Istri yang terabaikan Bab 11

 Istri yang terabaikan Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


11. Tekad Isyana


"Huh.... tempatmu memang pantas di sana, gembel!" gumam perempuan cantik dengan rambut tergerai indah dan wanginya semerbak kemana- mana. Mika tersenyum, meletakan ponselnya.


Mika berhasil menemukan Isyana sebelum Arbi. Mika memang melihat Isyana berpenampilan berbeda dan tersenyum sinis. Mika juga melihat Isyana tampak akrab mengobrol dengan Adnan dan Putri. Hal itulah yang membuat Mika bahagia dan putar balik tidak mendatangi Isyana.


Hari ini, Mika pun berniat memberitahu Lana. Agar Lana tak usah menjemput Isyana, biar saja Isyana di tempatnya.


"Kali ini aku harus berhasil, aku harus bisa buat Lana segera menikahiku, apapun caranya?" batin Mika lagi.


Mikap hari ini datang ke salon untuk mempercantik dirinya. Malam nanti Mika akan merayu Lana dan menyiapkan skenario untuk memfitnah Isyana, agar ibu Lana mengerti perasaan Lana, tau bagaimana kelakuan Isyana.


*****


Di dalam mobil.


"Kata Adnan, kalau aku ingin cerai cepat, tidak menghabiskan uang banyak, aku harus mempunyai bukti perselingkuhan Lana dan Mika. Aku juga harus punya bukti KDRT Lana. Aku akan sampaikan ke Mami dan Papi! Aku harus bisa, aku pasti bisa!"


Setelah berdiskusi dengan Arbi dan berfikir lama, Isyana memutuskan ikut Arbi ke kota. Sepanjang jalan Isyana membulatkan tekad, menyusun kata menemui mertuanya.


"Aku berhak hidup bahagia. Kata nenek, aku harus temukan teman hidupku yang menyayangiku, bahagia bersamaku. Bukan suami seperti Lana." batin Isyana lagi.


Tidak terasa waktu terus berjalan dan kini mobil Arbi memasuki wilayah ibukota. Isyana pun belajar memperhatikan jalan dan nama- nama kota yang dia lewati. Isyana harus berani dan bisa pulang pergi sendiri.


"Mau ke rumah sakit langsung atau singgah ke rumah Nyonya?" tanya Arbi.


"Ke rumah sakit langsung saja Pak. Mami tujuan utama kan?" jawab Isyana.


"Siap Nyonya!" jawab Arbi.


Bagi Arbi yang penting membawa Isyana ke hadapan Lana dan Nyonya Wira Hanggara, selebihnya bagaimana nasib Isyana dan Lana, biar mereka yang tentukan.


Tidak lama mereka memasuki pelataran gedung tinggi bak hotel mewah tapi tiap-tiap ranjang diisi orang sakit.


"Huuuuft, aku harus sampaikan ke Mami!" batin Isyana


Sebelum turun, Isyana membuka alat make up di tasnya. Isyana pun merapihkan rambutnya, menebalkan bedaknya dan memakai lipstik dengan warna muda, tidak menor tapi cukup membuat Isyana terlihat cerah.


Meski belum sembuh sempurna, jerawat yang mulai layu pun tersamarkan oleh bedak dan krim wajahnya. Isyana tidak lupa menyemprotkan minyak wangi ke tubuhnya.


"Huuuft, bismillah!" batin Isyana bersiap- siap.


Anak buah Arbi membukakan pintu untuk Isyana. Isyana kemudian turun mengikuti Arbi. Mereka berjalan ke lift rumah sakit elit bertaraf internasional menuju bangsal VVIP, tempat para milyuner dan pejabat tinggi di negeri itu dirawat.


Saat mereka ke luar lift dan hendak sampai di depan kamar rawat Nyonya Wira Hanggara, ponsel Isyana berbunyi.


"Pak Arbi maaf, saya angkat telepon dulu. Saya nanti nyusul!" ucap Isyana.


"Siap Nyonya!" jawab Arbi.


Arbi kemudian masuk lebih dulu ke ruang rawat Nyonya Wira. Lana terlihat menyuapi ibunya.


Lana sangat takut Tuan Hanggara marah, jadi Lana mengupayakan ibunya sembuh sebelum Tuan Hanggara pulang tugas. Lana menemani dan ibunya dengan baik. Termasuk menyembunyikan ponsel ibunya. Lana memang selicik itu.


"Selamat sore Tuan Nyonya," sapa Arbi, sampai di ibukota ternyata sudah menjelang sore.


"Arbi, mana Isyana?" jawab Nyonya Wira dan Lana langsung menoleh ke Arbi.


"Ada di depan!" jawab Arbi.


"Lana jemput dia!" ucap Nyonya Wira menyuruh Lana menyambut istrinya.


Seharusnya kan yang jemput Isyana juga Lana. Akan tetapi Lana beralasan menunggu ibunya.


Setelah sadar, Nyonya Wira sudah memberi banyak ancaman ke Lana. Jika Lana tidak mematuhinya, Ibu Lana akan menyampaikan semua kelakuanya ke Tuan Wira Hanggara.


Lana pun bangun dari duduknya meletakan makanan Nyonya Wira di meja. Demi ibunya Lana berniat menyambut dan menjemput istri menjijikanya.


Sayangnya saat membuka pintu Lana tidak melihat keberadaan Isyana. Lana pun kembali.


"Tidak ada Isyana. Kau berbohong?" ucap Lana dengan wajah marah ke Arbi.


"Ada, Tuan, beliau sedang menerima telepon!" jawab Arbi.

"Tidak ada. Berani kau membohongiku, bulan ini tidak ada gaji untukmu!" ucap Lana geram.


"Ada Tuan, sebentar!"


Arbi menelan ludahnya pucat. Arbi kemudian segera keluar mencari Isyana.


"Hah...." Arbi menghela nafasnya lega.


Isyana masih tampak di depan ruangan, berdiri menghadap ke dinding kaca dan di depanya terpampanh pemandangan gedung-gedung tinggi di ibukota.


(Hehehe visual Isyana tapi Isyana rambutnya pitang dan lebih mengombak).


Putri dan Daddyanya datang ke grenshouse Isyana, Momy Putri hari ini hendak kemoterapi, Putri meminta daddynya mengantar ke greenshouse Isyana. Tuti memberitahu kalau Isyana dijemput mobil orang kota. Daddy Putri kemudian menelpon Isyana.


"Apa Tuan Lana tidak melihat Nyonya Isyana? Atau tidak mengenalinya?" batin Arbi.


Bagaimana bisa Lana bilang Isyana tidak ada. Isyana jelas berdiri di depan ruangan. Sepertinya Lana memang tidak mengenali istrinya.


Arbi kemudian memanggil Isyana untuk masuk. Isyana pun mengakhiri teleponya dan mengikuti Arbi masuk.


"Dheg"


Lana dan Nyonya menoleh ke pintu dan tertegun melihat siapa yang datang di belakang Arbi. Sepertu orang yang berbeda. Bahkan tidak yakin kalau itu Isyana.


Nyonya Wira langsung tersenyum menyambut menantunya yang manis dan selalu lembut, tatapan Isyana selalu menunduk penuh kepatuhan.


Sementara Lana menelan ludahnya, ada rasa aneh yang menjalar ke hatinya. Istri yang selama ini menurutnya bau ketek, kucel dan memakai daster kini terlihat manis.


Isyana memang tak secantik Mika, yang mempunyai tubuh tinggi hidung mancung, alis yang sudah disentuh oleh dokter kecantikan dan tampak sempurna. Hanya saja Isyana mempunyai kelebihan sendiri, meski tidak tinggi. Isyana mempunyai ata bulat,alis tebal dan bulu mata lentik nan alami pemberian Tuhan, tanpa sulaman.


"Kemarilah, Sayang!" ucap Ibu Lana masih mengenakan kanul oksigen.


Isyana yang menunduk berjalan maju tanpa menoleh ke suaminya.


"Terima kasih, kamu masih bersedia datang menemui Mama lagi, Sayang. Maafkan Mami ya" ucap Ibu Lana merendah dan menyadari anaknya yang salah.


Isyana masih terdiam begitu juga Lana. Lana tak berkutik di depan ibunya.


"Lana... ayo tunggu apalagi. Minta maaflah pada Isyana!" ucap Ibu Lana.


Mendengar perkataan Mertuanya, Isyana tergugup dan tanganya bergetar. Mungkinkah suami angkuhnya akan minta maaf? Ah, tapi Isyana tahu, minta maaf Lana bukan dari hatinya.


Lana pun bangun, dan mendekat ke Isyana.


"Aku minta maaf atas semua yang aku lakukan padamu. Tolong jangan pergi dan kembalilah ke rumah!" ucap Lana lagi.


Isyana masih diam dan menunduk, tangan Isyana mengepal. Hati Isyana berkecamuk.


"Ingat Isyana, dia hanya bersandiwara di depan ibunya. Kembali ke rumah itu kamu akan di bawah kendalinya lagi"


"Tapi kalau aku tidak punya bukti KDRT Lana, aku tidak bisa menuntut cerai dengan mudah, aku akan melalui banyak proses, tuntutan, mediasi dan menghabiskan banyak uang!"


"Aku harus berani melawan, aku harus pintar. Tapi apa iya aku bisa melawanya? Harus bisa!"


Isyana masih menundu* enggan melihat Lana dan bertarung dengan dirinya sendiri.


Lana pun mengeratkan rahangnya dan emosinya kembali naik tapi dia tahan melihat Isyana tampak melawan Lana dengan tetap diam. Hal itu cukup merendahkan harga diri Lana.


Sementara ibu Lana yang melihat mengerti perasaan Isyana.


Nyonya Wira menghela nafasnya.


"Lana, Arbi, tinggalkan kami. Mama mau bicara dengan Isyana!" ucap Ibu Lana memecahkan suasana beku Lana dan Isyana.


Bersambung.  🥰🥰 Lanjut bab 12


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 11"