Istri yang terabaikan Bab 235

 Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang suka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


Nyebelin


“Nak..,” panggil Bu Dini lembut. 


“Iya Mah, ada yang  bisa Isya bantu?” tanya Isyana sambil meniriskan udang kerispi kesukaan Putri. 


“Mamah tanya, boleh kan?” tanya Bu Dini hati- hati, bahkan sangat pelan dan terlihat tengok kanan kiri. Art mereka mengerjakan tugasnya di luar karena Isyana mintai tolong nyalakan lampu dan cek Putri selesai mengaji atau belum.


“Ya.. Mah, sok mangga, Mamah mau tanya apa?” jawab Isyana sopan. 


“Kamu masih nifas kan?” tanya Bu Dini lagi dengan hati- hati.


“Ehm.. he.. masih Mah,” jawab Isyana tidak nyaman dan menyeringai.


Kenapa Bu Dini tanya nifas segala ini pasti karena Putri. 


“Mmm, maksud Mamah kamu masih keluar darah?” tanya Bu Dini lagi. 


Isyana semakin menelan ludahnya. Jujur atau tidak? Tapi dia memang belum jadi tanya ke Nenek. Karena Tadi siang nenek pamit tengok rumah. Apa Isyana sekalian curhat dan tanya saja. Kalau cepat surut seperti Isyana itu normal kan? Sebelum ke dokter tidak ada salahnya bertanya pada yang berpengalaman.


Isyana pun jujur.


“Udah nggak keluar darah, Mah, tapi,” jawab Isyana jujur tapi terpotong. 


Begitu mendengar tidak keluar darah Bu Dini langsung berespon.


“Ha..? maksudmu kamu sudah bersih?” tanya Bu Dini cepat dan Bu Dini bukan bahagia tapi terlihat panik. Isyana jadi malah salah sangka. 


“Iiiya, Mah!” jawab Isyana lagi. 


“Kamu kemarin nggak dijahit? Ini baru beberapa hari lho!” jawab Bu Dini menegang.


“Dijahit, Mah. Iya kalau darah merah memang udah nggak keluar!” jawab Isyana lagi gelagapan apa ada yang salah?


“Hoh, ya Tuhan, jadi kalian?” tanya Bu Dini malah tampak syok. 


Isyana jadi semakin takut dan berfikir buruk. 


“Kenapa Mah? Bahaya, ya Mah?” tanya Isyana. 


Bu Dini mengangguk dan tampak menunjukan wajah tegang. 


“Bahaya...,” jawab Bu Dini. Isyana pun semakin ketakutan, “Binar nggak boleh pulang cepat kalau begini,” gumam Bu Dini lirih. 


“Ha?” pekik Isyana penuh tanda tanya. “Kenapa Mah? Bahaya apa?” tanya Isyana. 


“Ingat Nak, bayimu masih kecil, kamu masih kuliah! Walau kamu berhenti cepat. Tapi Tahan dulu jangan buru- buru!” tutur Bu Dini gamblang.


“Maksud Mamah apa? Iya Isyana ingat nayi Isyana masih kecil. Buru- buru apa? Berhenti ceoat? Bahaya? Apa hubunganya?” tanya Isyana ke Bu Dini berbeda persepsi. 


Bu Dini mengira, Isyana sudah tidak keluar darah, dan Binar sudah tancap gas. Walau Bu Dini tahu, kesuburan Isyana belum pulih, tapi banyak contoh kejadian, karena tidak berKB, banyak pasangan suami istri yang kebo-bolan, hamil berjarak sangat dekat. Anaknya tidak terurus dan sakit- sakitan.


Bu Dini merasa harus segera bertindak. Dia takut anaknya main tabrak aja, tidak kasian ke istri dan anaknya. 


“Sudah berapa kali kamu melakukan itu sama Binar?” tanya Bu Dini langsung pada intinya. 


Isyana mengerutkan matanya tidak mengerti. 


“Melakukan apa, Mah?” jawab Isyana. 


“Ehm... kamu kan seorang istri, mamah juga. Tidak usah sungkan? Mamah cuma khawatir ke kamu. Kamu tidak sakit berhubungan padahal baru berapa hari lahiran? BerKb lah dulu, setidaknya sampai anakmu disapih. Syukur sampai kamu lulus kuliah, mamah takut Bian kesalip punya adek, bayi prematur itu butuh perhatian ekstra, Nak!” jawab Bu Dini mengungkapkan semua kekhawatiranya.


Mendengar penjelasan Bu Dini, kemudian Isyana tersenyum menunduk tersipu malu. 


“Kamu berKb belum?” tanya Bu Dini panik.


Isyana pun mengangkat wajahnya dan menatap mertuanya tenang. 


“Makasih Mamah perhatian ke Isya, mamah nggak usah, khawatir, Isyana sama Mas Binar belum begituan,” jawab Isyana kemudian. 


Bu Dini terdiam, dan menelan ludahnya. Cerita Putri dan pendengaranya yang masih normal, saat hendak menyapa Binar dan Isyana di Ibukota, akan suara nakal Binar dari kamar mandi membuat hati Bu Dini menyangkal. Bu Dini tetap berfikir berbeda. 


“Yakin, belum?” tanya Bu Dini. 


“Walau udah nggak keluar darah, Isyana masih kaya keputihan, Mah. Jahitan Isya juga meski nggak sakit masih ada rasa kaya kaku. Isya nggak berani lah, Mah. Lagian kan katanya sebaiknya tunggu pemulihan masa nifas 40 hari, mamah ada- ada aja!” jawab Isyana. 


Bu Dini masih menatap Isyana dengan ribuan tanda tanya. 


“Tidak sampai sejauh itu, Mah. Sungguh. Isya dan Mas Binar tahu kok! Mas Binar juga sayang Bian!” jawab Isyana lagi meyakinkan.


“Oooh, yaya,” jawab Bu Dini akhirnya percaya. 


“Nggak ada yang bahaya kan Mah?” tanya Isyana lagi. . 


“Bahaya apa?” jawab Bu Dini malah sekarang balik bertanya. 


“Ya kan tadi Mamah bilang bahaya? Bahaya nggak? Isyana belum ada dua minggu udah nggak keluar darah?” 


“Ooh itu? Nggak, orang beda- beda sayang. Ada yang satu hari, dua hari, seminggu. Cuma rata- rata 10 hari, ada juga yang 2 mingguan. Kalau kamu berhenti cepat malah bagus. Hah, syukurlah kalau kalian sudah paham, mama khawatir!” tutur Bu Dini terbuka. 


“Berarti Isya normal kan?” 


“Normal, Nak, dibilang malah bagus. Kalau memang sudah bersih, sebenarnya kalian boleh berhubungan, tapi KB dulu ya, kasian Bian!” tutur Bu Dini sekarang berkebalikan. 


Bu Dini sebenarnya sangat peduli dan tahu apa yang Binar inginkan, hanya saja Bu Dini takut mereka egois dan tidak memikirkan Bian. Walau Bian bukan cucu kandung Bu Dini, tapi Bu Dini menyayangi Bian dengan hati. 


“Iya, Mah.... nanti, Isya konsultasi dengan dokter Isyana untuk KB.” 

“Oke!” jawab Bu Dini senang.


“Ada yang mau ditanyakan lagi Mah?”jawab tanya Isyana. 


Bu Dini menggeleng. 


“Nggak, lanjutkan masakmu!” jawab Bu Dini kemudian pergi. 


“Hhh....,” Isyana langsung menghela nafasnya.


Sekarang malu Isyana sudah hilang di hadapan Bu Dini. Semua aib Isyana sudah dikuliti Bu Dini rupanya.


Dia pun jadi ingat suaminya yang sedari tadi di perjalanan belum dia hubungi. 


“Astaga, aku belum hubungi Mas Binar lagi, aisssh..., bisa marah dia” Gumam Isyana wajib cerita ke Binar lain kali hati- hati. Isyana pun merapihkan persiapan makan malamnya. 


“Saya bantu, Non!” tutur Mbak Nik mendekat setelah dia selesai menyalakan lampu di rumah itu karena sudah sore. 


“Eh Mbak Nik,” 


“Non Isya rajin banget masak, enak lagi.Kita seneng, tapi kita jadi nggak kerja?” 


“Ah... Mbak Nik bisa aja. Masak doang aku. Pumpung sempat,” jawab Isyana. “Tolong diplatting ya... aku mau ke kamar!” jawab Isyana, ingin segera mengambil ponselnya. 


Saat bersama Bu Dini, di rumah sakit lalu bersama Putri dan Masak, Isyana sibuk. Cemburu dan pikiranya tergerus oleh kesibukan, sampai sudah hampir malam, Isyana belum sek ponsel lagi. 


Sayangnya belum Isyana menginjakan kaki di tangga. Putri yang selesai mengaji berlari ingin memeluknya. Isyana jadi tertunda mengambil ponselnya dan mendengarkan semua cerita Putri mengaji dulu.


**** 


“Brak...,” Binar tiba- tiba mengagetkan timnya di privat room sebuah kafe di LA. Dengan menghentakan cangkir kopinya. 


Bintang dan yang lain yang sedang fokus makan jadi tersedak. 


Binar sedari di pesawat berjam- jam tidak mau bicara dan memasang muka garang. Arya dan Dion saling pandang.


Bintang pun kesal, menghela nafasnya tapi dia tidak tahan jika punya bos mulai marah- marah tidak jelas. 


Di meja makan, Binar bukanya makan malah mau mecahin cangkir kopinya. 


“Kenapa Bang? Mr. Albern nggak mau ketemu kita? Teru agenda kita malam ini apa?” tanya Bintang. 


Binar diam, kemudian, mengambil kunci kamarnya dan bangun. 


“Aku mau tidur!” jawab Binar berlalu. 


“Tidur gimana Bang?"


“Jangan ada yang ganggu aku!” jawab Binar berjalan cepat meningalkan adik- adiknya. 


Anak- anak kemudian saling pandang.


Binaar yang mereka kenal sangat memanfaatkan waktu. Bahkan meeting waktu itu, sesampainya di kota mereka malamnya ingin menemui salah satu kolega mereka.


Tapi dari tadi, Binar diajak diskusi yang dibawa apa aja, bertemu dimana, selalu bilang, jangan bahas dulu.


“Kayaknya kita perlu lapor deh sama Papa?” celetuk Bintang gusar. 


“Ngapain?” tanya Dion. 


“Bang Binar, nggak jelas gitu? Nggak profesional!” jawab Bintang kritis.


“Tunggu dulu, siapa tahu setelah bangun tidur dia fit lagi! Kita tunggu besok?” jawab Arya. 


“Tapi ini salah sudah melenceng dari rencana! Dari tadi kita ajak diskusi nggak nyambung. Kalau semuanya harus kita, ngapain dia ikut. Kita aja yang nemuin? Kalau gini nggak ada keputusan!” jawab Bintang emosi. 


“Masalahnya mereka ingin ketemu  Bang Binar!” jawab Arya. 


Walau mereka pegawai, oleh Bu Dini mereka anggap anak- anak , jadi mereka memanggil Binar sebagai kakak. Karena Binar diajak diskusi tidak kooperatif, mereka tidak mengambil keputusan untuk langsung bekerja di hari itu. Mereka patuh ke instruksi Binar.


“Ya udahlah ada untungnya, Bang Binar begitu. Mungkin maksud Bang Binar, mau kita jangan buru- buru kerja langsung, Istirahat dulu. Udah kita selow dulu. Jadwal kita diubah. Kita tunggu Bang Binar mood!” sahut Dion memberi solusi dan menyikapi dengan baik. 


“Cocok!” sahut Arya. “Bang Binar no komen, artinya kita break, mari kita bersenang- senang!” celetuk Arya malah senang. 


Jika Binar mau menyendiri dan tidak memberi tugas mereka bisa puas main- main dulu. 


Bintang langsung mencebik dan manyun. Dia yang paling objektif bekerja.


“Gimana sih, katanya jangan lama- lama, ditarget dua kali lebih cepat daris eharusnya. Kalau kita nggak segera mepet nemuin mereka ya nggak pulang- pulang!” protes Bintang. 


“Eh bosnya itu, Bang Binar bukan elu!” sahut Arya. 


“Yuk, Ar kita cabut, di dekat sini, ada tempat asik!” Dion malah bangun ingin ajak Arya main. 


Bintang yang perempuan sendiri pun ditinggal. 


“Ih nyebelin!” gumam Bintang kesal.


Jangan lupa klik perbab ya kak biar semangat adminnya maakaccihh 😘


Bersambung


Klik ini Untuk Lanjut ke bab Berikutnya 


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 235"