Istri yang terabaikan Bab 117

    Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


117. Suami Adalah.


Jika tadinya Isyana dan Putri janjian ke taman dekat sekolah Putri karena Bu Dini yang jemput, Bu Dini ajak ke wahana arena bermain dekat gunung.


"Kok jadinya ke sini Oma? Ini kan bukan jalan ke sekolah Putri?" tanya Putri protes, Putri pintar tau arah jalan dan tak sampai- sampai.


"Tantemu sedang hamil, Sayang. Kasian kan adik bayinya kalau kepanasan dan kehausan, di dekat sekolahmu jam segini ramai dan panas!" tutur Bu Dini lembut sangat memperhatikan keadaan Isyana..


Isyana jadi menunduk teeharu.


"Oke deh! Tapi kita emang mau kemana?" jawab Putri.


"Ke temlat yanh Putri senang. Kalian mau bermain kan?" jawab Bu Dini.


"Iyah!"


"Tunggu ya!" jawab Bu Dini.


"Jangan lama Oma!"


"Nggak bentar lagi sampai kok!"


"Oke!" jawab Putri.


Lalu Bu Dini menoleg ke Isyana yang duduk tenang ke Isyana.


"Kamu nggak ada acara kan Nak" tanya Bu Dini.


"Tidak Bu,"


"Kita ngobrol bentar ya,"


"Iya Bu!"


"Kamu belum makan siang kan?" tanya Bu Dini lagi.


"Belum Bu. Tapi Isyana bawa bekal!" jawab Isyana jujur.


"Oh ya?" tanya Bu Dini kaget, jarang sekali ada mahasiswa bawa bekal.


"Iyah... soalnya tadinya saya kira kita mau main di taman kota dekat sekolah Putri. Jadi saya bawa bekal. Lumayan banyak kok. Ada 3 porsi. Buat saya, tadinya buat Mbak Nik, terus buat Putri!" tutur Isyana ceria menjelaskan rencana kencan mereka.


Bu Dini pun mengangguk. Lalu melirij je taa Isyana. Isyana memang membawa tas ounggung agak besar. Tas bekas Dina. Hehe.


"Kalau gitu kita cari tempat yang bisa buat bermain dan gelar tikar saja ya!" jawab Bu Dini memberi ide.


"Iya Bu!" jawab Isyana.


Mereka pun memilih resort yang punya area bermain di bawah alam. Bu Dinu minuman dan camilan, menu makan beratnya dari bekal Isyana. Kota B kan sebagian besar daerahnya memang dataran tinggi. Jadi banyak resort dan restoran dengan view alam.


Putri dan Isyana sangat bahagia bermain di situ. Apalagi di resort itu disediakan play groundnya, ada wahana perosotan ayunan dan rumah hobbit kecil.


Rencana permainan dan buat pernak pernik kalung, Isyana dan Putri gagal. Isyana jadi hanya mengawasi Putri bermain di arena itu.


Karena Putri begitu lihat perosotan langsung antusias, bahkan sampai lupa PR pertanyaanya.


Bahkan Putri sangat betah dan lupa makan. Sambil menunggu Putri Bu Dini ajak ngobrol Isyana.


"Bagaimana kuliahmu Nak? Apa ada kesulitan?"tanya Bu Dini sebagai wali menunjukan kepedulianya.


"Lancar Bu?"


"Syukur. Uanh sakumu kutang tidak? Kalaubada kekuranhan bilanh aja!"


"Alhamdulillah lebih. Isyana kan bekerja Bu. Isuana juga mau jualan lagi," tutur Iayana semangat


"Apa itu tidak merepotkan? Kamu bisa jaga kesehatan dan waktumu?"


"Ada Dina yang bantu Bu. Pekerjaan Iayana kan tak terikat waktu," jawab Isyana..


"Oh okelah kalau begitu Atur saja. Tapi ingat, kesehatan dan bayimu nmor satu!"


"Iya Bu. Pasti!"


"Oh iya. Dengan Nenek itu? Apa tidak keberatan kau tinggal denganya?"


"Nggak Nenek sangat baik. Bahkan nanti bersedia bantu Isyana raway anak Isyana," jawab Iayana lagi.


"Syukurlah. Maaf ya ibu harus tanya ini. Apa mantan suamimu tahu kehamilanmu?" tanya Bu Dini mulai memancing.


Seperri biasa, Isyana berubah mimik malas membahas. "Ehmm....," Isyana berdehem.


"Tahu Bu." jawab Isyana singkat.


"Oh iya? Apa responya?"


"Awalnya dia sempat meragukan ini anaknya. Dia masih sempat fitnah saya ini anak selingkuhan. Meski pada ujungnya dia sendiri yang mengakuinya,"


"Hah... pyah sekali. Berarti kau sering bertemu?"tanya Bu Dini lagi semakin mengorej.


"Kami tidak sengaja bertemu!" jawab Isuana teringat di makam


"Oh..., ehm lalu bagaimana tanggapanmu?"


"Maaf Bu. Isyana tidak ingin membahas dan mengingatnya," jawab Isyana.


Bu Dini tersenyum mengangguk lega. Mau tanya siapa orangnya tapi Bu Dini harus ambil strategi. Mereka pun kembali mengawasi Putri.


"Putri mainya udah Yuk!" panggil Bu Dini.


"Tidak mau. Masih asik!" jawab Putri.


"Makan dulu sayang!" tutur Bu Dini lagi.


"Nanti aah. Belum lapar. Putri mau main dulu," jawab Putri keluar sifat bandelnya.


"Tapi ini udah jam 1 lebih, Sayang," rayu Isyana.


"Nantiii!" jawab Putri lagi membantah.


"Tantemu lapar juga lho..Kasian dhedhek bayinya di dalam perut! Gara- gara Kakak Putri jadi kelaparan!" lanjut Bu Dini lagi merayu.


Putri yang naik ke tangga ayunan pun manyun berhenti dan berbalik, mendengarnya.


Bu Dini tersenyum, melihat Putri yang manyun dan mulai menurunkan egonya mau berhenti bermain.


Padahal kalau tidaj beralasan dhedhek bayi, pasti Putri yang merayu orang tuanya tetap bermain lupa waktu dan orang tuanya akan tidak tega membiarkan anaknya bahagia.


Putri pun berjalan mendekat.


"Tapi nanti main lagi yah. Jangan pulang dulu!" ucap Putri masih manyun.


"Iyaah," jawab Bu Dini dan Isyana.


Di atas karpet plastik susun yang memang disediakan pihak resort Isyana mengeluarkan bekalnya. 3 bungkus nasi, seplastik kroket kentang, satu plastik sop kuah, dan satu bungkus udang goreng.

"Kamu kuliah bawa ini semua?" tanya Bu Dini kaget.


"Iya Bu!" jawab Isyana tersenyum.


Isyana kuliah memang sering, bawa bekal dan tas besar. Teman-teman Isyana juga paham itu. Hanya saja hari ini lebih banyak. Bu Dini pun kaget. Telaten sekali.


Hanya saja Isyana pintar, bungkusnya pakai plastik dan kertas minyak. Hanya kuah saja yang pakai mangkok tertutup. Makanya tidak terlihat repot.


"Nggak repot?"


"Nggak Bu... Isyana lebih sering bawa bekel kok!" jawab Isyana lagi.


"Waaah keroket kentang. Putri sukaa," seru Putri senang langsung antusias makan.


Isyana pun membukan makanan Putri, memakai piring beks sajian snack yang dipesan di resort.


"Maaf nggak ada piringnya Bu. Apa Isyana pinjamkan dari resto sini?" tawar Isyana.


Isyana sedijit merasa bersalah dan kepikiran, karena Bu Dini hanya diam menatap. Mungkin tidak biasa makan dengan nasi bungkus. Aplagi cuma sama udang goreng.


"Tidak usah!" jawab Bu Dini.


"Oh..apa Ibu Alergi makanan ini?" tanya Isyana lagi.


"Tidak, Ibu puasa Nak!" jawab Bu Dini.


"Ohh.. maaf!" jawab Isyana merasa tidak nyaman dan kaget. "Sayang banget yah, nggak dimakan padahal 3 porsi," turur Isyana lagi.


Bu Dini hanya tersenyum. "Nggak usah khawatir, dimakan kok! Nanti?" jawab Bu Dini.


"Hah?" tanya Isyana sedikit ngebleng.


Bu Dini tersenyum lagi. Tanpa sepengetahuan Isyana. Bu Dini menelpon Aksa dan mengirim alamatnya.


"Sudah, kalian makanlah. Putri bisa makan sendiri kan?" tanya Oma.


"Bisa Oma," jawab Putri mulai makan. Untuk sopnya satu mangkuk dimakan bersama.


Di saat yang bersamaan ponsel Bu Dini berbunyi. Bu Dini bangun dan mengangkat telepon itu. Putri dan Isyana hanya melirik tanpa bertanya.Mereka asik makan.


"Di dekat playground. Pakai baju Coklat!" ucap Bu Dini.


Samar- samar Isyana mendengar, ada sedikit tanda tanya Bu Dini telpnan sama siapa? Tapi Isyana tak mau peduli lebih. Dia memilih melanjutkan makan.


Bu Dini kembali duduk dan tersenyum lagi.


"Ehm," tiba- tiba terdengar deheman dari suara bass laki- laki yang begitu kental dan berwibawa.


"Uhuk!" Isyana yang sedang mengunyah sedikit tersedak dan menoleh ke belakang. Tuan Aksa berdiri di dekat mereka. Mendadak gerogi dan malu.


"Asik banget nih, makan di bawah pohon?" sapa Tuan Aksa.


"Daddy!" pekik Putri malah cemberut dan menggeser tubuhnya merapat ke Isyana. Isyana pun heran melirik ke Putri, tumben biasanya lengket.


"Dady boleh ikut gabung?" sapa Tuan Aksa.


Isyana diam menunduk. Bu Dini yang menjawab.


"Duduklah, nih nasi bungkusnya masih ada satu, Sayang kalau nggak dimakan," tutur Bu Dini menyerahkan porsi ketiga.


"No. Daddy nggak boleh duduk!" Putri langsung ingat kesalnya dan otomatis ingat oertanyaanya.


"Huh?" Isyana dan yang lain pun memekik kaget dan lucu melihat Putri ngambek.


"Kenapa Nak? Itu kan Daddynya Putri?" tanya Isyana berbisik.


"Putri kesal sama Daddy. Putri nggak mau ngomong Sama Dady!" celetuk Putri sambil manyun..


"Hemmmm," Tuan Aksa hanya berdehem dan menatap Isyana. "Pleaase, boleh ya Dady gabung. Daddy minta maaf!"


Isuana jadi salah tingkah dan mendadak gemetaran Tuan Aksa duduk bergabung tanpa oersetujuan.


"Kenapa memangnya. Kan Putri janji mau jadi anak sholehah, yang baik sama orang tua? Nggak boleg gitu sama Daddy," bisik Isyana lagi, menasehati Putri.


"Abis Daddy suka cuekin Putri. Putri tanya nggak dijawab. Malah ngobrol sama Tante rambut Pirang!" celetuk Putri lagi cemberut.


"Tante Rambut Pirang?" pekik Isyana tanda tanya.


Tuan Aksa yang tahu arah marahnya Putri wajahnya pun mendadak merah keringetan. Sementara Bu Dini malah tenang tersenyum menunggu.


"Putri...," pekik Tuan Aksa lirih dan menyeringai, kalau kemarin bisa bungkam mulut Putri kalau sekarang kan Putri ada di pangkuan Isyana.


"Emang tanya apa?" tanya Isuana lembut dan merasa tidak nyaman.


"Suami itu apa sih Tan? Daddy bilang ke perawat Daddy itu suami Tante. Semalam juga Dady tanya ke Putri. Apa Putri mau Daddy jadi suami Tante? Suami itu apa?"cerosos Putri dengan lancar akhirnya lega mengutarakan sesuatu yang bikin emper.


"Ehm...ehm..." Tuan Aksa langsubg berdehem salah tingkah, tidak berani melihat Isyana


Isyana pun gelagapan menunduk malu juga.


"Maaf, jangan dianggap serius pertanyaan Putri saya bisa jelaskan nanti!" sergah Tuan Aksa malu.


"Ih Dady. Diam! Putri kesaal. Putri mau tante yang jawab!" celetuk Putri lagi mode galak.


"Ehm...," Isyana pun gelagapan bingung.


"Tuh kan gara- gara Daddy, Tante nggak jawab. Sana Dady pergi! Ayo Tante jawab Suami itu apa!" usir Putri. dan ngotot tanya.


Tuan Aksa bungkam. Isyana terpaksa jawab..


"Su..suami itu," jawab Isyana terbata.


"Apa?"


"Suami itu, kalau laki- laki dan perempuan menikah, Sayang. Jadi si laki- laki itu jadi suaminya si perempuan. Dan si Perempuan jadi istrinya," jawab Isyana akhirnya.


"Oh.. gitu," jawab Putri girang dan pintar.


"Yah!" jawab Isyana tersenyum.


"Menikah itu? Kaya Om Dimas itu Oma? Berarti kalau menikah nanti Tante ikut Dady dan tinggal bareng kita? Putri may Dady. Ayo Tante dan dady menikah saja!" celetuk Putri riang.


"Ha...," pekik Isyana sangat malu dan bingung Bu Dini hanya tersenyum dan Tuan Aksa juga gelagapan.


"Iyain aja!" sahut Bu Dini.


Isyaba dan tuan Aska saling menatap sebentar kemudian saling membuang muka.


"Ehm... Daddy lapar. Daddy makan ya!" celetuk Tuan Aksa mengalihkan pembicaraan agar Putri tak bertanya terus.

Bersambung


Klik ini Untuk Lanjut ke bab Berikutnya 


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn

Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 117"