir


Isyana tidak menyangka Bu Wira memintanya kembali tinggal bersamanya.


"Isyana sekarang kuliah Mah," jawab Isyana sopan beralasan. "Isyana tidak akan meninggalkan kota ini,"


Bu Wira langsung menghela nafas lemas sekaligus kaget mendengarnya.


"Kamu kuliah?" tanya Bu Wira terhenyak.


Isyana sekilas melirik ke Lana. Seakan ingin berkata, ya, aku menunaikan janji yang kalian ingkari. Setidaknya Isyana jadikan sakit dari penghinaan Mika sebagai motivasi. Isyana bukan gembel.


"Iya, Mah!" jawab Isyana tenang.


"Kuliah dimana? Kuliah jurusan apa? Kok bisa? Maksud Mamah..maaf, bagaimana kehidupanmu sampai kamu kuliah?" tanya Bu Wira lagi sambil melirik ke sekeliling.


Rumah nenek sederhana. Isyana hanya bekerja ngamen dan nenek jualan gorengan mana bisa Isyana kuliah?


"Isyana kuliah jurusan HI di Universitas Negeri B, Mah," jawab Isyana lagi.


Lana yang sudah tahu hanya diam.


"Di UNB?" pekik Bu Wira sangat kaget.


UNB universitas favorit, terkenal dan jurusan yang Isyana pilih juga tidak murah.


"Ya!"


"Maaf Sayang. Setahu mamah, kamu dulu memang kuliah tapi kan jurusan pendidikan. Kamu juga kan sudah vakum dua tahun. Maaf bagaimana kamu bisa masuk situ. Tidak mungkin kan kamu masuk dengan jalur prestasi atau beasiswa mengingat tahun lulusmu sudah lama? Di sana mahal kan Nak?" tanya Bu Wira lagi.


"Isyana jalur mandiri, dan dibeasiswai oleh seseorang," jawab Isyana jujur.


Yang memberitahu, mendukung dan mendorong Isyana tetap kuliah kan Bu Dini.


"Gleg!" Bu Wira langsung merah padam.


Bu Wira bisa menebak siapa seseorang itu, rekan arisanya yang notabenya dosen.


"Apa itu, Ses Dini?" tebak Bu Wira pelan.


"Iya Mah!" jawab Isyana


"Hoh.... Tak!" terdengar Lana menghela nafas dan menghentakan kunci mobil kesal.


Entah Lana merasa tidak terima ada orang lain yang merawat dan membantu Isyana.


Bu Wira pun menelan ludahnya, ada raut marah menahan rasa kalah dari hatinya.


Isyana pun mengatupkan mulutnya, siap membela diri jika disalahkan.


"Nak..,"


"Ya Mah!" jawab Isyana


"Sejak kapan kamu kuliah? Dan sejak kapan kamu menyadari kamu hamil?"


"Maksud Mamah apa? Mamah tahu kan saat Isyana ikut ujian masuk di Universitas ibukota saat itu? Tentang hamil Isyana. Kan mamah yang ajarin Isyana, Mamah tahu kapan Isyana...?" jawab Isyana terhenti dan melirik Lana.


Ya. Isyana kan berani merubah dirinya, berpenampilan baik, setelah kedok Lana ketahuan Bu Wira. Bu Wira yang membelanjakan semua kebutuhan Isyana.


Ya berarti Bu Wira tahu usia kehamilan Isyana. Bu Wira juga bukan IRT yang tidak tahu kalender akademik. Saat Isyana ujian di Ibukota juga mereka bertemu.


"Maaf. Maksud Mamah, saat kamu masuk universitas ini? Apa kamu tahu sudah hamil?" tanya Bu Wira mempertgegas.


"Iya Mah! Sudah!"


"Isyana. Bukan Mamah tidak suka kamu kuliah, tapi kamu tahu kan Nak, kuliah itu minimal 4 tahun, itu bukan wsktu debentar. Kamu hamil Isyana, kelak kamu akan melahirkan dan kamu punya anak, anakmu butuh kamu dan... Maksud Mamah, bagaimana, bagaimana kamu bisa memutuskan ini? Apa kamu tidak berfikir dulu?" tanya Bu Wira tidak memahami hati Isyana dan justru menyudutkanya.


Bu Wira merasa Bu Dini salah membiarkan Isyana yang mengandung penerus keluarga Hanggara harus membagi waktunya dengan kuliah.


"Mah! Isyana tahu itu. Isyana sudah pikirkan itu!" potong Isyana, kecewa dan sakit terhadap pertanyaan Bu Wira.


Isyana cukup terpancing.


Menurut Bu Wira menjaga keturunanya lebih penting dari apapun, bahkan bagi Bu Wira seharusnya Isyana mendahulukan anak daripada karir.


Tapi bagi Isyana, Isyana yang merasakan hidup seorang diri. Diusir suami tanpa ada menerima hak uang dari suami. Berjuang untuk mandiri dan menjadi perempuan berharga itu penting. Apalagi Isyana sudah merasakan sakitnya direndahkan. Itu juga ujud kasih sayang Isyana untuk anaknya kelak.


"Kalau memang kamu memikirkan itu, kenapa kamu pilih jalan kuliah. Apa karena kamu membenciku lantas kamu tidak menganggap anakmu berharga dan lebih mementingkan pendidikanmu?" serobot Lana kesal malah semakin menyudutkan Isyana.


"Whoaah? Apa katamu Mas?" pekik Isyana merasa tidak terima dengan pernyataan Lana.

"Tolong Isyana. Kamu jangan egois!" lanjut Lana lagi mengatai Isyana egois.


Sebagai seorang ibu. Isyana yang merasakan segala susah payahnya, tentu saja perkataan Lana sangan menyakiti Isyana.


"Aku? Egois? Kamu bisa mengatakan itu Mas? Aku? Tidak menganggap anakku berharga? Aku ibunya. Ini anakku. Aku yang mengandungnya, Mas! Kamu nggak ingat yang udah kamu lakukan?" jawab Isyana emosi.


"Lana....!" hardik Bu Wira ke Lana.


Lana pun terdiam dengan muka kalutnya.


"Maafkan Lana, Nak. Maksud Mamah dan Lana itu bukan itu," tutur Bu Wira pelan, melerai dan merayu Isyana.


Tidak tahan dengan tuduhan Lana yang terus menyakitinya. Tangis Isyana pun pecah. Isyana terisak saat itu juga.


"Sory, maaf. Aku akui, aku salah. Aku minta maaf, maksudku, tidak bisakah kamu prioritaskan anakmu dan kandunganmu, setidaknya sampai anakku lahir? Kalau memang kamu ingin kuliah atau menikah atau apapun itu terserah kamu. Aku ayahnya, aku berhak merawatnya. Tinggalah bersama, Mamah. Aku akan tanggung jawab sepenuhnya atas hidupmu!" jawab Lana panjang dan meminta maaf melihat Isyana menangis.


Sayangnya Isyana sudah terlanjur sakit dan tidak ingin mendengar.


"Iya, Nak. Maksud Mamah begitu. Ikutlah bersama Mamah. Ambil cuti atau tunda pendidikanmu. Tentang hidupmu. Mamah akan persoapkan semua! Rumah? Uang pekerjaan.Kamu ingin apa? Mamah usahakan!"


"Maaf Mah. Mas. Terserah apapun yang kalian pikir terhadapku, aku tidak akan pernah meninggalkan nenek dan Dina dan rumah ini. Mereka yang sudah menerima aku apa adanya dan dalam keadaan apapun, Isyana bisa urus hidup Isyana sendiri dan Isyana lebih bahagia Mah"


"Sayaang... dengarkan Mamah," rayu Bu Wira lagi.


"Isyana capek, Mah. Mohon Maaf, mamah boleh pergi. Silahkan!" usir Isyana sakit hati terhadap Lana dan Wira.


"Naak. Mamah mohon jangan usir Mamah begini!" jawab Bu Wira mengiba.


Isyana menunduk sakit hati.


"Isyana mau isirahat Mah!"


"Naak. Mamah sayang sama kamu. Mamah sayang sama anakmu. Mamah selama ini juga cari kamu. Mamah juga datang saat peritiwa kontrakanmu yang kebakaran. Mamah cari kamu kemana-mana tidak ketemu. Mamah dengar kamu ditolong orang. Mamah tidak tahu kamu bersama Bu Dini. Mamah juga tidak tahu kalau kamu ada di sini. Mamah bukan tidak terima kamu Nak," rayu Bu Wira lagi.


Isyana masih tetap diam.


"Pulanglah..., Mamah akan menjagamu dan anakmu," rayu Bu Wira


"Tidak. Mah. Isyana mau istirahat. Mohon jangan ganggu Isyana! Mohon maaf, tinggalkan Isyana Mah!" jawab Isyana tegas dan bangun.


Bu Wira dan Lana pun terdiam menelan ludahnya. Mereka diusir.


Lana sebetulnya gatal ingin berkata- kata lagi. Tapi segera ditahan Bu Wira.


"Baiklah. Maaf kalau Mamah mengganggu. Mamah pulang dulu ya. Tapi besok Mamah nanti ke sini lagi ya! Oh ya Mamah bawa oleh- oleh buat kamu. Tolong terima ya!" tutur Bu Wira pamitan.


Isyana pun hanya diam.


Bu Wira dengan raut kecewa bangun, mengambil oleh- olehnya. Isyana tak berkomentar banyak. Sekedar terima kasih atau menolak tetap rasqnya berat.


Bu Wira pun pamit dan mengajak Lana pergi.


Seperginya Bu Wira dan Lana Isyana pun terisak.


Nenek dan Dina mendekat akan tetapi Isyana memilih diam tidak ingin bercerita dan masuk ke kamar.


"Apa iya aku egois? Apa aku salah kalau aku kuliah di saat aku hamil? Aku bisa kan membagi waktuku?"


****


Di perjalanan


"Lihatlah buah dari kebodohanmu! Semuanua kacau!" omel Bu Wira ke Lana.


"Ya Mah Maaf. Oke. Lana salah. Stop bahas itu. Sekarang kita pikirkan bagaimana caranya dia mau ikut kita!"


"Mana mungkin dia mau ikut kita jika perangaimu tetap seperti ini Lana. Sudah biar mamah temui sendiri saja dia. Kamu urus istrimu!" omel Bu Wira.


"Lana mau anak Lana ikut Lana, Mah!" jawab Lana lagi.


"Ini semua gara- gara Bu Dini!" gerutu Bu Wira merasa kalah start.


"Lana nggak akan biarkan anak Lana jadi anak Mas Binar mah!"


"Makanya kamu itu kalau ngomong dan bertindak jangan gegabah!"

Bersambung


Klik ini Untuk Lanjut ke bab Berikutnya 


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn

Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 126"