Istri yang terabaikan Bab 109

    Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


109. Ambigu. “Suami Tante Bunga?” pekik Bu Dini mengernyit. “Maah... jangan salah paham. Isyana sakit, tidak bisa jalan, jadi Binar yang antar, perawat mengira, Binar suami Isyana!” sahut Binar cepat. Sambil menutup mulut Putri, Tuan Binar jadi gugup melirik ke Jessy dan ibunya. Tuan Binar seperti remaja yang kepergok ibunya saat baru kencan dengan pacarnya. Api cemburu di dada Amanda dan Jessy pun berkobar. Mereka langsung memucat dan mengambil kesimpulan kalau Tuan Aksa memang dekat dengan seorang perempuan. Mereka sesaat syok, tapi lantas berfikir. Putri yang ditutup mulutnya memberontak dan menggigit tangan Tuan Aksa. “Putri...,” pekik Tuan Aksa. “Daddy kenapa, tutup mulut Putri. Memang suami itu apa?” tanya Putri terus mengutarakan rasa ingin tahunya. "Ssst. Diam!" Tuan Aksa kembali memarahi Putri mengingat celetukan Putri membuat persepsi lain. “Apa Mas Binar udah punya pacar? Jadi Tante Bunga itu pacar Mas Binar?” tanya Jessy nyeletuk, dengan tatapan kecewa. Jessy tidak menghiraukan si kecil Putri yang di otaknya sudah sangat penasaran dan ingin tahu suami itu apa. “Bukan seperti itu, Jess?” jawab Tuan Aksa mengelak cepat. Tuan Aksa mengelak, bukan karena ingin mengingkari ketertarikan dirinya dengan Isyana. Tapi Tuan Aksa rasanya seperti tak punya hati dan muka di hadapan keluarga Bu Tiara. “Sejak awal, Jessy curiga, setiap Putri sebut nama perempuan itu, sebenarnya dia siapa Tante? Mas Binar? Apa dia pacar Mas Binar?” tanya Jessy lagi semakin memburu. Tuan Aksa melirik ke Bu Dini berharap ada bantuan menjawab, tapi rupanya tatapan Bu Dini juga seperti tatapan mengintimidasi ingin dengar penjelasan Binar Aksa putranya. “Dia, teman Tiara,” jawab Tuan Aksa. “Jadi... Mas Binar pacaran sama teman Teh Tiara? Jessy nggak nyangka Mas. Jessy kira Mas Binar cinta sama Kak Ara... apa mungkin selama Kak Ara sakit, Mas Binar di belakangnya main sama perempuan ini? kok Putri udah deket banget sama dia? Kak Ara kan meninggal baru semingguan,” Jessy pun menyalurkan emosinya dengan menyalurkan tuduhan pedih itu ke Tuan Aksa. Tuan Aksa pun langsung kelimpungan, meski mertua kandungnya sudah meninggal. Tapi Aksa tau semasa hidup, Bu Ara begitu menghormati orang tua Jessy. Binar pun merasa tidak enak ke orang tua Jessy. “Tidaak... tidaak.. seperti itu!” jawab Tuan Aksa merasa sakit dan tidak mau dikira menyiakan Tiara. Bu Dini memilih diam memperhatikan, sementara Amanda, juga mengambil celah dari itu semua, mengambil kesempatan menunjukan simpatinya. “Jessy... jaga bicaramu, Mas Binar tidak seprti itu. Aku saksinya, Mas Binar sangat menyayangi Tiara. Kita kan udah dengar penjelasannya tadi, kita juga belum tahu kan siapa dia?” jawab Amanda pura- pura baik. Padahal hatinya juga bergemuruh. Putri yang bertanya, tidak dijawab, orang tuanya malah berantem langsung hilang moodnya. “Huh! Menyebalkan,” gerutu Putri lalu badmood dan turun dari gendonganya lalu berlari ke kamar. Semua menoleh Putri tapi Putri berlari cepat. "Putriii," panggil Tuan Akda mau susul Saat Aksa mau kejar Putri, Jessy memancing lagi. “Kasian sekali, Kak Ara,” lirih Jessy lagi. Jessy bicara begitu, menunggu penegasan Tuan Aksa kalau dugaanya terbantahkan. Jessy dan keluarganya ingin Jessy menggantikan posisi Bu Tiara. Tuan Aksa jadi bingung. Tuan Aksa memilih menjelaskan ke Jessy dulu. Tuan Aksa pikir nanti saja Putri ditenangkan. “Jessy, aku tidak pernah menduakan Tiara selama hidupnya. Putri anak kecil. Dia tidak tahu apa- apa. Isyana dan Tiara sering menghabiskan waktu bersama Isyana jadi dia begitu, sungguh!” jawab Tuan Aksa meyakinkan. “Maah,mamah tahu itu kan? Mamah juga kenal kan?” tanya Aksa meminta pembelaan ibunya. Sayangnya bukan Bu Dini yang membela tapi Amanda. “Saya percaya Mas Binar. Nggak mungkinlah, Mas Binar begitu. Iya kan? Masa baru satu minggu udah lupain Tiara gitu aja, apaagi main di belakang. Sebaiknya kita kenalan dulu, sama Tante Bunga itu, kan kita belum kenal. Jaga omongan kamu Jes!” jawab Amanda. Berusaha menampilkan sisi terbaiknya. Disudutkan Amanda seperti itu, meski dalam hati senang mendengar jawaban Aksa, Jessy pura- pura marah. “Ya aku sedih dan kecewa aja, kalau Mas Binar baru seminggu Kakakku meninggal sudah sedekat itu dengan perempuan lain,” tutur Jessy lagi pura- pura paling suci dan mengenal kepatutan. Padahal kedatanganya pun dalam rangka pedekate. “Sudah- sudah,” akhirnya Bu Dini Speak Up. Bu Dini diam karena ingin mengenal karakter masing masing dari ketigas manusia didepanya. “Kenapa malah bahas, Isyana. Putri itu anak kecil. Ya. Kata Binar benar. Tiara dan Isyana itu memang dekat, Putri banyak menghabiskan waktu dengan Isyana. Jadi wajar begitu," "Tante nggak sedang bela anak Tante kan?" Jessy masih mebalas tidak sopan. "Gini Jes. Kamu tahu kan Jes, Tiara sakit lama... Binar merawat Tiara di Singapur, oh ya waktu itu kemana? Kok Tante nggak pernah liat kamu dan orang tuamu jenguk Tiara?” jawab Bu Dini cerdas dan sedikit melempar tanya yang lumayan menampar Jessy. Jessy jadi tercekat. Amanda pun tersenyum merasa menang. Amanda berharap, penilaian Bu Dini ke Jessy berkurang dan ke dirinya baik. “Maaf Tante!” jawab Jessy lirih. “Binar di sana berdua dengan Tiara. Tante di sini bersama Isyana merawat Putri. Tante bisa bertaruh, Aksa tak begitu. Jadi hilangkan pikiran itu dari pikiranmu, oke?” jawab Bu Dini lagi. "Makasih Mah!" jawab Aksa. Tuan Aksa pun merasa lega, kenapa nggak dari tadi jelasin. “Oh gitu. Maaf Jessy hanya sangat sayang sama Kak Ara!” jawab Jesy lagi beralasan lalu menunduk. “Jujur saja, tante tersinggung kamu meragukan Binar anakku. Lagian kan kalau memang Isyana itu jodoh Aksa, itu tidak ada urusanya denganmu kan?” sambung Bu Dini lagi, pelan lembut tapi semakin menekan. Jessy pun tercekat, sandiwaranya gagal. “Iya Maaf!” jawab Jessy. “Saya setuju denngan pendapat Bu Dini,” sambung Amanda lagi mau cari muka. “Sebenarnya kalian berdua sore- sore datang kesini mau apa? Jarang- jarang kan kita bisa silaturahim begitu, jangan rusak pertemuan kita. Ayolah nggak usah tegang- tegang. Kita ngeteh di dalam aja ya!” lanjut Bu Dini lagi mencairkan suasana. Bu Dini memang sangat pandai membawa suasana. Bu Dini berbicara anggun sambil mata mengawasi gerak gerik Amanda dan Jessy. “Maaf Tante, keperluan Amanda sama Mas Binar udah cukup, udah mau maghrib, Amanda mau pulang aja.” jawab Amanda memilih pergi. Sebab ada Bu Dini membuat, tidak nyaman untuk PDKT. “Oke, hati- hati di jalan ya!” jawab Bu Dini tenang Kini tersisa Jessy. Jessy yang baru saja dicemes Bu Dini jadi agak canggung. "Masuk yuk Jes... kamu kangen Putri kan?" sapa Bu Dini lagi. “Udah maghrib juga Tante. Jessy cuma mau sampaiin ini. Jessy ingin lamar kerja Tante,” ucap Jessy. Tuan Aksa sedikir mengernyit, sebenarnya tidak suka tindakan yang begini. Maunya kalau lamar kerja ya di kantor. “Kerja apa?” tanya Bu Dini. “Jessy punya ijazah s1 managemen,” jawab Jesyy. Karena Jessy keluarga Tiara dan baru saja hampir terjadi kesalah pahaman Tuan Aksa pun tak tega menolak. “Mana lamaranya?” jawab Tuan Aksa. Jessy pun mengeluarkan map di tasnya. “Aku akan serahkan ke Pak Dodo, biar nanti orang kantor yang menghubungimu, posisi apa yang kosong dan bisa kamu tempati!” jawab tuan Aksa. Dia tetap akan menyerahkan urusan kantor ke pegawai sesuai bidangnya. “Makasih, Mas!” jawab Jessy. “Udah itu saja?” tanya Bu Dini. Jessy jadi semakin kikuk dan pamit segera pergi. Setelah tamunya pergi kini tinggal Bu Dini yang menatap Tuan Aksa penuh telisik. “Mamah kenapa liatin Binar begitu?” tanya Bu Dini salah tingkah. Bu Dini tersenyum penuh arti. “Kamu tahu kan? Mamah Sayang Isyana dan anggap Isyana sebagai anak Mamah,” ucap Bu Dini tiba- tiba. Ambigu, untuk Aksa. Ucapan Bu Dini seperti ancaman jangan sakiti Isyana atau persetujuan boleh mendekatinya. “Tahu Mah,” jawab Aksa singkat. **** Di kamar Putri Putri kesal dicueki Daddynya.Tapi penasaranya masih tinggi. "Aku tanya Mbak Nik ajalah. Eh tapi Mbak Nik kan seringnya jawabnya tidak tahu. Tanya Tante Bunga aja besok,"


Bersambung


Klik ini Untuk Lanjut ke bab Berikutnya 


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn

Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 109"