Istri yang terabaikan Bab 125

   Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


Isyana Sekarang Kuliah


Entah kata apa yang tepat menggambarkan hati Isyana. Malu, tersipu, tapi ada rasa bersalah, tidak pantas, tidak ingin berharap dan ke ge eran, tapi ada rasa puas yang tidak bisa dia ungkapkan saat Putri memperlakukanya sangat baik di depan Lana.


Tidak tahu rasa apa itu. Isyana meyakinkan dirinya, sejak kejadian Putri ngamuk, Isyana hanya tahu dia ingin balas budi semua kebaikan Bu Tiara dan Bu Dini membahagiakan Putri. Entah dengan bersandiwata atau apapun itu.


Lebih dari itu, Isyana juga sayang Putri jadi tak ada rasa keberata. Semua terasa ringan. Meski Isyana masih belum mengerti apa itu. Karena alam sadarnya terus memburu Isyana.


"Fokus kuliaah. Fokus besarkan anak, jangan sampai salah langkah, mana ada laki- laki yang jatuh cinta pada perempuan buntiing!"


Ya. Selalu itu yang menyerbu otak Isyana saat ada sapaan desiran hangat di hatinya.


Mobil Tuan Aksa menghilang, Isyana kemudian berbalik menoleh kedua pasang mata yang melihatnya dengan tatapan marah, sedih dan kecewa.


Dengan langkah tenang dan tegap, seperti baru saja mendapatkan support sistem dari Putri dan keluarganya, Isyana duduk menyapa tamunya.


"Maaf Mah, Isyana udah buat Mamah menunggu," tutur Isyana ramah menatap Bu Wira tanpa menoleh ke Lana.


"Mamah yang minta maaf, Nak. Mamah terlambat menemukanmu," tutur Bu Wira lembut.


"Untuk apa minta maaf Mah. Bukan Mamah yang terlambat menemukanya. Tapi dia yang sengaja menghindari kita. Aku tidak menyangka kamu setega ini Isyana," sahut Lana emosi dan terbakar cemburu.


"Lana!" pekik Bu Wira.


"Apa maksudmu Mas?" tanya Isyana tersinggung.


"Kamu kesini mau minta maaf, kenapa bicara asal kamu Lana!" omel Bu Wira kesal ke Lana..


"Apa benar apa yang dikatakan anak Mas Binar, apa kamu akan menikah denganya?" sergah Lana tidak sabar dengan wajah kasarnya.


"Hoooh...," Isyana pun hanya menghela nafasnya kasar, tersenyum masam sambil menelan ludahnya tidak menjawab.


Isyana sudah hafal sebenarnya dengan watak pria yang dua tahun menjadi suaminya. Pria yang tidak pernah bosan memakinya, tapi Pria ini pula yang menanamkan benih di rahimnya. Heranya Isyana pernah dengan hati yang tulus berjuang mendapatkan cintanya.


Rasanya Isyana ingin jawab, kalau iya kenapa? masalah buat kamu? Kamu kan udah ceraikan aku. Sayangnya semua kata itu Isyana telan karena ada Bu Wira di depanya yang juga membuka mulutnya bersuara.


"Iya, Isyana.. apa benar? Kamu akan menikah dengan Binar?" imbuh Bu Wira mengulangi pertanyaan Lana akan tetapi dengan cara lebih sopan dan halus.


Terhadap Bu Wira, Isyana pun menjawab dan tersenyum.


"Mamah kenapa tanya begitu?" tanya Isyana balik. Isyana sengaja ingin mempermainkan hati Lana, tapi tidak tega ke Bu Wira.


"Apa tidak terlalu cepat, maksud mamah, bagaimana kalian bisa kenal dekat dan memutuskan menikah? Tiara kan baru saja meninggal. Dan Mamah.. mamah kaget. Maaf kalau mamah jadi berfikir buruk!" tutur Bu Wira.


"Sekarang Mamah ngerti kan?" sahut Lana emosi lagi. Lana terlihat sangat cemburu.


"Diam kamu. Atau sana keluar. Mamah mau ngomong sama Isyana!" potong Bu Wira kesal. Lana kenapa bodoh dan bawa emosi terus.


Isyana pun hanya tersenyum, merutuki dirinya sendiri, kenapa laki- laki seperti Lana pernah begitu dia cinta. Isyana pun mengelus perutnya, jabang bayii, ambil warisan fisiknya saja. Jangan sifatnya.


Lana diam tak berkutik digertak Bu Wira. Lana memilih Stay, karena sama - sama penasaran meski hatinya bergemuruh tidak terima kalau Isyana menikah dengan Binar Aksa Priangga.


Bu Wira pun menatap Isyana lagi.


"Katakan Nak. Jangan buat ibu salah berfikir tentangmu!" tutur Bu Wira.


"Mamah tahu sendiri kan Putri anak kecil. Dia sejak ibunya sakit kurang kasih sayang. Kami memang sudah dekat sejak awal saya kenal Bu Ara. Tapi Mamah paham aturan agama kita kan? Dalam agama kita kan nggak boleh Mah, menikah dalam keadaan hamil, apalagi Isyana hamil anak orang lain. Lagian Tuan Aksa itu kan baru berkabung," jawab Isyana tenang.


Bu Wira tersenyum senang lalu melirik ke anak bodohnya.


"Maafkan Mamah Nak. Mamah seharusnya kenal kamu dan oercaua kamu," jawab Bu Wira merasa lega, dengan senyum terpaksa.

Meski hati kecil Bu Wira tetap ada rasa takut mengingat perjataan pedas teman sosialitanya.


"Iya Mah!" jawab Isyana.


"Kamu masih anggap Mamah, Mamah kamu kan? Kamu tahu kan Mamah sayang sama kamu? Maafkan Mamah Nak, anggaplah Mamah, jadi pengganti Ibumu! Tolong.... jangan hilang dari mamah lagi. Ceritakan apapun yang kamu hadapi ke Mamah!" tutur Bu Wira mulai mengeluarkan jurusnya.


Bu Wira pun tak ingin Isyana dekat dengan Bu Dini. Apalagi nanti dijauhkan dari cucunya.


Isyana tersenyum ragu sambil melirik Lana yanh diam sangat payah wajahnya. Ya Isyana tahu Bu Wira sangat baik dan tetap nenek dari anaknya. Tapi walau bagaimanapun juga, luka yang Lana beri terlalu banyak, mana bisa Isyana menganggap Bu Wira ibunya.


"Iya, Mah!" jawab Isyana singkat.


"Mamah sudah duga sejak awal. Lana sakit selama dua bulanan tak sembuh- sembuh. Mamah kemungkinan katanya syndrom kehamilan. Mamah sudah periksakan Mika. Mika tidak hamil, Lana hanya tidur denganmu dan Mika. Jadi itu cucu Mamah kan?" tanya Bu Wira panjang.


Tapi Isyana kemudian menelan ludahnya tersinggung. Apa iya mereka meragukan kesetiaan Isyana


"Maksud Mamah apa, tanya ini anak siapa? Apa Mamah juga berfikir aku pernah tidur dengan orang lain di luar pernikahan?" tanya Isyana tegas..


Bu Wira pun langsung mengernyit dan memukul keningnya. "duh salah omong," Lana sendiri lanhaunh menciut.


"Ee.e.. Maaf bukan itu maksud Mamah," jawab Bu Wira gelagapan.


"Maaf Mah. Isyana lelah, kalau Mamah sudah tidak ada yang ingin disampaikan Isyana mau istirahat!" jawab Isyana marah dan mengusir secafa halus.


Isyana kan sangat sensitif.


"Tunggu Nak. Tunggu! Mamah kesini mau minta maaf. Mamah kesini mau jenguk kamu dan cucu Mamah. Maaf!" rengek Bu Wira mengiba.


Isyana yang hatinya lembut berhenti dan diam sejenak.


"Isyana dan bayi Isyana baik, Mah!" jawab Isyana dingin


"Ijinkan Mamah dan Lana bertanggung jawab atasmu dan anakmu, Sayang?" rayu Bu Wira lagi.


"Bertanggung jawab bagaimna maksudnya Mah?" tanya Isyana sedikir tersentak.


"Lana dan Mamah ingin juga menemanimu di setiap perkembangan bayimu, cucu mamah. Mamah dengar kamu banyak bekerja keras di sini. Ikutlah denngan Mamah. Kamu tidak perlu tinggal di sini,," tutur Bu Wira sambil melirik keadan rumah yang menurutnya sangat sempir.


"Maksud Mamah, kamu bisa tinggal di rumah yang Mamah sediakan. Lebih sehat untuk bayimu dan juga kamu. Kamu juga tidak usah bekeeja keras, lagi, berdagang atau ngamen. Fokus dengan kehamilanmu, Nak!" sambung Bu Wira merayu.


"Hh...," tentu saja Isyana spechless mendengarnya. Isyana diam dengan nafasnya yang lebih cepat.


Bu Wira pun kembali menganggukan wajahnya meminta agar Isyana setuju.


Dina dan Nenek yang menguping juga bersedih dan murung mendengarnya.


"Mamah akan temani kamu. Mamah akan tinggal bareng kamu!" rayu Bu Wira lagi.


"Maaf, Mah. Isyana sekarang kuliah!" jawab Isyana kemudian.


*****


Bersambung


Klik ini Untuk Lanjut ke bab Berikutnya 


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn

Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 125"