Istri yang terabaikan Bab 102

 Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


102. Dosen Baru


Ya Isyana di kafe bersama teman- teman kuliah sedang belajar kelompok mengerjakan tugas dosen. 30 menit lagi mereka akan presentasi. Teman- teman Isyana memang suka belajar di kafe terdekat.


Isyana bersyukur meski usianya berbeda, Isyana masih bisa membaur dengan mereka. Mereka bukan menghina Isyana, tapi sangat menjaga Isyana tahu temanya itu hamil. Isyana banyak mendapat kemudahan dari teman- temanya.


Isyana benar- benar mensyukuri kesempatan yang diberikan Bu Dini itu. Dari pancaran wajahnya dan melihat kegigihanya Isyana terlihat bahagia.


"Hhh...., Kenapa dia sangat manis?"


Seseorang di dalam mobil, di depan mobil Mika, ternyata juga sedang memperhatikan Isyana dengan tersenyum.


"Cepat sekali dia sembuhnya? Apa dia benar- benar tidak suka istihat dan bersantai saja di rumah? Sepertinya dia tidak perlu ke poli syaraf?"


"Dia sudah terlihat begitu segar dan bersemangat, tak ada tanda sakit sedikitpun. Kenapa aku malah yang gelisah?"


Ternyata Tuan Aksa ingat dan peduli kalau sebaiknya Isyana cek up lagi ke poli syaraf kalau punggungnya masih sakit. Tapi Tuan Aksa bingung bagaimana menanyakanya.


Sebab Putri hari ini di sekolah ada acara kelas drumb band yang sangat disukai Putri. Putri sejak bangun sudah antusias mau sekolah. Jadi tidak ada alasan Tuan Aksa menemui Isana.


Sangat tidak wajar dia menanyakan kabar Isyana atau mendekatinya. Tuan Aksa masih mempertimbangkan moral dan kepatutan. Istrinya belum genap satu bulan meninggal. Isyana juga sedang hamil.


Meskipun pada kenyataanya, tanpa ada orang lain tahu. Bahkan di detik terakhir Bu Tiara, masih sempat meminta ke Tuan Aksa. Lindungi Isyana, menikahlah denganya, tapi Tuan Aksa yang menolaknya, Tuan Aksa selalu menjaga hati istrinya.


Tuan Aksa pun iseng meski harus putar arah, Tuan Aksa ke kantor lewat depan kampus Isyana.


"Siapa dia sebenarnya?" gumam Tuan Aksa. Tiba- tiba lampu sudah berganti hijau. Supir Tuan Aksa pun melajukan mobilnya.


Di belakang Tuan Aksa.


"Theeet... theet....,"


Mika yang melamun syok dan iri melihat Isyana sampai diklakson karena hanyut dalam emosinya.


"Brisik banget. Sih!" gerutu Mika kesal karena diklakson.


Mika pun kembali melajukan mobilnya menuju ke ibukota.


Mika tahu pasti, Lana akan marah kalau dirinya ketahuan cemburu seperti sekarang.


Lepas melewati lampu merah, ponsel Mika berbunyi.


"Mas Lana?" gumam Mika panik.


Mika menepikan mobilnya, dan mengangkat teleponya.


"Dimana kamu?" tanya Lana tanpa bosa basi.


"Sayang... sayang aku!" jawab Mika gelagapan.


"Dimana kamu!" bentak Lana di dalam telepon. Lana mulai datang sifat kasarnya tak peduli meski itu pada Mika sekalipun.


Mika pun gemetaran, Lana pasti marah lagi kalau tahu Mika menyusul ke kota B dan mencurigai Lana lagi. "Aku harus pikir cepat," batin Mika mencari ide.


"Ehm.. ehm...aku di jalan Sayang. Ada bimbingan konseling sama dosen!" jawab Mika berbohong.


"Oh.Oke!" jawab Lana mematikan teleponya.


"Hoooh!" Mika menghela nafasnya lega. "Untung dia nggak ngamuk lagi. Nggak, pokoknya Lana harus sayang sama aku lagi seperti dulu, titik!" gumam Mika bertekad.


Mika sangat takut kalau Lana mencampakanya dan mencintai orang lain.


Karena sudah terlanjur alasan ke kampus. Mika lalu menuju ke kampusnya. Dengan berjalan cepat Mika menuju ke ruang dosenya.


"Cari siapa Mbak?" tanya admin di ruang dosen.


"Bu Desinya ada? Saya mahasiswi semester 8. Saya mahasiswi, bimbinganya" jawab Mika menjelaskan


Admint dosen itu melirik ke nametag Mika.


"Nona Mika Riri Haliza ya?"


"Iyah. Itu saya,"


"Maaf, Bu Desi sudah menunggu anda sejak satu 1,5 jam yang lalu. Beliau sepertinya marah Mbak. Lain kali jadi mahasiswi jangan kecewain dosen ya. Sayang padahl Bu Desi pembimbing paling baik lho!" ucap Admin menasehati Mika.


Seketika Mika melemas kacau dan ekspresi mukanya langsung berubah. Ternyata namanya sudah dicap bandel.


"Maaf Bu... saya ada keperluan penting yang tidak bisa saya tinggalkan. Bisakah saya menemuinya sekarang? Tolong katakan dimana beliau? Ijinkan saya bertemu," tutur Mika memohon.


"Maaf, Bu Desi mulai hari ini udah berangkat ke London. Ada tugas study banding!" jawab admin lagi.


"What?" pekik Mika terdiam lesu. Gawat kalau dosenya pergi apa kabar skripsinya.


"Ya!"


"Nasib saya gimana Bu?" tanya Mika.


"Nah setahu saya mahasiwa bimbingan Bu Desi udah pada selesai lho! Mbak Mika emang udah sampai Bab apa?" tanya Admin menyelidik.


Mika terdiam. Mika kan memang tidak pernah konsul. Malu sekali kalau Isyana harus jawab Isyana paliny tertinggal dan masih stag di Bab 1.


"Saya permisi Bu!" jawab Mika jengkel tidak menjawab.


"Eh tunggu!" panggil Admin lagi. Adminya sangat baik.


"Ya!"


"Siapa tahu membantu. Kalau untuk masuk ke kelas Bu Desi dibantu sama dosen baru. Sepertinya Bu Desi dekat denganya, mungkin Mbak Mika bisa tanya padanya, siapa tahu Bu Desi mau konsul via online" ucap Admin baik masih memikirkan nasib Mika.


"Oh ya boleh deh. Dimana saya bisa menemuinya"


"Sekarang beliau sedang isi mahasiswa semester 1 di gedung A, lantai satu kelas 3A," tutur Admin dosen memberitahu.


"Oke. Makasih Bu," jawab Mika lalu segera berlari menuju kelas yang diberitahukan admin dosen.


Selayaknya mahasiswa yang butuh nilai dan sedang berjuang, seharusnya Mika yang menunggu dosen.

Untung saja Mika bertemu dosen yang baik. Mika sebenarnya sudah diberi kesempatan konsul 3 kali janjian sebelum dosen melakukan tugas lain. Malah Bu Desi yang menanyakan progres Mika.


Mika sendiri yang menyiakan kesempatan itu. Teman- teman Mika sudah selesai sidang. Mika baru Judul dan Latar belakang.


Kalau mau ganti pembimbing bisa tapi pasti nanti Mika mengulang dari awal. Tapi jika mau lanjut dengan Bu Desi. Mika harus tunggu Bu Desi selesai study banding.


Padahal untuk acc judul saja Mika melalui perjuangan panjang.


Tidak peduli siapa yang akan ditemui, Mika bersedia menunggu di depan kelas. 30 menit Mika menunggu, terdengar pintu dibuka dan riuh mahasiswa.


"Thank you. Pak Adnan," tutur salah satu mahasiswa.


Seketika Mika memicicingkan matanya mendengar nama itu. Nama yang tidak asing, Mika penasaran dan berusaha melirik dalam kelas.


Terilhat seorang laki- laki duduk dibangku pengajar seperti sedang menjelaskan sesuatu yang ditanyakan mahasiswanya, tidak terlihat wajahnya


"Ini hanya nama saja kan yang sama. Nggak mungkinkan tukang sayur itu jadi dosen?" gumam Mika tiba- tiba dheg- dhegan.


10 menit kemudian sebagian mahasiswa pergi. Sambil menahan degub jantung yang begitu keras Mika terus memperhatikan dosen itu.


"Gleg!" Mika seperti tersambar petir.


Penampilanya memang jauh berbeda, tapi wajahnya sama.


"Tukang sayur itu?" gumam Isyana.


Sosok laki- laki manis dan terlihat ramah itu bangun dari duduknya.


Dia berpakaian rapih dengan kemeja polos berwarna biru muda, celana kain dengan lipatan runcingnya dan sepatu mengkilap. Adnan menjelma menjadi dosen yang manis.


Sepersekian detik dosen itu melangkah mendekat ke arah Mika dan sekarang mereka beradu pandangan.


"Kamu!" pekik keduanya.


Adnan menoleh ke sekeliling. Wajah yang tadi ramah berubah langsung muram. Seperti tatapan kebencian.


Mika sendiri sangat kaget dan tidak menyangka.


"Apa kamu kuliah di sini? Ternyata kamu masih mahasiwa?" tanya Adnan setengah mengejek melirik nametag Mika.


"Kamu? Siapan kamu sebenarnya?" tanya Mika.


"Aku seseorang yang teramat bodoh dan akan menyesal seumur hidup, karena sudah menyakiti perasaan sahabat terbaiku, membuat orang yang aku sayangi membenciku, demi mengikuti orang licik sepertimu!" jawab Adnan dengan muka penyesalan.


"Hooh. Kamu menyalahkan aku? Bukankah kamu bahagia bisa leluasa mendekatinya?" tanya Mika.


"Aku melakukanya karena aku pikir aku bisa membuatnya bahagia. Aku menyayanginya dengan hatiku. Tidak sepertimu. Tapi aku salah. Kamu membohongiku! Aku justru menghancurkanya," jawab Adnan lagi.


"Ya sudah kalau kamu menyayanginya, kejar dia!" jawab Mika lagi dengan wajah tanpa salahnya.


"Sayangnya aku bukan orang ambisius sepertimu. Bagiku kebahagiaan Isyana lebih penting. Isyana tidak mencintaiku dan bahagia denganku. Kamu akan menyesal Mika, karena telah merebut orang yang salah!" ucap Adnan serius.


Kali ini Adnan terlihat wibawa lalu berjalan meninggalkan Mika.


"Adnan tunggu!" panggil Mika mengejar Adnan.


Adnan berhenti dan menoleh ke sekeliling.


"Panggil Pak Adnan!" ucap Adnan lirih.


"Oke. Pak Adnan!" jawab Mika.


"Apalagi? Jangan ganggu hidupku aku tidak ingin berurusan denganmu lagi!" tutur Adnan pelan tidak ingin citranya sebagai dosen pengganti buruk.


Mika diam sejenak dengan muka tidak nyamanya. Mika kan mau minta tolong apa bisa dia konsul skripsinya lewat Adnan.


"Apa kamu dosen pengganti Bu Desy?" tanya Mika ragu dan pelan.


Adnan diam sejenak lalu memperhatikan Mika dengan seksama. Mika semakin salah tingkah dan malu. Adnan kemudian tersenyum sinis.


"Apa kamu mahasiswa yang tidak tahu diri itu? Jadi kamu yang masih tertinggal skripsinya?" tanya Adnan langsung mengejek.


"Siaaalllll," batin Mika kesal tapi Mika butuh Adnan.


"Bagaimana caranya aku bisa konsul dan melanjutkan skripsiku?" tanya Mika.


"Huuft," Adnan tersenyum dan memasukan tanganya ke celananya.


"Aku memang menggantikan Bu Desy untuk mengajar, tapi kalau untuk konseling? Saya belum punya ijin untuk itu dan prosedurnya kan memang tidak bisa setauku. Tapi kalau untuk menghubungi beliau secara daring. Bisa dipertimbangkan," jawab Adnan tersenyum sinis.


Mika mengulum lidahnya harga dirinya benar- benar turun di hadapan Adnan


"Siapa sebenarnya Adnan? Apa hubunganya dengan Bu Desy?" batin Mika.


"Saya mohon. Bantu Aku agar beliau bersedia aku konsul via online!" ucap Mika memohon.


"Oke!"


"Terima kasih sudah membantuku!" jawab Mika senang.


"Ada syaratnya!" ucap Adnan.


"Apa?"


"Temukan aku dengan mertuamu dan suamimu. Aku ingin tebus kesalahanku pada Isyana. Aku ingin jelaskan semuanya!" jawab Adnan tenang dan pasti.


"Ohhh...," Mika langsung terdiam dan terbengong, lalu mengepalkan tanganya.


Mika seperti tercekik rasanya.


Bersambung


Klik ini Untuk Lanjut ke bab Berikutnya 


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 102"