Istri yang terabaikan Bab 120

    Hello moms kembali lagi admin akan memberikan novel gratis yang sangat seru,novel ini merupakan salah satu novel yang lagi viral di FB loh..Novel ini menceritakan tentang balas dendam seorang istri yang tak anggap.Novel ini sangat seru loh moms dan mempunyai banyak penggemar setia.


Novel yang Berjudul “ ISTRI YANG TERABAIKAN “ ini menceritakan kisah seorang istri yang diabaikan oleh suaminya yang ssuka marah dan tidak menghargainya sebagai istri,kisah yang membuat kita larut ke dalam alur ceritanya ini sangat patut untuk dibaca yuk simak Novel nya…cekidot 😘🥰


120.pov Lana.


Karena macet, sekitar 2,5 jam Lana menempuh perjalanan ke kota B. Bu Wira pun tidak sabar untuk segera sampai.


"Dimana kamu bertemu denganya Lana?" tanya Bu Wira.


"Di sini Mah, kalau malam di bahu jalan dekat perempatan pendopo situ banyak pedagang kaki lima dan orang-orang pada ngopi," tutur Lana menunjukan bahu jalan yang memang oleh pemerintah setempat dipersilahkan sebagai tempat jualan makanan dan nongkrong.


"Kasian sekali kamu Nak?" batin Bu Wira memperhatikan dengan seksama daerah tempat Isyana ngamen.


Kalau siang hari jalanan itu tampak lebih sepi, meski tetap indah banyak tiang lampu jalan dan bangku- bangku umum.


Lana pun membelokan mobilnua masuk ke gang.


"Jadi Isyana jualan jalan kaki dari perempatan situ masuk ke gang sini?" tanya Bu Wira kaget.


Lana mengangguk dengan tatapan menunduk.


"Coba dari dulu kamu dengerin Mamah. Dia nggak akan semenderita ini Lana!" omel Bu Wira dalam hati masih sangat kesal dan kecewa ke Lana. Akan tetapi meski begitu, separah apapun Lana, Lana anak semata wayangnya Bu Wira. Satu- satunya penerus keluarha Hanggara.


"Maaf, Mah!" jawab Lana


"Mamah mau, setelah ini, saat Isyana kembali, kamu harus pastikan Isyana bahagia. Jangan sakiti dia lagi!" omel Bu Wira lagi


Lana berubah menjadi laki- laki manis dan patuh jika bersama Bu Dini begini.


Sekitar 5 menit mereka pun masuk ke jalan yang hanya muat satu mobil..


"Pemukiman padat penduduk ternyata?" gumam. Bu Wira agak jijik masuk ke pemukiman padat penduduk.


Tidak menunggu lama Lana memarkirkan mobilnya di halalam sempit yang jika mobil parkir hampir menabrak jalan.


Mereka berhenti di depan rumah nenek yang semi permanen. Akan tetapi itu rumah pribadi Nenek. Rumah tua dari sejak dahulu kala, tidak bagus tapi kokoh dan nyaman untuk ditemlati.


Bu Wirq pun tertegun, sederhana, kecil dan sempit. Ya itu gambaran rumah Nenek. Samping kanan kirinya juga padat rumah.


Kalau dibanding rumah orang tua Isyana kandung, Bapak Atmadja sahabat Tuan Hanggara, rumah Isyana jauh lebih megang meski tipe klasik juga.


Bu Wira pun berfikir. Kenapa Isuana memilih tinggal bersama orang lain. Apa semenyakitkan itu ditinggal ayah ibunya dan tinggal bersama ibu tiri. Lalu anaknya malah menyakitinya lagi.


"Ini rumahnya?" tanya Bu Wira.


"Iya, ayo turun!" ajak Lana


Bu Wira mengangguk. Mereka pun membuka pintu dan turun. Dari celah jendela dua pasang mata memperhatikanya.


"Barang belanjaanya sekalian dibawa nggak Mah?" tanyq Lana.


"Nanti dulu!" jawab bu Wira.


Mereka pun mengetuk pintu rumah Nenek. Karena begitu mendengar suara mobil Nenek dan Dina mengintip, belum selesai salam Nenek sudah buka pintu.


"Selamat sore, Nenek!" sapa Bu Wira hormat dan formal.


Nenek pun memperhatikan Bu Wira dari atas sampai bawah. Nenek memperlihatkan wajah angker dan seramnya.


"Siapa ya?" tanya Nenek dingin, baru bertanya setelah memperhatikan Lana beberapa saat sampai Lana salah tingkah.


"Perkenalkan Saya. Mutia Larasati Hanggara. Istri dari Tuan Wira Hanggara. Anda bisa panggil Saya Bu Wira," jawab Bu Wira panjag kali lebar kali tinggi


Berharap Nenek menngenal nama besar suaminya. Lalu wajah angker di keriput nenek hilang dan pudar.


Sayangnya harapan Bu Wira pupus. Nenek kan hidupnya tidur, ibadah, bersih- bersih, masak, makan, dagang. Tak tahu berita politik, tak tahu gosip televisi. Apalagi Ibukota dan kota B beda kekuasaan.


Jadi masa bodoh sepanjang apaoub nama Bu Wira. Setinggi apapun derajatnya Nenek tidak peduli dan tidak tahu. Nenek masih tetap dingin.


"Ada perlu apa ya?" tanya Nenek singkat.


Bu Wira pun menelan ludah kecewa. Dirinya yanh terhormat diperlakikan dingin. Entah nenek yang kurang tatakrama, atau Bu Wira yanh harys menyadari, di mata Tuhan semua manusia itu sama.


Sampai Bu Wira hampir mengira Lana salah alamat. Tapi Lana yakin mausk ke rumah ini.


"Ehm..maaf sore- sore mengganggu, apa benar di sini tempat tinggal Isyana Putri Anjani?" tanya Bu Wira.


Nenek mengangguk dan menatap tajam Lana.


"Ya!" jawab Nenek.

"Hah..." Bu Wira mengehela nafas lega. Lalu tersenyum pada nenek, tapi nenek tetap dingin.


"Ada apa?" tanya Nenek lagi.


"Bisa saya bertemu denganya?" tanya Bu Wira.


"Neng Isyana sedang pergi!" jawab Nenek lagi.


"Pergi kemana?" tanya Bu Wira.


"Saya tidak tahu," jawab Nenek masih belim mempersilahkan masuk. Sengaja membuat lama


"Ehm...," Bu berdehem mulai kesal ke nebek. Tapi kan Bu Wira butuh jadi Bu Wira mengalah.


"Maaf Nek... boleg saya menunggu di sini. Saya ingin bertemu denganya!" tutur Bu Wira meminta.


Nenek diam dan menatap Lana lagi. Belum mempersilahkan masuk


"Kalau boleg menemuinya, tapi tidak boleh menyakitinya!" tutur Nenek.


Lana pun menunduk seperti ingin menenggelamkan wajahnya ke bumi. Rasanya malu sekali. Bu Wira oun melirik geram ke anaknya.


"Ya... pasti. Saya ibunya, meski bukan ibu kandunh, saya menyayangi Isyana seperti putriku. Ijinkan saya m3nemuinya," tutur Bu Wira merendahkan diri meminta.


Nenek mempersilahjan mereka masuk.


****


Saat merek belum masuk, Dinda dan Nenek mengintip. Dina kenal siapq Lana.


"Nek...itu mantan suami Teteh. Itu yang buat teteb menangis. Dia udah tuduh Teteh wanita murahan di depan Dina juga Nek!" ucap Dina mengompori.


Nenek masih diam


"Usir dia Nek. Kasian Teteh," cerocoa dDina lagi.


"Tapi peremouan itu terlihat baik, Isyana pernah cerita mertuanya baik " jawab nenej


"Ih nenek tetap saja. Anaknua jahat!" kompior Dina.


Nenek tetap menampung informasi dari Dina. Akan tetapi nenek tak mengambil mentah'-mentah saran dina.


Nenek tetap membukakan oibtu tapi sengaja tak bersikap ramah pada Lana dan Bu Wira.


Bahkan sudah satu jam mereka menunggu. Nenek dan Dina tak memberi minum. Jangankan minum di sapa pun tidak.


Nenek dan Dina masuk ke dalam rumah dan sibuk sendiri. Padahal kan Bu Wira dan Lana perjalanan dari ibu kotam berremu macet. Sungguh Bu Wira dan Lana sangat ingin ke kamat mandi dan kehausan.


Bu Wira pun menatap benci ke Lana. Twrnyata tingginya status sosial mereka tidak serta merta membuat mereka selalu di hormati.


"Ini mereka yang kurang sopan santun Mah," tuduh Lana


"Tidak, sepertinya mereka tahu. Kamu orang yanh sakiti Isyana," jawab Bu Wira.


"Lana oas kesini tidak ada mereka," jawab Lana memberla diri


"Taoi mereka tahu kamu. Katamu kamu oernah kan sama Mika datang ke temoat ngamen?" omel Bu Wira.


Ya Lana memang oernah merendahkan Isuana dan Dina. Lebih tepatnya Mika.


"Maaf Mah," ucap Lana


"Ini balasan kamu jadi orang kejam!" omel Bu Wira lagi.


Lana mengepalkan tanganya tidak berkutuk.


Di saat yang bersaman ada suara mobilterparkir.


Lana dan Bu Wira ikut kaget dan meligat ke luar. Nenek dan Dina juga keluar dari oeesembunyianya.


Bu Wira dan Lana pun melotor gelagapan melihat siapa yanh turun dari mobil. Sementata Nenek dan Dina tersenyum


(bukan undur2 alur...ya. Biar mantep... tapi ini langsunh cuss ngetik episode setelahnya...tetep komen dan likem utama vote. Hehe

Bersambung


Klik ini Untuk Lanjut ke bab Berikutnya 


gimana moms serukan kisah ini mempunyai plot alur cerita yang susah di tebak,ini permulaan yah moment yang menegangkan ada di pertengahan cerita.yuk kita lanjut lagi gaskuennnn

Posting Komentar untuk "Istri yang terabaikan Bab 120"