Istri yang terabaikan Bab 171

 Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


171 Berkedip


“Ayo, masuk, Nak!” ajak Bu Wira menggandeng Isyana.


“Iya, Mah!” jawab Isyana tersenyum memaksa.


Isyana menyeret kakinya yang terasa berat, hatinya terus berbicara seiring helaan nafasnya. “Hanya sampai selesai acara 7 bulanan, hanya untuk cari surat keterangan penyakit Mas Lana dan alamat tempat priksanya. Hanya untuk ambil bukti, bisnis kotor Papah Wira!” batin Isyana.


Kini Isyana sudah masuk dan sampai tepat di depan Lana.


Lana yang biasanya galak terlihat begitu gugup bertatapan dnegan Isyana. Lana mencium tangan Bu Wira kemudian menayap Isyana.


Entahlah, tapi Isyana bisa menatap tatapan kosong dan menyedihkan dari mata bapaknya itu.


“Isyana!” panggil Lana masih dengan wajah masih lebam di beberapa tempat.


“Ehm...,” Isyanan jadi berdehem merasa tidak nyaman.


Bu Wira yang melihatnya ikut berhenti menoleh.


“Maafkan aku. Terima kasih kamu bersedia mengadakan syukuran di rumah ini!” tutur Lana berbicara sopan dan baik.


Isyana mengangguk tersenyum.


“Aku tidak merampas hak anakku dan hakkmu sebagai ayahnya. Aku akan melakukan apa yang menjadi hak anakku, Mas!” jawab Isyana.


“Terima kasih, boleh aku bawakan?” tanya Lana bersikap manis ingin membawakan tas Isyana.


Isyana menatap Lana heran dan menatap tasnya. Tas Isyana hanya berisi beberapa pakaian dan tidakk berat. Kemudian tersenyum.


“Terima kasih, aku bisa bawa sendiri kok! Dimana aku harus menginap?” tanya Isyana.


Lana melirik Bu Wira.


“Kamar tamu baru dalam perbaikan semua, kotor tidak baik untuk ibu hamil. Kamar atas buat mamah. Di kamar Lana saja ya!” ucap Bu Wira.


Dalam hati Isyana bersorak, semua sesuai rencana Binar, harus berhasil cepat. Akan tetapi Isyana masih harus tetap berbosa basi agar Bu Wira tidak curiga.


“Tapi kita sekarang sudah bercerai, Mah. Isyana tidak mau tidur dalam satu kamar dengan Mas Lana!” jawab Isyana.


“Aku tidur di luar!” jawab Lana cepat, ingin menunjukan kalau dirinya tulus.


"Dengarkan? Nggak apa- apa tidurlah di kamar Lana. Itu kan dulu kamar kalian?" ucap Bu Wira


"Kamarku juga hak anakku!" sambung Lana.


“Baiklah!” jawab Isyana mengangguk.


“Ayo kuantar!” jawab Lana.


Isyana megangguk.


"Kita ke kamar dulu Mah," pamit Binar.


"Ya!" jawab Bu Wira.


Sementara Bu Wira membiarkan anaknya kembali mendekati Isyana.


Isyana mengikuti Lana.


Tapi Isyana rupanya sudah memencet tombol canggih yang terhubung ke Binar sejak hendak turun. Isyana meletakanya di tali pembungkus dua pabrik malanan untuk anaknya, jadi dia terkesan membetulkan tali itu tapi sebenarnya menghubungkan ke Binar.


Binar yang sedang makan siang bersama para tamu, kupingnya memanas.


Binar memakai topi ternyata di topi itulah dia pasangkan alat itu. Binar sampai tersedak minumnya saat diajak berbincang.


Rasanya panas sekali mendengar suara Lana meminta maaf, menawarkan kamar bahkan menawarkan bantuan membawa tasnya.


“Ssssiaaallan. Mereka berduaan di kamar. Egggghhh,” batin Binar terus melihat jam tanganya ingin segera bangun dan pergi tapi tidak bisa.


Jadi Binar hanya bisa menelan ludahnya kesal dengan tidak bisa mengungkapkan dan memberi tahu siapapun. Rasanya seperti sedang menggenggam duri.


****


“Ehm... Isyana!” panggil Lana sesampainya mereka di kamar.


“Ya!” jawab Isyana.


“Jadi kamu benar jadian dan akan menikah dengn Binar?” tanya Lana.


Iyana menunduk merasa tidak enak, kalau sedang tidak menjalankan misi, Isyana akan jawab iya. Tapi kalau jawab iya, aaahhh, bagaimana dengan misinya? Lana akan menyakitinya, menyakiti Binar Isyana memilih tidak menjawabnya.


"Kenapa bahas Mas Binar?" tanya Isyana.


“Aku lihat semuanya. Apa sedekat itu hubunganmu denganya?” tanya Lana menanyakan tentang ciiuman Binar.


Isyana jadi menelan ludahnya lagi kikuk sendiri.


“Sedekat, itu maksudnya?”


“Aku sangat sakit melihatnya menciuummu, aku cemburu!” jawab Lana jujur.


“Ehm...,” Isyana jadi mersa in di luar kontek sandiwara seharusnya. Moment ini belum di briefing Binar, Isyana harus jawab apa? Kan Isyana jadi gugup.


“Itu juga yang aku rasakan saat aku melihatmu bersama MikA, Mas!” jawab Isyana cerdas mengalihkan pembicaraan.


Ya itu jawab cerdas dalam rangka sandiwara. Sayangnya seseorang di sana yang lupa briefing malah jadi kebakaran jenggot sendiri. Jawaban Isyana terdengar sangat natural dan buat Binar cemburu.


Lana jadi mengembang tersenyum mengira Isyana masih ada rasa.


"Apa ini artinya kamu balas dendam denganku?" tanya Lana.


"Tidak, untuk apa? Ciiuman yang kemarin juga Mas Binar memaksa kan," jawab Isyana.


Lana tersenyum lagi. Di sana Binar semakin geram lagi, hati Binar seperti diaduk- aduk. Teganya Isuana mengatakan itu, padahal Binar tahu Isyana tersipu dan menyukainya, mungkin kalau lagi juga nggak akan nolak.


"Jadi kamu tidak sungguh menyukai Binar kan? Kau lihat kan? Dia yang duluan yang menyerangku. Kamu lihat kan? Dia kasar dan aroogan," jawan Lana tak bosan jelekan Binar. Padahal dirmya yang aroga.


"Maaf Mas. Aku tidak ingin bahas dia! Aku mau fokus ke anakku Mas. Bukankah kamu dan Mamah bilang aku harus pikirkan kandunganku?” jawab Isyana.

“Baiklah. Maafkan aku, aku salah, aku salah Isyana. Aku sangat menyesal selama ini mengabaikanmu, maafkan aku banyak jahat dan berbuat dzolim padamu. Maafkan aku yang tidak bisa mengendalikan diriku. Tapi aka bayar semuanya!” ucap Lana memulai aksi pedekatenya.


Isyana tersenyum, sejujurnya, ada desiran kasihan di hati Isyana. Akan tetapi akal Isyana kembali lagi, “jangan jatuh ke lubang yang sama, dia punya masalah di jiwanya, yang bisa berubah kapan saja, cukupkan mainkan peranmu, jangan bawa hati!” batin Isyana berusaha tidak oleh atau kasian ke Lana.


“Aku memaafkanmu, Mas. Aku tidak ingin bahas apapun, baik tentang Mas Binar, kita ataupun Mika. Yang terpenting untukku sekarang adalah anak, kita. Aku mohon, bisakah kita tidak bahas hal lain selain anak kita?” jawab Isyana.


“Baiklah, aku minta maaf! Tapi aku ingin kamu tahu, aku mencintaimu, aku masih mencintaimu. Aku ceraikan Mika. Aku menyesal isyana. Aku sangat menyesal. Mika ternyata banyak berbohong padaku, maafkan aku tidak mempercayaiku!” jawab Lana lagi egitu sungguh- sungguh.


“Stop, bahas Mika! Mas!” jawab Isyana.


“Yaa.. oke!”


“Bisa tinggalkan kamar ini? Aku lelah di jalan, aku ingin tidur,” ucap Isyana mengusir Lana.


“Ya.. aku ambil pakaianku dulu!” jawab Lana beralasan ingin berlama- lama berduaan dengan mantan istrinya.


“Ya silahkan!” jawab Isyana.


Lana mengambil beberapa pakaian, lalu menoleh ke Isyana.


“Beristirahalah dengan nyaman. Sampai kapanpun, kamar ini terbuka untukmu, semua tatanan masih sama sepeti saat kau tidur di kamar ini, Isyana!” tutur Binar lagi.


Isyana makin tidak nyaman diingatkan dengan dua minggu terakhir mereka bersama. Tapi kan ini sudah dinodai keberadaan Mika. Isyana jadi jijik.


“Ehm... ya!” jawab Isyana sekenanya.


“Ya sudah aku pergi!” jawab Lana lagi.


“Ya.. silahkan!” jawab Isyana.


Lana berjalan maju, tapi kemudian berhenti.


Isyana ikut kaget. Lana ternyata berbalik.


“Aku ingin menyentuh anakku, apa boleh?” tanya Lana tiba- tiba.


Isyana diam tertegun, “Apa ini salah satu sandiwara yang harus aku perankan, risih sekali dia memegang tubuhku lagi,” batin Isyana menelan ludahnya mencari alasan menolak.


“Anak kita belum, lahir Mas. Kalau sudah lahir, jangankan menyentuh, menggendongpun aku ijinkan!” jawab Isyana.


“Ehm, maksudnya, sekarang. Ijinkan aku menyentuhnya meski dari luar!” jawab Lana lagi.


Isyana jadi tidak punya jawab lain.


“Ya.. baiklah! Silahkan!” jawab Isyana membiarkan Lana mengelus perut besarnya.


Lana tersenyum, lalu mendekat ke Isyana, menggerakan jarinya perlahan, lembut tapi pasti.


“Hai jagoan Ayah. Ayah merindukanmu Nak. Mulai sekarang, ayah akan selalu ada di dekatmu dan menjagamu!” tutur Lana lagi tidak hanya menyentuh tapi mencium perut Isyana seperti Putri waktu itu.


Isyana pun jadi kaget dan merinding sendiri. Risih sekali, tapi masa mau ditolak, Isyana kan juga takut kalau Lana kumat.


****


“Praaang...,” saking kesalnya, Binar memecahkan gelas di genggamanya dan semua orang jadi menoleh, padahal di depannya jarak 2 orang pak Priangga dan Tuan Wira ada Presiden.


“Ada apa Binar?” tanya Tuan Priangga melirik ke putranya geram.


Binar jadi mengangguk kikuk dan malu.


“Saya terlalu bahagia dan tegang, atas apresiasi Pak Presiden dan Pak Walikota. Maaf, jadi mengganggu!” jawab Binar berusaha tetap elegan.


Pak Presiden yang sudah selesai agendanya pun undur diri. Mereka pun mengantar sampai ke mobil. Sekarang tinggal anak dan bapak itu.


Pak Priangga kemudian memasukan tanganya ke celananya siap mengadili Binar.


“Apa ini pertemuan pertamamu dengan Presiden?” tanya Tuan Priangga.


“Tentu saja, bukan!” jawab Binar dengan tampang dinginya dan tidak mau menoleh ayahnya.


“Buggg...,” satu tonjokan Tuan Priangga lemparkan. Padahal di sana masih ada beberapa karyawan juga tamu, termasuk Saka dan Tuan Wira.


Binar langung menghindar tanpa membalas dan menoleh ke Papahnya. Binar juga tidak bertanya hanya menatap ke sekeliling utamuanya Tuan Wira.


“Kamu sudah dewasa, bagaimana mungkin aku memberitahumu seperti Putri yang masih Paud!” ucap Tuan Priangga dingin.


Binar sama sekali tidak membantah hanya bisa merasakan pedas dan pedih.


Tuan Priangga kemudian membetulkan bajunya dan berlalu lalu mendekat ke Tuan Wira yang tesenyum smirk melihat adegan itu.


“Sudah jatuh ketiban duren ini gue?” batin Binar tanpa berkata apapun.


Sudah hatinya terbakar cemburu dan membeku seperti dikurung tak ada yang bisa dilakukan masih ditambah pukulan. Apes.


Tapi Binar tahu, pukulan Tuan Priangga sambil berkedip.


Mau tidak mau Binar berpamitan dan Saka pergi.


"Kemana kita Pak?" tanya supir.


Binar malah mengacak- acak rambutnya kaya orang kesetanan.


"Tuan?" panggil Saka.


"Ke rumah Lana!" jawab Binar asal.


"Untuk apa?" tanya Saka.


"Aku mau seret Isyana keluar dari sana!" jawab Binar jadi kaya orang gila.


"Hhhhh...," Saka pun tepuk jidat dan menghela nafasnya.


****

Bersambung


Klik ini Untuk Lanjut ke bab Berikutnya 


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn







Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 171"